Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Seni

Bergila-gila digosok level 42

Grup musik dari Inggris "level 42" tampil di teater mobil, ancol, jakarta. Panitia penyelenggara untung, tapi penonton banyak yang kecewa. Musiknya disenangi remaja jakarta kelas menengah ke atas.

12 Maret 1988 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

SEKITAR 20 ribu gerombolan muda bergoyang di bawah langit malam Ancol yang cerah. Esoknya, dalam jumlah hampir sama seperti Sabtu malam pekan lalu itu, mengentak lagi hingga kelojotan. "Gosok terus. Gosok terus. Saya bisa merasakannya. Living it up. Living it up. Arus gilakah ini?" Begitu Vokalis Mark King bertanya pada mereka. Mark, sekaligus pemain bas Level 42, diiring empat kawannya dalam lagu The Sun Goes Down, atawa Living it Up, yang sangat populer pula di radio-radio di sini. Dalam dua malam itu, Teater Mobil Ancol dilarang untuk mobil. Level 42, grup pop dari Inggris yang kasetnya digemari di sini, seakan membakar arena dua kali lapangan bola tersebut. Tempat duduk 23 ribu yang tiketnya selembar Rp 20.000,00, dan untuk 2 ribu kursi VIP Rp 75 ribu per lembar, bagai tenggelam dalam rangkulan penonton. Panitianya untung. Si penyelenggara, Permata Hijau Selaras, mengatakan: titik impasnya 65%. Penonton pada dua malam itu melampaui persentase dimaksud. Tapi hadirin banyak yang kecewa, karena panitia tak berlaik-laik menata tribun VIP. Si pembayar mahal itu dikecoh, lalu terpaksa naik ke kursi, atau meniru angsa menjulur lehernya. Untuk musik seperti digenjot Level 42 itu, Balai Sidang lebih pas. Dan luang bergoyang cukup merdeka, tanpa merusakkan nikmat menengok ke panggung. Ingat pertunjukan Casiopea atau Shakatak. Betul, Level 42 itu tidak sebesar Tina Turner yang bulan barusan ke Jakarta. Tetapi, di kalangan remaja dan anak-anak muda kelas menengah ke atas, terutama di Jakarta, pasar Level 42 bagus. Kawula pembeli kaset itulah yang membanjiri Ancol malam itu. Lain dengan di Amerika Serikat. Guncangan Level 42 baru tajam setelah Running in the Family (1987), meraih emas di sana. Kata Mark King, sang pemimpin, "Negeri itu terlalu besar buat kami. Sangat susah menaklukkannya." Padahal, di musim panas tahun lalu mereka tampil bersama Madonna, dan Novembernya mereka susul mendampingi Tina Turner. Mereka lebih berjaya di Eropa. Di negeri asal yang jadi domisili mereka, Inggris, merebut platinum untuk album Running in the Family setelah sepekan dipasarkan. Contoh sukses lain: Sun Goes Down, To be with You Again, yang di Inggris getol jadi "sepuluh besar". Juga album Children Say dan hasilnya disumbangkan untuk Great Ormond Street Children's Hospital. Running in the Family mengisahkan pemberontakan anak muda terhadap orangtuanya: membuat dunia baru. "Seperti mimpi dalam mimpi, kita berada di antaranya," teriak Mark King, lahir 20 Oktober 1958 di Cowes, Isle of Wight, Inggris. Ayah dua anak ini seolah meriwayatkan dirinya. Atau entah idem sebagai kisah semua anggota Level 42, dan dianggap cermin dari banyak anak muda zaman ini. Perjalanan karier Mark boleh disimak. Ia gemar tinju, manjat gunung, dan membaca. Ia eks tukang susu dan penjual gitar, sebelum akhirnya meraih gelar basis terbaik dari majalah Blues and Soul. Mark membetot bas dengan caranya sendiri, sembari mengolah vokal tanpa terganggu cengkoknya. Sebuah cincin besi ada di jempol kanannya, hingga bunyi betotannya khas. Ia pemilik dua gitar khusus, berlapis emas dan perak, masing-masing seharga 2.000 poundsterling. Bukan itu saja. "Tangan saya diasuransikan 1 juta poundsterling oleh perusahaan yang mengorganisasikan tur kami," katanya. "Saya, mah, kagak peduli. Di rumah, kalau memaku, saya kerjakan sendiri. Memang, saya menikmati tur-tur keliling dan bergaya di panggung. Tetapi di rumah, saya hanya suami biasa. Saya mengganti popok anak, mengurus kebun, mengajak jalan-jalan anjing yang saya pelihara." Kompanyonnya, Mike Lindup, lahir 17 Maret 1959 di London. Ia di keyboard, minimoog, juga vokal, gemar mengamati kehidupan burung. Pernah bekerja sebagai pembersih sisa-sisa roti dan tumpahan teh di sebuah restoran. Mike bekas siswa London Guildhall School of Music & Drama. Di sekolah itu ia bertemu dengan kakak-adik Boon Gould (gitaris, lahir 4 Maret 1955 di Isle of Wight) dan Philip Gould (pemain drum, 28 Februari 1957) - dua personel lain pendiri Level 42 - yang sebelumnya satu band bersama Mark ketika di Isle of Wight. Mereka mengambil nama Level 42 dari sebuah buku fiksi ilmiah he Hitchikers Guide to the Galaxy. "Di buku itu, angka 42 berisi jawaban atas pertanyaan: Apa arti hidup ini?" tutur Mike. Jawaban atang dari Mark King. "Bermula ketika Andy Sojka dari Elite Records mendengar lagu kami Love Meeting Love, yang ketika itu tanpa lirik," katanya. "Pada mulanya, kami memang bukan mengandalkan vokal. Tak ada yang nyanyi. Tapi Andy mendesak, lalu kami buat liriknya." Singel Love Meeting Love muncul Oktober 1980. Tapi sebagai Level 42 baru dikenal orang setahun kemudian. "Kesempatan besar datang pada 1981," tutur Mike Lindup. "Ketika itu kami tur ke Jerman sebagai band pembuka untuk The Police." Pada Juli 1983 mereka di Montreaux Jazz Festival setelah Mei tahun itu manggung di festivai Britain Salute New York. Pengamat pernah mengatakan, musik mereka jazz-funk. "Itu hanya cap dagang dari mereka, tanpa kami tahu maksudnya," kata Mike Lindup. "Mereka tidak mengerti grooves dalam musik kami." Dan grooves itulah yang mereka bawa keliling kali ini ke Jepang, Singapura, Jakarta, lalu Jerman dan Australia. Level 42 sekarang tanpa kakak-adik Gould. Philip mundur Oktober 1987. Katanya letih. Boon hanya mau di rekaman, menolak di panggung. Mereka digantikan Gary Husband (drum) dan Stewe Topping (gitar). Namun, semangat grooves - sebuah cengkok penuh ceria - tetap mereka nyalakan, bahkan menjalar ke Teater Mobil Ancol. Di panggung lebih kaya, penuh tenaga, ketimbang di kaset mereka. "Dengan orang baru, kami juga mendapatkan api baru," kata Mike. Dan gairah itu mereka titipkan pula ke lubuk anak-anak Jakarta. Mohamad Cholid (Jakarta) & Yudhi Soerjoatmodjo (London)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus