Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Seni

Bangun dari mati

Dewan kesenian surabaya batal diresmikan dalam ulang tahun surabaya ke 65. manikebuis surabaya basuki rachmat dan farid dimiyati tidak menyukai istilah muluk tapi pelaksanaan tidak ada.

26 Juni 1971 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

MUNTJULNJA suara-suara mati-nja Surabaja didrama 4 kota 2 bulan jang lalu telah membawa semangat hidup para seniman di Surabaja. Bahkan komisi B DPRD KMS karena itu -- meskipun suara-suara mati bukan nomor satu dalam sidangnja mendjelang ulangtahun ke-65 Surabaja April jang lalu telah sepakat mengingini satu Pusat Kesepian disana. Maka terbetik berita bahwa pada fiesta ulangtahun Surabaja jang sederhana itu sekaligus akan diresmikan Dewan kesenian Surabaja (DKS). Tapi kalangan seniman jang mulai berbesar hati mendadak djadi bertanja-tanja. Mengapa tidak djadi diumumkan DKS itu. Apakah ada kiranja suara-suara mati disana Basuki Rachmat, manikebuis Surabaja dengan nada bertanja mengatakan kepada Atjin Yassien koresponden TEMPO, "Apakah sudah dirasa perlu adanja DKS, itu?" Sembari meniup abu puntung rokok jang tertjetjer dimedjanja, dikantoi madjalah njaja Baja. Lekra. Ia kembali mengkadji peristiwa Lama, ketika ia bersama rekannja Farid Dimjati menjelenggarakan festival drama peladjar tahun 1958 di Surabaja. "Saat itu benar-benar ada semangat para seniman jang betul untuk seni itu sendiri". Lalu ia membuka fakta -- sebenarnja kegiatan seni setelah non aktifnja Lekra telah lama tidak digalang lagi. Sedjak Kesatuan Aksi Seniman Budajawan Indonesia tahun 66 itu hingga kini nasib kesenian di Surabaja tetap terlantar. Mengapa? "Seniman Surabaja telah lama berke-lompok "dalam golongan". Tapi bukan itu masalah utama. Basuki 33 tahun bapak dari 3 putera, sebenarnja masih mempertjajai konsepsi masjarakat seniman sebagaimana disebutkan "individu-individu jang haus aktivitas dibidang seni" itu. Maka kini masalahnja bukan DKS atau apa namanja. Tapi bagaimana terlebih dulu mentjiptakan suasana "seniman-seniman bisa mengadakan pergaulan". Dan Farid Dimjati 31 tahun, jang djuga manikebuis dan pernah bersama Basuki Rachmat dipetjat dari keanggotaan PWI sehingga terpaksa menganggur , setengah tahun itu, memperdjelaskan persoalan. Dirumahnja Djl.Dharmawangsa ia mengatakan "terlalu banjak orang-orang jang bukan seniman ikut tjampur disana". Misalnja jajasan bina seni, kelompok pengusaha jang ditundjuk wali kota sebagai pengumpul dana, telah melangkah djauh kearah praktis dan mengadjukan rentjana jang bersifat teknis belaka. "Uangnja darimana?" tanja Farid. Meskipun kini oleh Farid kegiatan seniman Surabaja tidak lagi mengchawatirkan masalah keuangan karena dari APBD 71/72 tersedia dana chusus kesenian pada sektor kebudajaan. Jang terpenting bagi Surabaja diperlukan muntjulnja "seorang organisator para seniman". Agaknja memang benar apa jang digambarkan para pembantu walikota di bidang pembinaan seniman itu. Baik Basuki Rachmad maupun Farid Dimjati tidak menjukai istilah jang terlalu muluk tapi tak ada pelaksanaan. Basuki merasa ngeri pada suatu ketika katanja mendengar utjapan seorang anggota Dewan Kesenian Djakarta "Seniman kita diantjam kemusnahan". Ia menggambarkan perlu penghajatan seni bagi anak-anak kita. Maka ia akan menempuh tjara semula. "Dengan fasilitas jang diberikan Pemerintah Daerah, raja ingin membiajai kehidupan seni disekolah-sekolah terutama SMA" katanja. Dan Walikota Sukotjo meskipun niatnja mengumpulkan DKS pada tanggal 1 April, digagalkan, tapi perombakan bagian timer gedung utama Balai Pemuda telah dimulai pula 2 April hari berikutnja. "Diharapkan Agustus nanti", gedung baru bagi kegiatan seniman Surabaja dengan model bangunan jang modern itu, "sudah akan bisa ditempati", kata beliau. Lalu bagaimana dengan organisasi seniman itu sendiri? "Satu gerak serempak telah tampak", untuk menjambut fasilitas tersebut, tulis seorang tokoh seniman Surabaja.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus