Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Gemuruh laut membenturkan riaknya ke permukaan. Namun tanah tak berdaya menahan kerasnya hantaman gelombang pasang. Ketika purnama datang, laut Teluk Jakarta makin parah menggelontorkan airnya ke darat. Perkampungan di sana kerap terendam. Ini makin membuktikan bahwa Jakarta memang mendapat ancaman keras bakal tenggelam.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Tembok penahan gelombang menjadi situs peringatan atas pemanasan global yang nyata mengancam. Tiap tahun, kini tanah di Teluk Jakarta turun hingga 2-3 meter. "Dulu jarak antara laut dan permukiman 100 meter, kini tinggal 20 meter di Kampung Gedong. Dulu ada mercusuar, kini tinggal sebagian," ujar Andi, warga Muara Baru, Jakarta Utara.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Menurut riset Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi), hal tersebut terjadi antara lain karena penggunaan air tanah secara berlebihan dan tak terkendalinya pembangunan gedung di Jakarta. "Jika pembangunan gedung, apartemen, dilakukan tanpa ada pengawasan pemerintah, bisa dipastikan Jakarta akan lebih cepat mengalami penurunan muka tanah," ujar Dwi Sawung dari Walhi Nasional.
Jika air tanah digunakan secara berlebihan, diperkirakan pada 2045 Jakarta akan menghadapi ancaman banjir air laut. Pilihannya: apakah menerima nasib atau melakukan pencegahan? FOTO & TEKS: MAGANG TEMPO/AHMAD TRI HAWAARI
sebuah bangunan tenggelam didaerah Muara Baru, Jakarta.TEMPO/Ahmad Tri Hawaari
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo