SEJUMLAH komponis pribumi yang terbilang kawakan, suadah
mengutarakan rasa cemas mereka melihat masa depan orkes gesek
RRI Jakarta. Lantaran para pemain yang aktif sekarang sudah
mulai tua. Memang mereka tetap getol menggesek kebolehannya --
kerap mengiringi pemilihan bintang radio dan televisi di tingkat
nasional. Tapi 'kan ada berita sedih akhir tahun lalu, yang
meniupkan kemungkinan bakal meninggal dunianya Akademi Musik
Yogya. Jadi pembibitan untuk menjaga pagar musik serius di bumi
ini bakal lebih terbengkalai. Ingatlah betapa bang Ali menjadi
begitu gembiranya melihat ketrampilan Orkes simponi Singapura
dan padallal pendukungnya terbilang masih anak belasan tahun.
Karya Bach dan Haydn yang sering juga menjadi bahan
penampilan seorang seperti Adhidarma dengan enaknya saja mereka
bawakan. Tentunya dibumi yang sedang dilanda dang-dut ini,
maunya kehidupan musik serius sehat-sehat juga.
Matematika
Syukurlah Taman Ismail Marzuki masih selalu berusaha
mengingatkan penduduk Jakarta akan musik-musik jenis itu. 26
Januari lalu misalnya, datang 26 siswa instrumen petik
Konservatorium Sydney. Dalam kunjungan yang kedua kalinya ini,
mereka yang menamakan dirinya Sydney Conservatorium Chamber
Orchestra telah berhasil mengundang banyak pengunjung ke Teater
Besar. Dengan wajah yang masih belia, mereka berhasil kembali
menyuguhkan pertunjukan yang lumayan. Mereka juga membawakan
karya Haydn Concerto for Violin and String in mayor dengan
solois William Hennessy. Robert Pikler yang bertugas sebagai
konduktor malam itu, di samping repot memimpin anak didiknya,
juga tampak repot membungkuk-bungkuk ke arah penonton yang
seperti biasanya merasa harus memberi keplok panjang. Apalagi
tatkala ia berhasil menyelesaikan Hungarian Rhapsody karya
George Pikler yang diterima dengan baik oleh hadirin.
"Program pendidikan di Orkes Kamar Konservatorium Sydney
direncanakan berjalan selama 12 tahun", ujar John Painter --
Wakil Direktur menerangkan ihwal sekolahnya yang didirikan tahun
1972. Untuk perbandingan layak juga diketahui, di sekolah itu
selama 6 tahun diberikan pelajaran teori musik sebagai tingkat
dasar, 6 tahun berikutnya mereka dapat menempuh tingkat lanjutan
yang disebut program spesialis. "Mereka juga diberi pelajaran
matematika untuk mengatur logika mereka", kata John seterusnya.
Sementara itu Robert Pikler, seusai main, sempat juga
menerangkan kepada TEMPO bahwa anak-anak yang barusan
dipimpinnya sebagian berasal dari kelas 6, sebagian lagi dari
kelas 9. Tetapi spesialis biola ini menerangkan perbedaan
tersebut sama sekali tidak mengganggu kekompakkan. "Karena yang
penting bukan tingkat mereka tetapi apa yang bisa mereka
perbuat, apa yang dibisikkan oleh intuisi mereka. Sama sekali
tidak ada kesulitan".
Demikianlah konsert yang juga berhasil membawakan dengan baik
karya Tschaikowsky -- Serenade for string in C mayor op. 48 --
dikomentari "baik" oleh dedengkot musik TIM Sukahardjana. Peniup
klarinet yang semula sudah berjanji akan pulang setengah
main,kalau konsert tersebut buruk -- ternyata sampai akhir
pertunjukan masih tetap nangkring mendengarkan gesekan
anak-anak, yang kelihatan masih lugu-lugu tetapi sangat serius
itu.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini