Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Seni

Alasan Penonton Dilarang Merekam Gambar Pertunjukan Puno

Puno dipentaskan berkeliling dan bertiket demi penggalangan dana penyelenggaraan festival teater boneka internasional keenam medio Oktober 2018.

31 Agustus 2018 | 17.05 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Penonton membaca surat-surat kiriman orang untuk mereka yang telah wafat pasca pementasan lakon Puno (Letters to The Sky) garapan Papermoon Puppet Theatre di Auditorium IFI Bandung, Kamis malam, 31 Agustus 2018. (TEMPO/ANWAR SISWADI)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Papermoon Puppet Theatre tengah menggelar pertunjukan teater boneka berjudul Puno (Letters to The Sky) di Bandung. Selama pementasan yang berdurasi 50 menit mulai 30 Agustus hingga 2 September 2018 itu, penonton dilarang merekam gambar foto ataupun video. Ketentuan serupa pun berlaku bagi jurnalis yang datang meliput.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Syarat menonton yang lain di antaranya tidak merokok, makan, dan minum di dalam ruangan, disampaikan penggarap teater boneka itu, Maria Tri Sulistyani alias Ria, Kamis malam, 30 Agustus 2018, sebelum pertunjukan. "Merekam dengan mata dan hati, alat terbaik dari lahir yang kita punya, bukan dengan HP (handphone) dan kamera," kata Ria.

Kelompok teater asal Yogyakarta itu hanya membolehkan seorang fotografer yang ditugasi mendokumentasikan gambar. Hasil gambar pertunjukan Puno bisa diakses di akun media sosial Papermoon Puppet Theatre.

Selain itu, seusai pertunjukan, penonton seperti kalangan generasi milenial. yang suka memotret dan membuat video blog, dibebaskan merekam sepuasnya boneka Tala dan Puno yang dimainkan serta dekorasi set panggung. Penonton juga dipersilakan berbincang dengan para pemain bonekanya.

Cerita lakon itu melibatkan hubungan anak kecil bernama Tala dengan Puno, ayahnya. Tergolong minim dialog, cerita ikut dialirkan gerak boneka sekaligus para pemainnya yang berkaus hitam lengan panjang dan semuanya lelaki.

Mengisahkan tentang kematian, kata Ria, tema itu dinilai penting untuk diangkat karena selama ini dianggap tabu untuk dibicarakan, seperti di lingkungan keluarga antara anak dan orang tua. "Pertunjukan seni menjadi ruang untuk membicarakan hal yang sulit seperti itu," ujarnya, yang mendirikan Papermoon Puppet bersama suaminya, Iwan Effendi, pada 2006.

Puno dipentaskan berkeliling dan bertiket demi penggalangan dana penyelenggaraan festival teater boneka internasional keenam pada medio Oktober 2018. Papermoon rutin menggelar acara pesta boneka itu setiap dua tahun sekali sejak 2008 di Yogyakarta. Mereka mengundang kelompok teater boneka dari luar dan dalam negeri.

Sebelum tampil di Bandung, Puno dipentaskan di Yogyakarta, Jakarta, serta tiga ibu kota negara Asia Tenggara, yakni Bangkok, Singapura, dan Manila.

Aisha Shaidra

Aisha Shaidra

Bergabung di Tempo sejak April 2013. Menulis gaya hidup dan tokoh untuk Koran Tempo dan Tempo.co. Kini, meliput isu ekonomi dan bisnis di majalah Tempo. Bagian dari tim penulis liputan “Jalan Pedang Dai Kampung” yang meraih penghargaan Anugerah Jurnalistik Adinegoro 2020. Lulusan Sastra Indonesia Universitas Padjadjaran.

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus