Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - TNI Angkatan Udara merespons peredaran video jejak asap pesawat terbang di langit yang dinarasikan sebagai chemical trail atau jejak adanya penyebaran zat kimia untuk tujuan kontrol populasi (depopulasi) di darat. TNI Angkatan Udara mencermati narasi yang disebar sampai menyatakan saling silang dari dua kota yang koordinatnya sudah ditentukan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Melalui akun resminya di media sosial Twitter, TNI Angkatan Udara menegaskan kalau narasi itu semua bohong. "Mereka menyebar hoax, apalagi dikaitkan dengan pandemi dan PPKM Darurat, seolah-olah ini adalah bahan kimia yang disebar agar penduduk suatu wilayah terjangkit penyakit semua," tulis akun @_TNIAU pada Senin 19 Juli 2021.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TNI Angkatan Udara menjelaskan bahwa jejak asap yang dimaksud adalah 'jalan' yang digunakan sebagai rute penerbangan. Untuk yang tampak bersilangan disebutkannya mungkin terjadi tapi dengan ketinggian terbang yang berbeda.
Asap atau awan yang terbentuk menjadi lintasan dijelaskan pula biasa terjadi karena proses kondensasi di sekitaran udara panas yang dikeluarkan knalpot pesawat. Udara panas terperangkap udara yang sangat dingin, maka akan terbentuk awan akibat proses kondensasi. Gambarannya, suhu udara pada ketinggian 15.000 kaki memiliki suhu udara 0 derajat, setiap naik 2.000 kaki suhunya turun 1 derajat. Sehingga pada ketinggian 35.000 kaki suhu udaranya -10 derajat.
Akun TNI AU mengilustrasikannya dengan kebiasaan malam atau pagi di daerah pegunungan di mana udara cukup dingin. "Biasanya saat kita bernapas atau bicara, mulut kita mengeluarkan asap. Karena udara yang keluar dari mulut suhunya hangat, sedangkan udara luar di sekitar kita dingin, sehingga terjadi proses kondensasi yang menghasilkan kabut udara," katanya menuturkan.
Suhu udara yang keluar melalui exhaust atau knalpot pesawat setidaknya mendekati 100 derajat Celcius, lebih tinggi lagi untuk pesawat tempur yang menggunakan afterburner. "Bayangkan udara yang sangat panas tiba-tiba terperangkap suhu -10 derajat."
Hal ini akan mengakibatkan terjadinya proses kondensasi dadakan yang nantinya akan membentuk awan sepanjang rute pesawat tersebut. Semakin ekstrem suhu sekitar (misal di negara yang sedang musim dingin), semakin tebal jejak awan yang terbentuk.
Jejak awan pada pesawat ini biasanya terlihat pada sore hari di langit yang cerah, dimana matahari sudah mulai tenggelam dan suhu semakin dingin. Bisa juga terjadi pada pagi maupun siang. Pesawat-pesawat dari maskapai juga hampir semua terbangnya di atas 30.000 kaki.
Tentang chemical trail alias jejak kimia yang dinarasikan disebarkan melalui pesawat udara, TNI AU tak menampik pernah ada motif seperti itu saat peperangan tapi saat ini sudah dinyatakan terlarang. Alasannya, korban bisa sangat luas dan menyasar warga sipil.
Sedang yang tersisa digunakan saat ini beragam di antara fungsi pemadaman kebakaran, modifikasi cuaca atau hujan buatan, penyemprotan hama tanaman, dan pertunjukkan aerobatik. "Dan hal ini dilakukan pada altitude yang rendah, bukan pada altitude yang tinggi karena efeknya akan hilang tersapu angin."
Di akhir penjelasannya, TNI Angkatan Udara berharap masyarakat tidak mudah terbawa arus disinformasi yang kadangkala sengaja disebarkan untuk membuat kekacauan.