Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Buku

Buku

29 Juni 2015 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Keislaman, Keindonesiaan, dan Kemanusiaan

Islam dalam Bingkai Keindonesiaan dan Kemanusiaan: Sebuah Refleksi Sejarah
Pengarang: Ahmad Syafii Maarif
Penerbit: Mizan
Terbitan: Edisi kedua, April 2015
Tebal: 405 halaman

Ada kerisauan tentang Indonesia yang belum juga berhasil mewujudkan janji-janji kemerdekaan yang pernah diucapkan oleh para pemimpin sejak puluhan tahun lalu. Janji-janji itu telah disampaikan jauh sebelum proklamasi kemerdekaan.

Ada tiga pertimbangan yang mendasari penulis untuk melakukan kajian yang tertuang dalam bukunya. Pertama, tanggung jawab umat mayoritas terhadap bangsa sangat jauh dari maksimal. Kedua, belum tersedianya karya yang relatif utuh tentang tema yang dibicarakan. Dan ketiga, memudarnya wibawa dan pengaruh ideologi politik sehingga komunikasi kultural di antara sesama anak bangsa menjadi semakin mudah dan cair.

Sehubungan dengan kondisi umat Islam Indonesia, penulis risau terhadap kesenjangan yang parah antara jumlah mayoritas umat Islam Indonesia dan kualitas kehidupan mereka yang tertinggal jauh di buritanpada hampir semua bidang, khususnya di bidang ilmu, teknologi, dan ekonomi. Posisi tunakualitas ini dinilai akan menjadi beban Islam sebagai agama yang ingin membangun peradaban asri yang berkualitas tinggi di muka bumi.

Penulis cukup optimistis menatap masa depan Islam dalam bingkai keindonesiaan dan kemanusiaan, asalkan umat lebih mengutamakan kualitas dalam semua dimensi kehidupan.


Serpihan Syair-syair Rumi

Belajar Hidup dari Rumi
Penulis: Haidar Bagir
Penerbit: Mizania/noura
Terbit: Juni 2015 Tebal: 292 halaman

Rumi adalah syair, khususnya syair-syair mistik. Ia menuliskannya dalam bahasa Persia—dalam bahasa ini Rumi menuangkan sejumlah adikaryanya. Salah satunya Matsnawi, karya tulis yang paling banyak dibaca setelah Al-Quran dan Hadis.

Serpihan syair-syair Rumi dalam buku ini berasal dari cuitan para penulis di Twitter. Karena keterbatasan 140 karakter Twitter, penulis harus memendekkan kutipan puisi Rumi. Karena itu, sebagian besar puisi yang ada dalam buku ini (kecuali beberapa puisi awal) bukanlah puisi utuh, melainkan potongan. Bahkan ada potongan yang pendek sekali, sehingga hanya terdiri atas satu kalimat.

Menurut penulis, sependek apa pun, potongan puisi itu harus bermakna dan harus menyimpan hikmah yang bisa diambil pembaca. Kedua, potongan itu harus beresonansi alias terkait dengan kenyataan hidup sehari-hari pembaca. Untuk membantu pembaca memahami puisi yang susah dan multitafsir, penulis membubuhkan penjelasan pendek tentang maksud sang penyair.

Sajak Rumi terkumpul dalam Matsnawi (enam jilid), yang juga memuat parabel dan kisah-kisah binatang, di samping uraian tasawuf dalam bentuk kias yang puitik. Uraian tasawufnya ditemukan di antaranya dalam Fihi Ma Fihi dan maqalat.

Sajak-sajak dalam buku ini dipetik dari terjemahan A.J. Arberry, Mystical Poems of Rumi. Sedangkan sajak-sajak dari Matsnawi diterjemahkan melalui terjemahan Inggris, R.A. Nicholson, dalam bukunya, Rumi: Poet and Mystic.


Keistimewaan Ramadan

Ramadhan Rembulan yang Dirindu
Pengarang: Muhammad Muhsin Muiz
Penerbit: PT Elex Media Komputindo
Terbit: 2015
Tebal: 212 halaman

Jauh sebelum Islam, masyarakat jahiliah telah mengenal bulan Tatal—dalam bahasa Arab kuno berarti "seseorang yang menciduk air dari sumur atau sumber mata air". Ini mengindikasikan bulan Tatal sebagai bulan yang terletak pada musim dingin atau hujan. Selain Tatal, masyarakat jahiliah mengenalnya dengan istilah bulan Zahir, yang berkembang sesuai dengan tumbuh-tumbuhan yang ditanam masyarakat.

Seiring dengan berubahnya cuaca serta berputarnya roda kehidupan masyarakat jahiliah, nama Ramadan mulai muncul dan berkembang. Dalam kata bahasa Arab, kata Ramadan memiliki arti sangat haus dan membakar. Sebagian ulama tafsir berpendapat penyebutan Ramadan karena pada bulan itu umat Islam yang berpuasa akan merasakan haus dan lapar yang sangat dahsyat. Kemudian ada sebagian lagi yang berpendapat bahwa disebut Ramadan karena mampu membakar dan menghapus dosa-dosa umat Islam yang berpuasa pada bulan itu.

Penulis merinci belasan keistimewaan bulan suci Ramadan dibandingkan dengan bulan-bulan yang lain. Di antaranya Allah menurunkan semua kitab suci pada bulan Ramadan. Selain itu, pada bulan Ramadan terdapat satu malam yang lebih baik dari 1.000 bulan, yaitu malam Lailatul Qadr. Selain memperluas pengetahuan tentang keistimewaan bulan suci Ramadan, penulis berharap buku ini dapat memperbaiki tata cara berpuasa.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus