Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
SAATCHI Gallery saat ini dianggap sebagai salah satu galeri seni rupa kontemporer terkenal di Inggris. Galeri ini didirikan Charles Saatchi pada 1985. Saatchi adalah pengusaha periklanan dan kolektor seni kelahiran Irak yang pernah membantu Margaret Thatcher menduduki kursi perdana menteri. Galeri itu kini berada di gedung Duke of York, London, dengan ruang pameran seluas 70 ribu kaki persegi atau lebih luas daripada lapangan sepak bola, yang menjadikannya museum seni kontemporer gratis terbesar di negeri itu.
Selain memamerkan karya para seniman dunia yang sudah terkenal, galeri ini punya perhatian besar terhadap karya seniman muda dari berbagai bangsa yang jarang terlihat. Menurut Nigel Hurst, Chief Executive Officer Saatchi Gallery, mereka sudah membuat pameran Unveiled: New Art from the Middle East, yang menampilkan karya seniman Timur Tengah, termasuk Irak, Iran, dan Yordania; The Revolution Continues: New Chinese Art, yang menampilkan karya perupa Cina masa kini; dan pameran karya seni India kontemporer dalam The Empire Strikes Back: Indian Art Today. Berikutnya kami akan bikin pameran tentang Korea, katanya.
Pameran Indonesian Eye di galeri itu nanti akan membuat Indonesia menjadi negara pertama dari Asia Tenggara yang karyanya dipamerkan di sana. Lantas mengapa galeri itu ingin memamerkan karya seni rupa kontemporer Indonesia? Berikut ini cuplikan perbincangan Kurniawan dari Tempo dengan Nigel Hurst.
Mengapa Indonesia dipilih untuk berpameran?
Indonesia memang dipilih karena kami melihat pertumbuhan seni dan ekonominya yang dinamis. Tapi unsur yang paling penting adalah Indonesia mampu menghasilkan karya seni yang sangat menonjol di Asia Tenggara. Saya ingin memamerkan karya yang membuat masyarakat Inggris dan internasional mengetahui lebih banyak bagaimana Indonesia melihat dunia. Selain itu, ada ketertarikan besar di sana terhadap seni rupa kontemporer yang segar. Kami harapkan Indonesian Eye dapat berperan di dunia ketika nanti ditampilkan di London.
Sebagian peserta pameran adalah seniman muda dan sebagian lagi seniman yang sudah mendunia. Apakah disengaja?
Benar. Itu biasa dilakukan pada umumnya galeri. Kami memang menampilkan karya seniman yang, katakanlah, sudah mendunia, sebagaimana yang Anda ketahui, karena memang perlu untuk menampilkan karya perupa mapan di Inggris. Tapi seniman muda juga perlu memiliki akses internasional.
Apakah biografi seniman jadi pertimbangan penting?
Kami selalu melihat biografi mereka. Itu bagian yang penting dalam proses pemilihan. Tentu kami butuh lebih banyak informasi mengenai sang seniman. Itu sebabnya kami melibatkan kurator lokal Indonesia. Itu penting. Kami melibatkan mereka dan memilih yang paling mereka rekomendasikan. Ini semacam kerja kolaborasi.
Bagaimana Anda menyeleksi karya para seniman?
Memang prosesnya sulit. Kami mesti mempertimbangkan bahwa karya itu harus sangat menarik bagi penonton internasional dan seberapa praktis dibawa ke London. Kami melihat ada keragaman dalam karya mereka. Unsur-unsurnya mengandung hal-hal yang sangat kontemporer, seperti komik, iklan, dan teknologi informasi. Hal ini menarik karena mereka melihat tantangan yang dihadapi Indonesia masa kini.
Kami menemukan sebagian karya yang berbicara soal politik, semacam kritisisme, tapi kami lebih memilih yang hibrida, yang mencampurkan banyak unsur, yang menunjukkan pengaruh-pengaruh yang sangat kontemporer. Tapi pada saat yang sama juga ada pengaruh budaya populer, seperti manipulasi instrumen dan praktek manga, yang menunjukkan pertemuan budaya Indonesia dan budaya lain.
Kami juga melihat ada beberapa lapisan di situ, bukan di lapisan atas, tapi di bawah, yang menunjukkan pengaruh-pengaruh historis, seperti wayang dan napas islami.
Jadi Anda mencoba mengangkat berbagai dimensi yang ada?
Benar. Indonesia, menurut saya, memiliki berbagai unsur dunia. Indonesia sangat dinamis. Situasi seperti ini sangat jarang ditemukan di tempat lain. Indonesia telah menyatukan berbagai budaya dunia. Anda punya berbagai agama dan situasi di sini dan berpikiran sangat terbuka. Pengaruh-pengaruh itu berdiri berdampingan dan, tentu saja, ada juga pengaruh buruknya. Saya sangat tertarik akan hal ini.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo