SEPERTI kartu truf dalam permainan bridge, darah tipe O punya
keistimewaan mengungguli semua golongan. Selain tipe O bisa
diberikan pada pasien bergolongan darah 0, ia juga bisa
diberikan pada pasien bergolongan darah A, B ataupun AB. Ini
unik, sebab golongan darah lain tak bisa ditukar-tukar, kecuali
tipe AB yang bisa juga menerima tipe A maupun B. Penukaran itu
bisa menimbulkan reaksi hebat pada pasien, bahkan bisa
menyebabkan kematian. Itu sebabnya bank darah merasa tenang jika
sudah cukup punya persediaan darah tipe 0.
Kini bank darah bisa lebih tenang lagi, karena juga darah tipe B
sudah bisa diubah hingga menjadi darah tipe 0.
Dalam majalah Journal of theAmerican Medical Association awal
Januari, Jack Goldstein--profesor peserta di Sekolah Ilmu
Kedokteran, Universitas Cornell, AS -- menguraikan penemuannya.
Dengan memanfaatkan suatu enzima Dr. Goldstein berhasil
melepaskan unsur galaktosa dari sel darah tipe B. Galaktosa,
molekul zat gula, membedakan tipe B dari tipe 0. Karena molekul
itu sistem imun dalam tubuh orang bertipe darah B mengenalinya
sebagai "kawan", se baliknya dalam tipe darah lain, galaktosa
itu mencirikannya sebagai "musuh".
Kemungkinan untuk mentransfusikan darah sudah sangat lama
menjadi perhatian orang. Tapi makna sebenarnya dari peredaran
darah dalam tubuh baru mulai disadari pada pertengahan abad
ke-17, ketika William Harvey, ahli kedokteran Inggris, mulai
mempelajarinya -Sejak itu sering juga mulai dilakukan transfusi
darah. Tapi yang ditransfusikan bukan darah manusia, melainkan
darah anak domba. Tentu saja kebanyakan pasien meninggal akibat
itu. Karena itu kemudian prosedur transfusi darah itu dilarang
di kebanyakan negeri Eropa waktu itu.
Abad ke-19 menyaksikan perhatian baru dalam proses transfusi
darah itu, dan perkembangan teknologi waktu itu sudah
memungkinkan orang memindahkan darah manusia. Ini ternyata
sering membawa hasil baik bagi pasien, namun lebih sering lagi
pasien juga meninggal. Sebabnya baru diketahui tahun 1900,
ketika Landsteiner, seorang ilmuwan, menemukan sistem
penggolongan darah ABO. Sistem itu merupakan basis pengetahuan
tentang darah sampai saat ini.
Meski terdapat belasan golongan darah, sistem golongan darah
AB0. agaknya yang terpenting. Keempat golongan itu, A, B, AB dan
O, dibedakan oleh dua jenis antigen golongan darah antigen A dan
antigen B. Sedang antigen itu berlokasi pada permukaan sel darah
manusia. Setiap sel darah yang memiliki antigen A, tergolong
darah tipe A, yang memiliki antigen B tergolong tipe B, yang
memiliki kedua jenis antigen itu, tergolong tipe AB dan yang
tidak memiliki antigen manapun, tergolong tipe O.
Jika darah ditransfusikan tanpa memperhatikan golongan darah,
antigen "asing" bisa merangsang jasad-anti antibodies), zat
penjaga dalam darah untuk menyerang dan memusnahkan tamu itu.
"Sampah" pertempuran itu dalam aliran darah bisa menyebabkan
pasiennya menjadi shoek atau ginjalnya rusak. Jasad-anti itu
berciri khas pula dan tergolong sebagai jasad-anti beta dan
alfa. Pasien berdarah tipe A memiliki jasadanti anti-B dan yang
berdarah tipe B memiliki jasad-anti anti-A. Yang berdarah tipe
AB tidak memiliki jasad-anti mana pun, sedangkan yang berdarah
tipe O memiliki kedua jenis jasad-anti itu.
Tak Problem
Sistem penggolongan darah lain yang penting ialah sistem Rhesus.
Ini ditemukan tahun 1939. Namun dalam pekerjaan praktis
transfusi darah pada pasien ini tak terlalu penting, meski
sebaiknya - kalau tersedia--pasien yang membutuhkan darah rhesus
positif atau negatif diberikan sesuai dengan kebutuhannya.
Penggolongan rhesus baru menjadi gawat dalam keadaan ibu hamil
yang darahnya rhesus positif sedang kandungannya rhesus negatif.
Ini bisa menyebabkan janin terpengaruh. Namuri saat ini ilmu
kedokteran sudah bisa mengatasi keadaan ini.
Jack Goldstein, seorang ahli biokimia, memimpin satu tim ahli di
Institut Penelitian Landsley F. Kimball yang merupakan bagian
dari Pusat Darah New York di New York, AS. Penelitian seperti
itu memang bukan baru. Tahun 1950an, orang sudah mencoba
melepaskan molekul galaktosa dari sel darah tipe B. Tapi menurut
Dr. Goldstein, waktu itu sel darah menjadi rusak dan tak
berfungsi lagi. im Goldstein sendiri memerlukan empat tahun
untuk mengembangkan "kondisi tepat" bagi pemisahan molekul gula
itu dari sel darah tipe B.
Seperti para peneliti di tahun 50-an, tim Goldstein menghadapi
persoalan bagaimana melepaskan molekul gula itu dari sel darah
tipe B. Ternyata ini dilakukan Dr. Goldstein dengan menggunakan
suatu enzima yang bernama alfagalaktosidase. Enzima itu terdapat
dalam buah -kopi, tapi juga dalam banyak jenis kacang-kacangan.
Jadi penyediaan enzima itu di masa depan tak menimbulkan
problem. Yang masih soal tentunya proses pengubahan itu sendiri,
karena harus melalui serangkaian tes selama bertahun-tahun,
sebelum bisa dipakai secara umum.
Dr. Goldstein dan kawan-kawannya sudah tak ragu lagi. Semula
darah ubahan itu dicoba pada binatang dalam serangkaian
uji-coba. Ternyata hasilnya menggembirakan. Kemudian timbul
ujian yang paling menentukan, ialah percobaan dengan manusia.
Untuk itu Prof. Goldstein dan dua rekannya--masingmasing
mewakili golongan darah 0, A dan B -- saling menginjeksikan diri
dengan darah ubahan itu. T ak seorang pun menderita akibat buruk
akibat itu dan tampaknya sel darah baru tetap bisa bertahan
dalam aliran darah mereka. Bahkan setelah 24 jam masih bertahan
sebanyak 95% dan setelah satu bulan 50%. Ini, menurut Dr.
Goldstein, rasio normal dalam transfusi darah.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini