Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Seni

23761 & yesus

Teater 23761 mementaskan karya remy sylado di gedung merdeka bandung dengan judul mesiah ii, mengisahkan terbunuhnya yesus oleh sang jean d'arc. mahasiswa indonesia jawa barat jadi sponsornya.

26 Juni 1971 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

"KENAPA Pastur tak boleh kawin?" tanja Jeane d'Arc. Maka mendjawab Jesus: "Aku tak pernah mengadjarkan begitu. Itu hanja interpretasi orang-orang". Bertanja lagi, Jeane d'Arc:"Kenapa kau suka pelatjur?" Djawab Jesus: "Karena mereka perlu dikasihani, mereka perlu ditolong, karena itu setiap aku ke Surabaja pasti kukundjungi Bangunredjo, bila ku ke Djakarta kusinggahi Kramat Tunggak!" Kemudian Jesus jang dimainkan oleh, Remmy Sylado berseru kepada kawan-kawannja:"Mari kita bersetubuh dengan angin!" Iapun meraih sebuah gitar lantas tarik suara. "Lagu jang dinjanjikannja lagu lapuk bernama "Jailhouse Rock": Perut dan pinggulpun bergulung-gulung diputar oleh jang punja dengan periuh perasaan birahi. Diatas panggung anak buah dan bapak -- atau oom -- buah "Teater 23761" mulai menari mengikuti musik... Tetapi kesukaan ini tak lama karena disusul oleh suatu keonaran. Sang dara Jeane d'Arc membunuh Jesus. Jesus-pun mati. Sebelum mati ia masih sempat mentjium "Vrpschzzz"' wanita jang tak dikenal sambil berkata: "Djangan tangisi kematian, sebab kematian itu sesungguhnja kehidupan". Pementasan selesai. Satu tiga perempat djam. Maxi kata. Mahasiswa Indonesia edisi Djawa Barat telah berani mendjadi sponsor Teater 23761 dalam mementaskan karangan Remy Sylado berdjudul Messiah II. "Messiah II bukan frasiologi menurut interpretasi teologi Kristen melainkan sebagai suatu fenomena jang ada dipadukan dengan fenomena jang lain sehingga mendjadi fenomena jang berdiri sendiri, dimana justifikasi tentang kebenaran adalah pada tjita rasa drama itu sendiri". Begitulah didjelaskan mengenai spa jang disebut dengan Messiah II itu -- jang mudah-tnudahan sadja tjukup djelas bagi orang-orang jang lebih suka kata-kata sederhana. Pementasan itu djuga diberi nama "maxy kata" dengatr "dimensi total. "Disana ada delapan belas tokoh-tokoh dunia jang hidup mati sebelum Masehi sampai kepada jang masih hidup diabad terachir ini. Dari Confusius, Jesus dan Jimi Hendrix ditjampur baur mendjadi sebuah bumbu jang dihiasi dengan lagu-lagu seribu matjam Svmphony ke-9 dari Beethoven satu komposisi Tschaikovsky, Child in time-nja Deep Purple. Jailhouse Rocknja Elvis, sebuah lagu negro spiritual bernama Were you there, dan sebuah karangan Remy Sylado sendiri -- Wake up. Djuga muntjul koor bagaikan sandiwara Junani dengan banjak memasukkan unsur-unsur tari strip gerak indah. Kostum jang aneh, jang lutju dan eksentrik jang konon dikerdjakan oleh Joanna Boutique, kelihatan sangat meriah. Pancho-pancho dengan warna-warna hidjau dan djingga memuntjak kepada peralatan tokoh Jesus jang memakai pakaian kegembiraan kaum hippies. Melambai-lambai diatas dekor jang sangat sederhana, dibawah perlampauan jang sudah diatur untuk menimbulkan situasi, ditengah iringan gitar Benny Subardja dari band Tire Peels jang ngumpet dibelakang panggung, bahasa kaum urakanpun tidak dilupakan. Bagaikan meniru Rendra didalam Hamlet jang di pentaskan di Taman Ismail Marzuki bulan-bulan jang lalu, muntjullah kata tjatji maki, gerak persetubuhan dengan angin serta Jesus jang menukikkan pantatnja keudara. Frustrasi. "Gelembung-gelembung sabun mainan sang botjah kata seorang penonton jang mengaku pernah bekerdja untuk sandi-wara:."Penjaluran kreativitas anak-anak muda, penjaluran frustrasi generasi muda terhadap segala tata krama bahkan pada figur-figur sedjarah jang dihormati" komentar Sabardji Calzoum Bachri, seorang penjair jang kini di Bandung. Penonton-penonton jang lain, lebih kurang tiga ratus orang jang menduduki kursi di Gedung Merdeka Bandung itu merasa tjukup terhibur dengan sadjian Remy Sylado, Hanja sadja memang pada achir pertundjukan mereka lupa bertepuk tangan. Entah sudah direntjanakan sebelumnja tokoh Jimi Hendrix nongol keatas pentas sambil mendjelaskan bahwa pementasan telah berachir. Tidak lupa ia mengutjapkan terima kasih kepada para penonton sekalian. Penonton-penontonpun keluar dengan damai, ada jang ketjewa mengerutu, ada jang pilek. Tjerita jang konon terdjadi-pada tahun 1971 di Atas Angin ini, memang sematjam dongeng nenek untuk menjenangkan tjntjunja jang senang kepada sensasi. Duapuluh dua orang pemuda-pemudi tampaknja sudah mengalami latihan jang tjukup para djuga. Memuntjulkan kembali tokoh-tokoh Ken Arok, Hitler, Cassanova, Bach, Gandhi dan sebagainja setjara serentak memang bukan pekerdjaan jang mudah. Rem Sylado sang sutradara, adalah dosen, dramaturgi, inconografi dan make-up pada Akademi Cinematograf Bandung. Dia kelihatan sangat serius. Ia djuga tak sia-sia mendjadi pelatih penjanji-penjanji pop. Kepintarannja itu ditjobanja untuk menuangkan pada malam kombinasi tari lagu itu. Tetapi sajang sekali penonton banjak jang berpendapat bahwa hasil djerih pajahnja malam itu tidak lebih dari hiburan biasa. Sebuah pertundjukan pop dengan tjara baru. Ada keinginan dan akal-akal untuk menjampaikan kemauan-kemauan jang lebih djauh, tetapi unsur pop rupanja memang tetap hendak dipertahankan. Tidak berarti pertundjukannja tidak bermutu. Agaknja untuk waktu-waktu mendatang, mengingat Remy djuga pernah mentjoba memainkan versi Indonesia, Teater 23761 nja, perlu untuk diperhatikan. Paling sedikit karena satu hal: hasratnja untuk meniru dan pertjobaan-pertjobaannja untuk memasukkan unsur jang lebih dalam dan serius kedalam kesenian muda-mudi di Indonesia.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus