Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Liga Indonesia

Reka Ulang Kematian Choirul Huda: Detik-detik Penyelamatan Itu

Tempo berusaha mereka ulang detik-detik kematian kiper Persela Lamongan, Choirul Huda.

23 Oktober 2017 | 09.10 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Pesan belasungkawa kepada Choirul Huda ditampilkan saat jeda babak pertama pertandingan antara Persib Bandung menghadapi Madura United FC pada laga lanjutan GO-JEK Traveloka Liga 1 di Stadion Si Jalak Harupat Soreang, Kabupaten Bandung, 19 Oktober 2017. ANTARA

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Penjaga gawang Persela Lamongan, Choirul Huda, meninggal pada Minggu, 15 Oktober 2017. Ia meninggal di rumah sakit setelah terlibat benturan dengan rekan setim, Ramon Rodrigues, dalam laga melawan Semen Padang di Stadion Surajaya, Lamongan.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Tempo berusaha menelusuri kembali kejadian hari itu, sejak di lapangan hingga rumah sakit. Berikut detik-detik kronologi tragedi tersebut:

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

15.43

Peristiwa benturan terjadi.

15.44 WIB

Tim medis langsung berlari memasuki lapangan menyusul petugas lain yang membawa tandu. Satu petugas medis berlari membawa tas ransel emergency berisi tabung oksigen dibantu seorang pemain sepak bola.

Baca: Liga 1: Pemain Semen Padang Diedukasi Soal Penanganan Cedera

15.45 WIB

Ambulan RSUD Soegiri masuk dan mendekati pinggir lapangan. Petugas medis untuk Persela, Budi Wignyo, berinisiatif mendekatkan posisi ambulan meskipun belum mendapat tanda izin masuk dari wasit lantaran kondisi Huda yang gawat.

“Ketika terjatuh di lapangan, kami tidak langsung menyatakan meninggal dunia. Kami berusaha semaksimal mungkin,” kata Budi saat ditemui di RSUD Soegiri, Jumat, 20 Oktober 2017.

Hasyim, petugas tim medis lainnya, langsung berjongkok untuk membuka mulut Huda. Langkah ini, kata Budi, sudah sesuai prosedur standar penyelamatan. Tujuannya untuk membebaskan jalan nafas (airway). “Saat dicek, nadinya lemah. Dia sudah tidak sadar.”

Penjaga gawang Persela Lamongan Choirul Huda mendapatkan perawatan medis saat laga melawan Semen Padang dalam lanjutan Gojek Traveloka Liga 1 di Stadion Surajaya Lamongan, Jawa Timur, 15 Oktober 2017. Meski Persela menang 2-0, kematian Choirul membawa duka yang mendalam. ANTARA

15.47 WIB

Choirul Huda dilarikan ke rumah sakit menggunakan ambulan. RSUD Soegiri berjarak 2,3 kilometer dari Stadion Surajaya, ditempuh dalam waktu kurang lebih 8 menit.

Di lain tempat, dokter anestesi RSUD Soegiri, Yudhistiro, turut menonton pertandingan melalui layar kaca. Ia langsung mengontak para staf medis di Instalasi Gawat Darurat untuk menyiapkan sejumlah alat. Kemudian ia bergegas menuju rumah sakit.

Baca: Biaya Pendidikan 2 Anak Choirul Huda Ditanggung Pemkab Lamongan

15.55 WIB

Choirul Huda sampai IGD, langsung dipasangi alat-alat bantu medis. Mulai alat pacu jantung, endotrachea tube, dan kabel-kabel monitor rekam jantung. Secara simultan, petugas IGD melakukan resusitasi jantung dan menyuntikkan obat adrenalin agar denyutnya muncul.

Tim medis semula optimistis bisa menyelamatkan nyawanya karena Huda masih memiliki nafas meskipun tak normal. “Monitor saturasi oksigen masih menunjukkan angka 50-70 persen. Dari situ kami optimis, ‘wah masih nyaut ini’,” kata dokter anestesi RSUD Soegiri, Yudhistiro.

Secara simultan, kata dia, pihaknya melakukan pijat jantung. Petugas lainnya melakukan intubasi yakni dengan memasukkan endotrachea tube. Tujuannya untuk membantu jalan nafas secara paten sehingga oksigen 100 persen masuk ke tubuh.

Posisi tubuh Huda juga diatur secara inline mobilisation alias benar-benar sejajar lurus dari ujung kepala, tulang belakang, sampai kaki. “Sejak ditandu di lapangan, kami pegangi kepalanya supaya inline mobilization tadi. Penyangga leher kami pasang sejak di ambulans,” kata Budi.

16.00 WIB

Tim medis di IGD terus mencoba dan berpacu dengan waktu. Mereka berusaha mati-matian karena melihat masih adanya harapan hidup. “Meskipun tidak ada respon denyut jantung, kulitnya sempat memerah. Saturasi oksigen naik menjadi 80 persen,” kata Yudhistiro.

Selain kadar saturasi oksigen yang naik, wajah Huda tidak lagi membiru. Tim pun tetap melakukan bantuan nafas. Sejurus kemudian, kulit Huda sempat memerah pertanda membaik, namun wajahnya pucat memutih. “Dia lalu ngedrop.”

Tak hanya pijat jantung, tim medis juga memberikan obat-obatan pendukung. Sejak di dalam ambulans, Huda diberikan obat adrenalin untuk memacu jantungnya melalui dua kali. “Selama penanganan di IGD juga tetap kami berikan setiap 4 menit sekali,” tutur Yudhistiro.

Baca: Reka Ulang Kematian Choirul Huda: Petugas Medis Sempat Optimistis

Namun setelah satu jam lebih tim mengupayakan penyelamatan, Huda tetap tidak menunjukkan tanda-tanda adanya denyut jantung.

17.15 WIB

Setelah 80 menit tim dokter berupaya memulihkan kesadaran Huda, denyut jantungnya tetap tak muncul. Tim dokter akhirnya menyatakan Choirul Huda telah meninggal dunia.

Akun Twitter resmi Tim Persela Lamongan mengunggah pesan duka atas meninggalnya sang kapten Choirul Huda. Twitter.com

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus