Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Seni

Bermula dari perempuan

Tak sekedar piala citra, lewat tjoet nja' dhien, eros djarot ingin meningkatkan citra perfilman indonesia. dibintangi christine hakim & pitrajaya burnama. film ini mengambil lokasi di aceh & ja-bar.

26 November 1988 | 00.00 WIB

Bermula dari perempuan
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100
TJOET NYA' DHIEN fakta, bukan citra. Sedangkan film Tjoet Nya' Dhien (TND), yang disutradarai Eros Djarot, meraih 8 piala Citra dalam Festival Film Indonesia 1988. Banyak teladan dari film ini: ide cerita, proses membuatnya, wawasan sutradara, dan kru di lapangan. Kegigihan Eros, dedikasi Slamet Rahardjo, Christine Hakim, Pitrajaya Burnama (pemeran utama), George Kamarullah, Benny Benhardi (juru kamera dan penata artistik), dan yang lainnya -- 70 awak produksi dan 600 figuran -- layak dipuji. Mengambil lokasi di hutan Jagong, Aceh Tengah, Glee Sibreh, dekat Sigli, dan Cisolok, Jawa Barat, TND baru selesai 2 tahun. Biayanya sekitar Rp1 milyar. "Kami mencoba menghapuskan kendala dalam dunia film yang kita ciptakan sendiri selama ini, melepaskan belenggu yang mengikat. Misalnya, dana dan waktu yang terbatas," kata Slamet. Ia supervisor teknis bagi Eros -- karena belum pernah menyutradarai. Dalam TND, Slamet sebagai Teuku Umar. Usaha mereka itu, menurut "budaya" perfilman di Indonesia, terbilang penuh risiko. Tapi menerobos hambatan teknis dan psikologis itu "sinema gerilya"? "Saya tidak sependapat dengan sebutan itu," jawab Slamet. "Semua itu dilakukan dengan negosiasi, walaupun tak selalu mulus." Namun, sikap bahkan amat menentukan. Untuk ini, Eros ingat pada ucapan seorang jenderal Rusia, tapi ia lupa namanya: "Apa gunanya kemenangan kecil, tapi kalah dalam perang besar. Dia juga bukan memburu piala Citra, malah ingin citra perfilman Indonesia menjadi lebih baik. "Dan bagi saya, membuat film tak sekadar untuk memenuhi eksploitasi emosi," katanya pada Teguh P. dari TEMPO. "Ketika membuat Tjoet Nya' Dhien, modal utama saya adalah nekat," tambah Eros. Tapi, ya atau bukan "sinema gerilya", itu sudah bukan soal. Yang terjawab semua adalah kemampuan menampilkan semangat Tjoet Nya' Dhien, perempuan ningrat yang berperang gerilya di hutan Aceh, 9 tahun melawan Belanda (1896-1905). Bahkan Eros sebenarnya telah menerjemahkan fakta yang kurang diketahui selama ini. Di Aceh, semaian cita-cita itu, dan tumbuhnya sikap dalam diri seseorang, berawal dari ayunan Bunda, dengan iringan syair, doo-kudaa idiii. Di sana, perempuan adalah kekuatan. TND, contoh memperjuangkan keyakinan yang luhur -- yang bukan untuk pribadinya saja. Tema yang awet di segala zaman. Tjoet Nya' Dhien mengingatkan kita semua. Agaknya. Burhan Piliang dan Gunung Sardjono

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x600
Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus