Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Seni

Aksi Cosplayer hingga Tari Bocah Jepang

Festival musim panas Jepang, Natsu Matsuri, di Taman Mini Indonesia Indah sangat ramah untuk semua pengunjung, termasuk anak.

7 Juli 2024 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Seorang cosplayer bernama Verzi (18 tahun) bergaya dengan kostum tokoh manga dan anime Demon Slayer, Zenitsu Agatsuma. TEMPO/Bintari Rahmanita

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Poin penting

  • Festival musim panas khas Jepang atau Natsu Matsuri digelar di Taman Mini Indonesia Indah hingga Ahad, 7 Juli 2024.

  • Beragam hiburan, dari cosplay, konser musik, hingga pengenalan beragam budaya Jepang, tersaji.

  • Bukan hanya kegiatan budaya untuk orang dewasa, ada pula kegiatan Bon Odori atau tarian khas anak-anak di Jepang.

AWAN gelap seperti tak mau pergi dari langit kawasan Taman Mini Indonesia Indah, Cipayung, Jakarta Timur, Sabtu sore, 29 Juni 2024. Sesekali hujan deras turun tanpa aba-aba, lalu beberapa saat kemudian hanya menyisakan gerimis. Suara geledek sempat beberapa kali terdengar menggelegar mengagetkan orang.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Cuaca tak bersahabat membuat Verzy galau. Hampir satu jam lebih ia di dalam mobilnya menunggu acara kompetisi cosplay atau berdandan ala karakter komik, anime, dan video game.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Setelah hujan reda, barulah perempuan 18 tahun itu beraksi. Ia tampil dengan kostum salah satu karakter komik dan anime Jepang, Demon Slayer, Zenitsu Agatsuma. Ia mengenakan kemeja, rok pendek, dan kaus kaki panjang yang semuanya berkelir hitam.

Ia juga memakai semacam jaket besar kuning dengan motif segitiga lengkap dengan rambut palsu panjang berwarna sama. Tak lupa ia membawa sebilah katana palsu sebagai senjata khas tokoh Zenitsu. "Saya sebenarnya enggak terlalu mengejar kompetisinya, cuma pengin tampil cosplay mumpung ada agendanya," kata Verzy.

Kompetisi cosplay menjadi salah satu agenda dalam festival musim panas Jepang atau Natsu Matsuri yang digelar di Taman Mini Indonesia Indah sejak 29 Juni hingga 7 Juli 2024.

Selain Verzy, masih ada puluhan cosplayer lain yang turun ke lapangan setelah hujan hilang. Walhasil, suasana festival yang sebelumnya sepi kembali ramai. Bak artis dadakan, Verzy dan cosplayer lain sibuk melayani permintaan foto dari para pengunjung.

Verzy mengaku senang ketika ada orang yang memintanya berfoto bareng. Ibarat kata, upayanya berdandan selama berjam-jam terbayar lunas. "Mereka suka dan menghargai penampilan saya," tutur perempuan yang sudah dua tahun terakhir aktif di dunia cosplay itu.

Menurut Verzy, tampilan karakter Zenitsu yang ia bawakan kali ini tergolong sederhana karena kostum yang ia pakai tak neko-neko. Hanya kemeja, jas, dan rok biasa. Tantangannya hanya urusan rias wajah dan rambut.

Verzy harus dibantu kerabatnya untuk menata wajah hingga mendekati muka karakter yang ia perankan. Memang tidak bisa sama persis karena bentuk wajah tokoh anime tak serealistis wajah asli manusia.

"Paling tantangannya dandan untuk dasarnya agar nanti enggak gampang luntur. Juga rambut palsu karena menyisir (rambut palsu) itu susah banget seperti mencelupkan jari di lautan."

Anak-anak saat mengikuti Bon Odori Workshop dalam Natsu Matsuri atau Festival Musim Panas Jepang 2024 di Taman Mini Indonesia Indah, Jakarta, 4 Juli 2024. TEMPO/M Taufan Rengganis

Ada juga Zahra yang tampil dengan kostum salah satu karakter dalam game Genshin Impact, Allegro. Perempuan 16 tahun itu memakai semacam setelan jas ketat berkelir biru tua. Ia juga memakai sarung tangan hitam kemeja dan celana pendek berkelir putih. Tak lupa ia memakai topi bundar dengan ujung atas dilengkapi ornamen mahkota.

Sama seperti Verzy, Zahra hanya ikut-ikutan tampil dalam acara Natsu Matsuri di TMII. Ia beralasan sudah empat bulan terakhir absen dalam kegiatan cosplay. "Jadi kangen saja. Mumpung ada yang ajak dan enggak terlalu jauh lokasinya, ya, ikut saja," kata murid salah satu SMA negeri di Jakarta Timur itu.

Ya, Zahra datang bersama seorang teman yang sama-sama tampil dengan kostum masing-masing. Berkat sering ikut agenda cosplay di Jakarta dalam tiga tahun terakhir, Zahra jadi punya cukup banyak kenalan sesama cosplayer. "Ada semacam grup percakapan begitu. Ada komunitasnya."

Satu suara dengan Verzy, Zahra merasa sangat senang jika banyak pengunjung yang mengajak berfoto bersama. Namun terkadang ia merasa risi jika ada orang yang terlalu SKSD alias sok kenal dan sok dekat kepadanya, terlebih laki-laki.

Biasanya mereka mengajak berfoto dengan pose yang berani, seperti memegang tangan hingga membentuk simbol cinta. "Lebih lagi sampai minta nomor WhatsApp atau nama akun di media sosial, lalu kirim banyak pesan," ujar Zahra.

Jika begitu, ia hanya bisa menolak atau memblokir ajakan mengobrol tersebut. Untuk mengantisipasi hal yang tidak diinginkan, terkadang Zahra meminta ibu atau saudaranya untuk menemani ketika ia ikut kegiatan cosplay.

Faktanya memang cukup banyak pengunjung laki-laki yang berburu berfoto bareng dengan para cosplayer dalam acara Natsu Matsuri. Pun tak sedikit pengunjung yang meminta akun media sosial dan nomor WhatsApp.

Zein salah satunya. Remaja berusia 15 tahun itu memang menyukai cosplay, terutama untuk sejumlah karakter perempuan dalam beberapa judul anime dan game. Salah satunya karakter Allegro, yang dipakai Zahra.

"Saya minta itu (akun media sosial dan WhatsApp), ya, untuk kenalan saja. Saya ingin tahu koleksi cosplay-nya apa saja," kata Zein.

Zein mengaku sering datang ke acara cosplay di berbagai lokasi di Jakarta. Ia merasa senang bisa melihat sosok karakter di dunia manga, anime, dan game dapat ditampilkan dalam wujud manusia. "Keren saja rasanya," tutur Zein.

Ada juga Hans, remaja berusia 17 tahun yang punya hobi memotret para cosplayer dengan berbekal kamera yang ia bawa. Sebagai penggila beragam komik dan anime Jepang, Hans punya keinginan untuk mengoleksi foto-foto dari para cosplayer. Terlebih cosplayer karakter yang ia idolakan.

"Saya foto, saya arahkan gayanya. Kalau hasilnya bagus, kadang saya kirim juga ke cosplayer itu," kata Hans.

Puluhan orang mengangkat arak-arakan Parade Omikoshi dalam perayaan Natsu Matsuri atau festival musim panas Jepang di Taman Mini Indonesia Indah, Jakarta, 29 Juni 2024. Tempo/Indra Wijaya

Selain cosplay, konser JKT48 menjadi incaran ribuan orang dalam kegiatan Natsu Matsuri. JKT48 adalah grup vokal asal Indonesia yang menjadi adik binaan idol grup populer asal Jepang, AKB48. Faktanya, JKT48 memiliki basis penggemar yang kuat dan banyak.

Para wota, sebutan bagi para penggemar JKT48, berjingkrak saat grup vokal cantik itu membuka konser dengan lagu berjudul Ingin Bertamu. Tanpa lelah, para wota itu meneriakkan nama idol favorit mereka.

Setidaknya ada delapan lagu yang dibawakan oleh 12 personel JKT48 dalam konser mereka di panggung Natsu Matsuri. Tak cuma bernyanyi dan menari, mereka sempat mengajak ribuan penonton berinteraksi di sela konser.

Bukan cuma orang dewasa yang ikut berpesta dalam festival musim panas khas Jepang itu. Ada pula kegiatan Bon Odori atau tarian khas anak-anak di Jepang di kala musim panas. Menariknya, tarian ini digelar hampir setiap hari selama perayaan Natsu Matsuri di Taman Mini Indonesia Indah.

Tarian ini diiringi lagu berjudul Odoru Ponpokorin. Jika membaca atau mendengar judul lagu tersebut, mungkin tak banyak orang yang mengenalinya. Lagu ini menjadi pembuka salah satu anime Jepang terpopuler, Chibi Maruko Chan. Musik yang riang dan gerakan yang mudah menjadi alasan tarian ini mudah diterima pengunjung anak-anak.

Salah satunya Tesha, bocah perempuan berusia 8 tahun, yang mampir ke Natsu Matsuri pada Kamis sore, 4 Juli 2024. Tanpa rasa malu, ia mengikuti gerakan instruktur tari yang berdiri di atas panggung. Gerimis tak menciutkan keinginan Tesha untuk menari. "Tariannya lucu, jadi ingin ikut," tutur Tesha, yang sedang berlibur di TMII dengan ditemani ibunya.

Instruktur tarian Bon Odori, Pepen, mengatakan tarian ini sejatinya hanya memiliki lima gerakan dasar yang diulang-ulang. Inilah yang membuat anak-anak mudah mengikuti dan menghafalkan gerakan sembari mendengarkan musik pengiring.

Pegiat komunitas budaya Jepang, U-maku Eisa Shinka Indonesia, itu mengatakan budaya menari Bon Odori masih dilestarikan di Jepang hingga sekarang. Menurut Pepen, sejatinya tarian tersebut digunakan sebagai bagian dari adat menyambut arwah nenek moyang yang pulang saat perayaan musim panas.

"Tapi ini bukan cerita seram, ya, justru sarat akan nuansa keluarga."

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya
Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus