"KENAPA Pastur tak boleh kawin?" tanja Jeane d'Arc. Maka
mendjawab Jesus: "Aku tak pernah mengadjarkan begitu. Itu hanja
interpretasi orang-orang". Bertanja lagi, Jeane d'Arc:"Kenapa
kau suka pelatjur?" Djawab Jesus: "Karena mereka perlu
dikasihani, mereka perlu ditolong, karena itu setiap aku ke
Surabaja pasti kukundjungi Bangunredjo, bila ku ke Djakarta
kusinggahi Kramat Tunggak!"
Kemudian Jesus jang dimainkan oleh, Remmy Sylado berseru kepada
kawan-kawannja:"Mari kita bersetubuh dengan angin!" Iapun meraih
sebuah gitar lantas tarik suara. "Lagu jang dinjanjikannja lagu
lapuk bernama "Jailhouse Rock": Perut dan pinggulpun
bergulung-gulung diputar oleh jang punja dengan periuh perasaan
birahi. Diatas panggung anak buah dan bapak -- atau oom -- buah
"Teater 23761" mulai menari mengikuti musik... Tetapi kesukaan
ini tak lama karena disusul oleh suatu keonaran. Sang dara Jeane
d'Arc membunuh Jesus. Jesus-pun mati. Sebelum mati ia masih
sempat mentjium "Vrpschzzz"' wanita jang tak dikenal sambil
berkata: "Djangan tangisi kematian, sebab kematian itu
sesungguhnja kehidupan". Pementasan selesai. Satu tiga perempat
djam.
Maxi kata. Mahasiswa Indonesia edisi Djawa Barat telah berani
mendjadi sponsor Teater 23761 dalam mementaskan karangan Remy
Sylado berdjudul Messiah II. "Messiah II bukan frasiologi
menurut interpretasi teologi Kristen melainkan sebagai suatu
fenomena jang ada dipadukan dengan fenomena jang lain sehingga
mendjadi fenomena jang berdiri sendiri, dimana justifikasi
tentang kebenaran adalah pada tjita rasa drama itu sendiri".
Begitulah didjelaskan mengenai spa jang disebut dengan Messiah
II itu -- jang mudah-tnudahan sadja tjukup djelas bagi
orang-orang jang lebih suka kata-kata sederhana. Pementasan itu
djuga diberi nama "maxy kata" dengatr "dimensi total. "Disana
ada delapan belas tokoh-tokoh dunia jang hidup mati sebelum
Masehi sampai kepada jang masih hidup diabad terachir ini. Dari
Confusius, Jesus dan Jimi Hendrix ditjampur baur mendjadi sebuah
bumbu jang dihiasi dengan lagu-lagu seribu matjam Svmphony ke-9
dari Beethoven satu komposisi Tschaikovsky, Child in time-nja
Deep Purple. Jailhouse Rocknja Elvis, sebuah lagu negro
spiritual bernama Were you there, dan sebuah karangan Remy
Sylado sendiri -- Wake up. Djuga muntjul koor bagaikan sandiwara
Junani dengan banjak memasukkan unsur-unsur tari strip gerak
indah.
Kostum jang aneh, jang lutju dan eksentrik jang konon
dikerdjakan oleh Joanna Boutique, kelihatan sangat meriah.
Pancho-pancho dengan warna-warna hidjau dan djingga memuntjak
kepada peralatan tokoh Jesus jang memakai pakaian kegembiraan
kaum hippies. Melambai-lambai diatas dekor jang sangat
sederhana, dibawah perlampauan jang sudah diatur untuk
menimbulkan situasi, ditengah iringan gitar Benny Subardja dari
band Tire Peels jang ngumpet dibelakang panggung, bahasa kaum
urakanpun tidak dilupakan. Bagaikan meniru Rendra didalam Hamlet
jang di pentaskan di Taman Ismail Marzuki bulan-bulan jang lalu,
muntjullah kata tjatji maki, gerak persetubuhan dengan angin
serta Jesus jang menukikkan pantatnja keudara.
Frustrasi. "Gelembung-gelembung sabun mainan sang botjah kata
seorang penonton jang mengaku pernah bekerdja untuk
sandi-wara:."Penjaluran kreativitas anak-anak muda, penjaluran
frustrasi generasi muda terhadap segala tata krama bahkan pada
figur-figur sedjarah jang dihormati" komentar Sabardji Calzoum
Bachri, seorang penjair jang kini di Bandung. Penonton-penonton
jang lain, lebih kurang tiga ratus orang jang menduduki kursi di
Gedung Merdeka Bandung itu merasa tjukup terhibur dengan sadjian
Remy Sylado, Hanja sadja memang pada achir pertundjukan mereka
lupa bertepuk tangan. Entah sudah direntjanakan sebelumnja tokoh
Jimi Hendrix nongol keatas pentas sambil mendjelaskan bahwa
pementasan telah berachir. Tidak lupa ia mengutjapkan terima
kasih kepada para penonton sekalian. Penonton-penontonpun keluar
dengan damai, ada jang ketjewa mengerutu, ada jang pilek.
Tjerita jang konon terdjadi-pada tahun 1971 di Atas Angin ini,
memang sematjam dongeng nenek untuk menjenangkan tjntjunja jang
senang kepada sensasi. Duapuluh dua orang pemuda-pemudi
tampaknja sudah mengalami latihan jang tjukup para djuga.
Memuntjulkan kembali tokoh-tokoh Ken Arok, Hitler, Cassanova,
Bach, Gandhi dan sebagainja setjara serentak memang bukan
pekerdjaan jang mudah. Rem Sylado sang sutradara, adalah dosen,
dramaturgi, inconografi dan make-up pada Akademi Cinematograf
Bandung. Dia kelihatan sangat serius. Ia djuga tak sia-sia
mendjadi pelatih penjanji-penjanji pop. Kepintarannja itu
ditjobanja untuk menuangkan pada malam kombinasi tari lagu itu.
Tetapi sajang sekali penonton banjak jang berpendapat bahwa
hasil djerih pajahnja malam itu tidak lebih dari hiburan biasa.
Sebuah pertundjukan pop dengan tjara baru. Ada keinginan dan
akal-akal untuk menjampaikan kemauan-kemauan jang lebih djauh,
tetapi unsur pop rupanja memang tetap hendak dipertahankan.
Tidak berarti pertundjukannja tidak bermutu. Agaknja untuk
waktu-waktu mendatang, mengingat Remy djuga pernah mentjoba
memainkan versi Indonesia, Teater 23761 nja, perlu untuk
diperhatikan. Paling sedikit karena satu hal: hasratnja untuk
meniru dan pertjobaan-pertjobaannja untuk memasukkan unsur jang
lebih dalam dan serius kedalam kesenian muda-mudi di Indonesia.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini