Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Seni

Latihan Berat di Balik Kemeriahan Barongsai

Pemain barongsai berlatih fisik dan teknik. Bagaimana cara mereka asah kekuatan dan keseimbangan agar tampil ciamik saat Imlek?

27 Januari 2025 | 15.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Anggota Sanggar Kong Zi Miao berlatih tarian Liong Skotlet di halaman sanggar, Jalan Kisamaun, Tangerang, Banten, 23 Januari 2025. Tempo/Ihsan Reliubun

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ringkasan Berita

  • Di balik kemeriahan barongsai, ada asah otot yang dilakukan para pemainnya.

  • Menu rutin latihan barongsai meliputi squat dengan paha dijadikan pijakan pria dewasa dan push-up seratus kali.

  • Imlek menjadi musim menuai rezeki bagi para penari barongsai saat mereka bisa tampil tiga kali sehari.

ENAM belas anak itu melompat-lompat dengan pandangan lurus ke depan. Posisi berdiri mereka berganti, mulai berdiri tegak dengan kaki selebar bahu hingga setengah jongkok. Tangan mereka terkepal dan dirapatkan di sisi pinggang.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Anak-anak usia sekolah menengah pertama itu tengah khusyuk menjalani pemanasan latihan barongsai di Sanggar Kong Zi Miao di Jalan Kisamaun, Sukasari, Kota Tangerang, Banten, pada Kamis malam, 23 Januari 2025. Sugi Arfan, ketua sanggar, mengatakan gerakan barongsai terus berkembang. "Bisa dibilang akrobatiknya makin canggih," kata Sugi kepada Tempo di lokasi.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Barongsai adalah tarian tradisional Cina yang identik dengan perayaan imlek. Nama aslinya wu shi atau tarian singa. Di Indonesia, penyebutannya menyerap kata "barong" dari Bali dan "sai" dari bahasa Hokkian.

Pakar budaya Cina, Rahadjeng Pulungsari Hadi, mengatakan barongsai masuk ke Indonesia sekitar abad XV-XVII seiring dengan kedatangan gelombang besar pekerja dari Cina. Seni akulturasi ini dijaga secara turun-temurun oleh masyarakat Tionghoa di Indonesia. "Banyak yayasan yang menaungi kelenteng juga memiliki sanggar untuk melatih kesenian barongsai," kata pengajar di Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia itu kepada Tempo, Ahad, 26 Januari 2025. Contohnya, Sanggar Kong Zi Miao yang berada di bawah naungan Litang Khongcu Zi Miao.

Belasan anggota Sanggar Kong Zi Miao melakukan pemanasan sebelum latihan tarian Naga atau Liong Skotlet di halaman sanggar di Jalan Kisamaun, Tangerang, Banten, 23 Januari 2025. Tempo/Ihsan Reliubun

Menurut Rahadjeng, masyarakat Cina meyakini Sanjiao atau tiga ajaran, yaitu Buddhisme, Taoisme, dan Konfusianisme. Kepercayaan Taoisme menuntut manusia bergerak sesuai dengan ritme alam. Musim semi, misalnya, berarti masa panen. Maka, kedatangan musim semi dijadikan awal tahun baru dalam kalender bulan mereka. Imlek pun dikenal dengan festival musim semi.

Perayaannya dimeriahkan dengan pertunjukan tari liong (naga) dan tari singa. Rahadjeng mengatakan kedua tarian tersebut merupakan satu upaya masyarakat mengusir energi buruk, bersamaan dengan letusan petasan. Makin ramai tarian dan makin bising suara petasan, makin kuat pengaruhnya mengusir roh jahat. "Jadi kesenian tradisional ini lebih dekat dengan kepercayaan Taoisme," ucapnya.

Sejarah budaya Cina di Indonesia tak berjalan mulus. Semua hal yang berbau Tionghoa dianggap barang haram oleh Orde Baru setelah Gerakan 30 September 1965. Tulisan-tulisan di kelenteng mesti diganti dari huruf mandarin ke bahasa Indonesia. Keseniannya, termasuk barongsai, dilarang tampil. Para penekun barongsai di Kong Zi Miao, Tangerang, misalnya, menggelar pentas secara sembunyi-sembunyi. "Kalau ketahuan, langsung diciduk," kata Rivaldi Buntoro, juru bicara Kong Zi Miao.

Mereka baru merasakan kebebasan di era Presiden Abdurrahman Wahid atau Gus Dur yang mencabut Instruksi Presiden Nomor 14 Tahun 1967 dari Presiden Soeharto yang mengatur agama, kepercayaan, dan adat-istiadat Cina. Kini, Tahun Baru Imlek dirayakan semua masyarakat Indonesia dan menjadi hari libur nasional—tahun ini jatuh pada Rabu, 29 Januari 2025.

Imlek berarti banjir order bagi banyak penari barongsai. Namun, sebelum bisa melompat dan meliuk secara berkelompok bak singa menari, mereka harus menjalani latihan berat untuk mengasah hampir seluruh otot tubuh, dari kaki, paha, pundak, hingga tangan.

Latihan pokok penari barongsai adalah kuda-kuda. Sugi mengatakan ada sejumlah teknik kuda-kuda, tapi intinya sama, yaitu memperkuat kaki yang menjadi tumpuan pemain di bagian depan tarian singa itu. ”Ini teknik dasar bermain barongsai,” ujar pria 32 tahun itu. Selain cara berdiri, para pemain digojlok latihan lari jarak jauh, push-up, dan angkat beban.

Setelah kuda-kudanya mantap, Sugi melanjutkan, latihan berlanjut ke teknik. Misalnya, bagaimana pemain depan naik ke paha pemain belakang, berdiri di atas dua paha, hingga berguling dan salto.

Menurut Sugi, tak ada syarat menjadi anggota Kong Zi Miao, kecuali sehat jasmani dan rohani serta tidak tergabung dalam sanggar lain. Tanpa iuran sepeser pun, siapa saja boleh ikut tanpa melihat latar belakang, suku, ras, dan agama.

Sanggar akan melatih anak mulai usia 6 tahun sampai lansia. Jika kesulitan menjadi penari, misalnya karena berat badan berlebih, mereka bisa menjadi pemain musik. "Kami arahkan sesuai dengan bakat," ujar Sugi. Mereka berlatih tiga kali sepekan dengan durasi dua sampai tiga jam.

Latihan di Sanggar Teddy Lung tak berbeda dari Kong Zi Miao. Mereka memoles fisik agar lebih bugar. Para penari barongsai di bengkel seni di Jatinegara, Jakarta Timur, itu rutin berlari, push-up, dan mengangkat beban, serta latihan kuda-kuda.

Empat anggota Sanggar Teddy Lung memeragakan tarian Barongsai saat latihan di Gedung Samboja, Jatinegara, Jakarta Timur, 24 Januari 2025. Tempo/Ihsan Reliubun

Angga, pemain barongsai Teddy Lung, mengatakan menu latihan mereka meliputi push-up seratus kali serta squat dengan paha sebagai tempat pijakan pemain lain. "Kalau bergerak, dipukul pakai rotan," kata pria 28 tahun itu di tempat latihan mereka di Gedung Samboja, Jatinegara, Jumat, 24 Januari 2025. Adapun untuk menggenjot stamina, mereka rutin berlari dari tempat latihan sampai Monas dengan jarak sekitar 7 kilometer.

Namun, menjelang Imlek, porsi latihan fisik mereka kurangi. Mereka lebih berkonsentrasi pada sinkronisasi gerakan pemain ekor dan kepala serta menyelaraskannya dengan alunan musik.

Wajar saja mereka menghemat tenaga karena para pemain barongsai perlu energi ekstra untuk menghadapi kepadatan jadwal di setiap awal tahun baru Cina. Angga dan kawan-kawan akan tampil empat kali sehari pada Imlek nanti. "Sekali pentas, 30 menit, Rp 3 juta," katanya.

Sementara itu, saat Tempo menyambangi Sanggar Kong Zi Miao di Tangerang, para pemain baru kembali dari pementasan di Hutan Kota by Plataran, Senayan, Jakarta Pusat. Tak ada hari kosong dalam agenda mereka hingga 29 Januari 2025, di antaranya penampilan di pusat perbelanjaan Grand Indonesia, Jakarta Pusat. Mereka juga sudah dipesan untuk beraksi saat Cap Go Meh, akhir perayaan Tahun Baru Imlek, pada 12 Februari 2025.

Sekali tampil, para pemain barongsai dari Kong Zi Miao mendapat bayaran Rp 6-10 juta. "Untuk harga, bisa fleksibel," kata Rivaldi.

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya
Ihsan Reliubun

Ihsan Reliubun

Menjadi wartawan Tempo sejak 2022. Meliput isu seni dan budaya hingga kriminalitas. Lulusan jurnalistik di Institut Agama Islam Negeri Ambon. Alumni pers mahasiswa "Lintas"

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus