Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Seni

Damai di dangdut

Lagu-lagu natal didangdutkan oleh orkes muda pengantar minum racun (pmr), pimpinan indra. menyanyikan 14 lagu natal. untuk memasyarakatkan lagu natal.

27 Desember 1980 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

NATAL sudah datang ke dalam dangdut. Sekelompok pemusik remaja yang menamakan dirinya Orkes Muda Pengantar Minum Racun (PMR), menyajikan 14 lagu 'natal bergoyang' dalam kasetnya yang diberi judul Christmas Dangdut. Semua lagunya memang sudah dikenal di mana-mana: White Christmas, Jingle Bells, Malam Kudus (yang ternyata tak didangdutkan), Candle Light (instrumental), Pohon Terang, Selamat Hari Natal antara lain. Tentu saja syair yang Inggris tetap.dibiarkan--dan ini sebenarnya cukup unik. Tapi semangat anak-anak PMR berbeda dari yang tampak pada kelompok sejenis yang muncul lebih dulu, Orkes Moral Pancaran Sinar Petromaks (PSP) --walaupun kedua-duanya hadir dari induk Prambors juga. Pada PSP dangdut berarti alat bermain-main -- ciri yang menjadi kekuatannya. Pada PMR, tak jelas benar definisinya. Kalau dilihat dari pengantar Arwah Setiawan (Ketua Lembaga Humor lndonesia) serta keterangan yang kedua-duanya ditulis pada sampul kaset, terkesan keinginan mainmain. Nyatanya tidak. Mereka serius, eh. Dan kelihatan takut menyimpang -- apalagi meninggalkan--melodi dan irama asal. Bandingkan dengan misalnya cara PSP menyajikan Kidung, lagu Chrisye yang mereka rusak demikian sedap dan norak. Bahkan warna dan cengkok suara para penyanyi PMR sama sekali jauh dari dangdut. Kecuali sedikit pada Jhony Iskandar. Maka inilah dangdut permukaan: ada gendang, suling, mandolin, sudah. Bahkan tak didangdutkannya Malam Kudus hanya membikin tanda tanya: apa mereka tiba-tiba begitu takut berdosa? Kaset ini memang hanya buntut yang jauh dari yang dilakukan PSP--yang sudah mendangdutkan segala macam lagu sampai ke simfoni Beethoven. Alasan Indra, Pemimpin Orkes PMR yang mengakui sebagai pemilik ide mendangdutkan lagu Natal, tak begitu jelas. Katanya itu untuk memasyarakatkan nyanyian kegembiraan menyambut kedatangan Sang Penebus. Dengan kata lain, tentunya, "menurunkan" lagu Natal dari kalangan popgedongan ke kalangan jembel. Jangan risih-risih, kalau memang sudah mau merakyat--sambil berdakwah, lagi. Yudhistira ANM Massardi

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus