Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Seni

Bengkel kebebasan

Pameran karya grafis dari bengkel grafis as, land fall press di tim, menampilkan 50 karya dari 19 seniman. semigrafis di as berkembang, bukan saja artistiknya, juga bisnisnya. (sr)

23 Januari 1982 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

DI Amerika Serikat, senigrafis tak saja berkembang dalam ragam kreasinya, tapi juga dalam bisnisnya. Di Taman Ismail Marzuki, 14 - 21 Januari ini, sebuah pameran karya grafis dari bengkel bisnis grafis yang ternama di AS, Landfall Press, berlangsung. Sekitar 50 karya dari 19 seniman, kebanyakan denan teknik lithografi, menunjukkan bengkel yang berdiri di Chicago, 1970, ini tak main-main. Beberapa nama mereka telah populer di sini. Christo, yang pernah menutup sebuah bukit dengan sejenis kain dan menyebut itu karya seni. Robert Cottingham, salah seorang yang menonjol dalam aliran superrealisme. Claes 01denburg, salah seorang tokoh pop-art yang menjadikan obyek dalam karyakaryanya menjadi semacam bungkusan. Gambar mesin tulis misalnya, digambar sedemikian rupa, hingga mesin tulis itu seperti dibuat dari karung dan teronggok melipat-lipat. Agaknya sifat karya grafis yang jamak dan teknik pembuatannya yang tak efisien bila ditangani oleh sennannya sendiri (kecuali menyita waktu, pun senimannya belum tentu trampil dalam teknik cetak-mencetak, memungkinkan seni ini tak dimonopoli penciptanya sendiri. Di tahun 60-an muncullah berbagai bcngkel senigrafis di AS. Mereka mengundang para seniman grafis untuk berkarya di bengkelnya, dan sebagai imbalan bengkel itu berhak menjual sejumlah karya yang dibikin di bengkel itu. Sudah jelas, bengkel ini memang bukan semacam maecerlas kesenian. Penyelenggaranya, para tukang cetak, memang hidup dari bengkel itu. Maka, perhitungan laku atau tidaknya sebuah karya grafis sedikit banyak akhirnya menjadi perhitungan untung-rugi bagi para pemilik bengkel. Mungkin karena ini tak satu bengkel besar muncul yan mengesankan. Adapun bila bengkel seni grafis Tamarind bisa hidup terus, dan melahirkan kader-kader pencetak, karena dibantu Ford Foundation. Usaha Sia-Sia Tahun 1970 salah seorang alumnus Tamarind, Jack Lemon, mendirikan Landfall Press di Chicago. Dengan yakin ia yang semula belajar di akademi senilukis ini, membuka bengkelnya bagi seniman grafis yang telah mempunyai nama atau belum. Dan yang sangat penting: ia memberikan kebebasan sepenuhnya kepada para seniman untuk berkarya menurut selera masing-masing. Juga, apapunteknik yang diminta, jenis kertas apa yang diinginkan, tinta kualitas bagaimana yang dibutuhkan, dipenuhi Si Lemon. Agaknya Lemon, 42 tahun, bapak dari dua orang anak itu telah menemukan hidupnya. "Berusaha menemukan seniman-seniman besar, dan membantu mereka, bukanlah usaha yang sia-sia," katanya suatu saat. Dan dengarlah kesan seorang seniman grafis yang kini tersohor di negeri Reagan itu: "Saya belum pernah bekerja di tempat yang begitu menghargai seniman," kata Terry Allen. "Di Landfall Press, mereka mengerjakan semua yang saya inginkan, tak peduli mereka memahaminya atau tidak." Bukannya seniman grafis di AS tak suka aneh-aneh. Jack Lemon dan para tukang cetaknya pun suka puyeng. Tapi demi menjaga "kemurnian proses kreatif para seniman itu, meski mereka membuat saya setengah sinting, tetap saja permintaan mereka saya layani," tutur Lemol. Betapa tidak, seorang seniman bisa saja minta karyanya dicetak pada kertas kayu. Yang lain minta karyanya harus dicetak pada kulit. Tapi entah kesabaran Jack Lemon, atau memang seniman yang bekerja di bengkelnya disukai masyarakat, dalam waktu lima tahun, Landfall Press yang semula tak dihiraukan muncul dalam dunia kesenian sebagai nama besar. Jack Lemon pun kemudian mengadakan pameran karyagrafis di Prancis dan Timur Tengah. Pamerannya di Indonesia kini, adalah yang pertama kali di Asia. Lemon yang pernah bekerja di Angkatan Laut AS ini (karena itu nama bengkelnya Landfall Press, sebuah istilah navigasi yang artinya pandangan pertama atas daratan) mengharuskan senimannya menunggu sendiri proses pencetakan dari awal sampai akhir. Ia tak mau bekerja dengan seniman yang "gampangan". Misalnya seniman yang menyerahkan pencetakan disain grafis sepenuhnya kepada bengkelnya. "Anda bisa mencetak barang cetakan hanya dengan perintah," katanya kepada majalah Artnews. "Tapi itu tidak mungkin menghasilkan seni." Pilihan Lemon untuk memprioritaskan lithografi mempunyai alasan sendiri. Di bengkel Tamarind ia memang belajar lithografi. Sebab, cetak litho adalah teknik senigrafis paling jujur. Hasil karyalithografi mencerminkan proses penciptaannya. Disain yang dikerjakan dengan cat air, dengan pensil, pada karyagrafisnya tetap mengesankan itu cat air atau itu karya pensil. Hal ini tak mungkin dicapai dengan teknik grafis yang lain. Dari 50 karya yang dipamerkan di TIM kini, terdapat karya Martha Mayer Erlebacher, 45 tahun, yang karya superrealisnya begitu "dingin" tanpa emosi. Hampir semua detail di situ, bayangan telapak meja pada botol, atau pantulan sinar pada gelas dibuat cermat sekali. Pun karya Robert Cottingham yang sejenis, yang menampilkan lampu-lampu reklame itu. Lantas ada karya Pat Steir, 44 tahun, yang semi abstrak. Sebuah alam yang gelap, ada sesosok tumbuhan tak jelas, dan lelehan cat. Pun ada karya Chuck Close, 42 tahun, yang suka menggambar potret wajah. Lantas karya Christo, yang digolongkan sebagai karya seni konseptual. Yang mungkin paling menarik, adalah karya Terry Allen, 49 tahun. Allen suka bercerita lewat karyanya. Yang dipamerkan ini merupakan satu ceritarterdiri dari enam karya. Sebuah tragedi antara seorang pelaut dan Alice, pelayan rumah minum, ceritanya. Dua sejoli itu bertengkar, berkelahi dan mati. Tapi jangan mengharap karya Allen yang satu ini seperti komik. Yang digambarnya adalah lokasinya saja. Hanya ada gambar sebuah kamar dengan tempat tidur yang miring dan sebuah sekop menghunjam kasur. Lalu bercak-bercak merah di lantai, juga di tempat tidur dan di dinding. Begitu saja.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus