Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Poin penting
Upaya modifikasi sutradara Jonathan Glazer agar The Zone of Interest diangkat ke layar lebar.
Rekam jejak penulis Martin Amis dalam tulisan bertema Nazi dan holocaust.
Upaya Jonathan Glazer menciptakan kengerian kamp konsentrasi Auschwitz.
Foto-foto korban perampasan hak asasi manusia yang dilakukan pasukan Nazi Jerman terpampang di dinding salah satu gedung di Museum Negara Auschwitz-Birkenau di Oswiecim, Polandia. Gambar itu berisi keterangan nama dan kapan mereka masuk kamp kematian Nazi.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Salah satu korbannya adalah Adrien Beceu asal Prancis. Dia masuk kamp itu pada 8 Juli 1942. Beberapa bulan kemudian atau pada 13 Desember 1942, Adrien dinyatakan meninggal. Di gedung itu, memang khusus terpampang foto-foto korban pembunuhan oleh tentara Nazi Jerman.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Di Museum Auschwitz terdapat sekitar 30 bangunan. Dinding-dinding bangunan itu dibuat dari batu bata merah. Tempo berkunjung ke Museum Auschwitz pada Kamis, 29 Februari 2024.
Di gedung lain juga dipertontonkan tempat para tahanan Nazi itu hidup. Dari tempat tidur, alat makan, hingga tempat penyiksaan. Bahkan sisa pakaian dan sepatu mereka yang binasa pun dipamerkan dalam sebuah kamar khusus berlapis kaca besar.
Gambaran tentang sisa-sisa pakaian, sepatu, dan lorong kosong kamp konsentrasi Auschwitz kembali hangat diperbincangkan setelah film berjudul The Zone of Interest tayang di bioskop di berbagai negara di dunia, termasuk Indonesia, sejak Februari lalu.
Hebatnya, film karya sutradara Jonathan Glazer itu berhasil mendapat dua penghargaan film Academy Awards atau Piala Oscar untuk kategori Best International Feature Film dan Best Sound. Film The Zone of Interest sejatinya tidak menyuguhkan adegan pilu pembantaian orang-orang Yahudi oleh tentara Nazi Jerman.
Konferensi pers Martin Amis berpidato setelah ia dinobatkan sebagai pemenang festival sastra Hay edisi ke-4 di Cartagena de Indias, Kolombia, 2 Februari 2009. EPA/Ricardo Maldonado
Film ini dengan jenius menampilkan kengerian peristiwa pembantaian di kamp konsentrasi Auschwitz hanya melalui suara jeritan, teriakan, dan rentetan tembakan. Adapun sajian visual hanya berfokus pada asap hitam yang membubung dari cerobong ruang pembakaran mayat korban holocaust.
Film The Zone of Interest merupakan adaptasi dari novel karya penulis Inggris, Martin Amis, yang terbit pada 2014 dengan judul sama. Sayangnya, Amis tak sempat ikut merayakan keberhasilan The Zone of Interest dalam Piala Oscar. Sebab, sang penulis wafat pada Mei 2023 pada usia 73 tahun.
Ini bukan pertama kali Amis menulis cerita tentang Nazi Jerman dan kekejamannya. Pada 1991, ia pernah merilis novel berjudul Time's Arrow: Or the Nature of the Offence. Dalam novel itu, ia menarasikan kronologi terbalik dari kisah pensiunan dokter baik hati di pinggiran salah satu kota di Amerika Serikat.
Setelah menyelami 40 tahun masa sebelumnya, dokter itu rupanya terlibat peristiwa kelam holocaust di sebuah kamp konsentrasi. Rupanya, saat masih muda, dokter itu bertugas memotong-motong jasad orang-orang Yahudi.
Dalam sebuah wawancara pada 1992, Amis menyinggung ihwal pilihannya mengeksplorasi cerita tentang Nazi Jerman dan kekejamannya. "Dalam banyak hal, ini adalah peristiwa sentral pada abad ke-20. Peristiwa puncak dalam sejarah," kata Amis pada 1992.
Kembali ke novel The Zone of Interest. Dalam buku itu, Amis bercerita lewat tiga narator yang berturut-turut mengutarakan sudut pandangnya dalam enam bab. Narator pertama adalah Angelus Thomsen, perwira Nazi yang jatuh cinta kepada Hannah, istri komandan Auschwitz, Paul Doll.
Narator kedua adalah Hannah. Adapun narator terakhir adalah Szmul Zacharias, salah satu tahanan Yahudi yang terhindar dari kematian karena dianggap punya kemampuan khusus untuk membantu tentara Nazi Jerman. Tugas Szmul saat itu adalah membersihkan sisa-sisa jenazah yang dimusnahkan di kamp konsentrasi Auschwitz.
Paul Doll adalah nama samaran untuk tokoh sebenarnya, Rudolf Hoss, yang memang pernah menjabat komandan di kamp konsentrasi Auschwitz. Menariknya, sutradara Jonathan Glazer memutuskan tetap menampilkan tokoh asli Rudolf Hoss dalam cerita film. Nama Hannah pun diganti dengan penamaan khas Jerman, yakni Hedwig.
Sedangkan tokoh Angelus Thomsen dan kisah percintaannya dengan istri Rudolf Hoss dihapus dalam film. Karakter Szmul Zacharias juga tidak dimainkan dalam The Zone of Interest.
Buku The Zone of Interest karya Martin Amis. Istimewa
Bukan perkara mudah bagi Glazer mengubah kisah novel The Zone of Interest menjadi sebuah film. Setidaknya Glazer membutuhkan waktu hingga 10 tahun untuk menyelesaikan film tersebut. Butuh proses penggalian cerita dan fakta sejarah yang dalam untuk menyuguhkan cerita yang orisinal.
Kata orisinal memang dijunjung tinggi oleh Glazer. Buktinya, proses pengambilan gambar memang dilakukan di dekat kamp konsentrasi Auschwitz. Berbekal izin dari pengelola museum di lokasi tersebut, ia membangun sebuah vila yang dulunya dihuni keluarga Hoss. Vila itu dibangun di atas sebuah rumah lama yang berdiri di dekat kawasan kamp konsentrasi.
Untuk membangun vila yang pernah dihuni keluarga Hoss itu, Glazer menyempatkan bertamu. Ya, vila keluarga Hoss masih ada dan dihuni satu keluarga sejak Perang Dunia II berakhir. "Saya melihat sisa-sisa taman. Kedekatannya dengan kamp, tembok, dan udara terasa dingin," kata Glazer.
Kemudian Glazer masuk ke bangunan kamp konsentrasi Auschwitz, termasuk sudut bagian gedung yang bersebelahan dengan vila keluarga Hoss. Dari situ, ia mendapat gambaran betapa mudahnya orang-orang yang ada di dekat dinding tersebut mendengarkan tawa dan kegembiraan anak-anak Hoss bermain di kolam. Bagi dia, fakta ini sungguh memilukan.
"Betapa dekatnya kengerian dan kebahagiaan. Bagaimana sebuah tempat seperti surga bagi sekelompok orang, tapi bagai neraka bagi orang lain," ujarnya.
Glazer mengaku langsung jatuh hati pada novel The Zone of Interest selepas membacanya beberapa bulan setelah Amis menerbitkan buku itu. Tak lama, berkat bantuan produser film Jim Wilson, Glazer mendapat hak merek The Zone of Interest. Sejak saat itu komunikasi Glazer dan Amis berjalan erat. Salah satunya untuk mencari buku apa saja yang dibaca Amis.
Glazer juga mencari ke berbagai sumber tentang sosok Rudolf Hoss dan istrinya, Hedwig Hoss. Dari berbagai sumber, termasuk perpustakaan Auschwitz, Glazer mendapat fakta bahwa keduanya datang dari kelas pekerja yang berupaya menaikkan kastanya. Mereka bercita-cita menjadi keluarga borjuis.
"Sama seperti apa yang kita lakukan saat ini. Itulah yang aneh dan mencolok dari mereka," kata Glazer.
Menurut sutradara 58 tahun itu, sejatinya Rudolf dan Hedwig tak jauh berbeda dengan orang-orang pada umumnya. Bahkan tak jauh berbeda dengan kita. Karena itu, selain membuat cerita yang asli, Glazer ingin menyampaikan pesan penting tentang introspeksi diri. Sebab, bisa jadi kita punya bibit kekejaman sama seperti Rudolf Hoss dan istrinya.
Kata Glazer, "Bagi saya, ini bukanlah film tentang masa lalu. Film ini lebih menekankan masa saat ini, tentang kita dan kemiripan kita dengan para pelaku, bukan kemiripan kita dengan para korban."
HUSEIN ABRI DONGORAN (OSWIECIM) | INDRA WIJAYA
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo