Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Teknologi & Inovasi

Tentang monyet darwin

Teori darwin diperdebatkan lagi, di chicago 150 ahli evolusi memperdebatkan bagaimana terjadinya evolusi. (ilm)

27 Desember 1980 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

SEJAK semula memang teori Darwin, yang dijabarkan dalam bukunya The Origin of Species by Natural Selection, menimbulkan perdebatan yang sengit. Dalam pertemuan tahunan British Association for the Advancement of Science (Asosiasi untuk Pengembangan Ilmu di Inggris), yang diadakan akhir Juni 1860, Uskup Oxford, Samuel Wilberforce mengemukakan pandangannya yang sangat menentang teori itu. Pada akhir pidatonya, Wilberforce melihat ke arah Thomas Henry Huxley, ahli biologi yang dengan gigih mendukung teori Darwin itu. Sambil tersenyum Wilberforce berkata: "Ingin saya tanyakan kepada Profesor Huxley, yang sebentar lagi pasti akan merobekrobek argumentasi saya, tentang keyakinannya sebagai berasal dari kera. Apakah keturunan itu dari pihak ibu ataukah dari pihak bapak?" Agaknya uskup yang bijaksana itu yakin --seperti kebanyakan orang sampai hari ini--bahkan pemikiran pokok teori Darwin adalah manusia berasal dari kera. Sebetulnya doktrin evolusi organis, seperti dijabarkan Darwin, terutama menekankan bahwa semua bentuk kehidupan -- misalnya manusia, monyet, kera, kuman, ikan, burung dan tanaman--memperoleh bentuk dan fungsinya sekarang melalui perubahan selama beribu abad dan sama berasal dari protoplasma purba yang paling sederhana. Teori itu juga menjelaskan bahwa perubahan itu diarahkan oleh proses yang dinamakan seleksi alamiah atau kebertahanan jenis yang palingunggul. Sungguhpun teori Darwin itu telah mengalami berbagai modifikasi sejak dilancarkan di 1859, ia sangat mempengaruhi pemikiran manusia. Namun kontroversi belumlah berakhir. Meski penemuan paling akhir bahkan memperkuat konsepsi Darwin, bersamaan dengan itu penelitian lain juga cenderung membuktikan bahwa sebetulnya evolusi itu tidak berkembang seperti dijabarkannya. Bahkan juga tidak seperti dikemukakan dalam berbagai modifikasi oleh para ahli biologi sekitar tahun 30-an dan 40-an, ketika pemikiran Darwin dikawinkan dengan penemuan di bidang genetik oleh Gregor Mendel. Bagaimana sebetulnya evolusi ituberkembang? Itulah yang diperdebatkan para ahli selama ini. Plmcak perdebatan itu tercapai ketika 150 ahli evolusi alam dari berbagai bidang ilmu bertemu selama 4 hari di Chicago, Amerika Serikat, Oktober lalu. Pertemuan itu berlangsung di Museum Sejarah Alam. Dipersoalkan di Chicago itu terutama pengertian revolusi-makro, suatu istilah yang menggambarkan perubahan besar yang terjadi sel cara evolusioner. Misalnya, perbedaan antara kepiting dan kerang, dan antara burung dan mamalia, yang sama berkembang dari reptilia. Menurut Darwin, perbedaan besar seperti ini berkembang secara evolusioner selama periode waktu panjang sekali-hasil seleksi alamiah bertahap, proses yang kini secara luas dianggap penjelasan bagi perubahan kecil atau revolusimikro. Namun Darwin pun menyadari kelemahannya bila teori seleksi alamiah juga berusaha menjelaskan perbedaan antara kelompok besar berbagai organisma. Data fosil seperti dijumpai di zaman Darwin tidak menemukan transisi bertahap dari satu ke lain kelompok.Namun, menurut Darwin, penemuan fosil baru pasti akan mengisi kekurangan itu. "Pola fosil yang diramalkan itu ternyata tidak ada," ujar Niles Eldridge, ahli paleontologi dari Museum Sejarah Alam di New York. Dr. Eldridge mengingatkan peserta lainnya akan kenyataan yang ditemukan semua pencari fosil selama ini. Berbagai jenis kehidupan muncul mendadak pada suatu ketika dalam kurun waktu geologi, bertahan selama berjuta tahun hampir tanpa perubahan dan kemudian lenyap. Sedikit sekali ditemukan contoh fosil --bahkan ada yang mengatakan tidak sama sekali--tentang perubahan bertahap dari satu spesi ke lainnya. Seperti Dr. Eldridge, juga Dr. Stephen Jay Gould, ahli paleontologi dari Universitas Harvard, mengemukakan hipotesa bahwa spesi baru berkembang tidak melalui berbagai tahap perubahan, tapi secara mendadak. Menurut kedua ahli itu, berbagai spesi muncul mendadak dalam sejarah, bertahan tanpa perubahan yang berarti, kemudian lenyap atau berubah secara drastis. Meski banyak ahli paleontologi cenderung sependapat dengan pemikiran ini, banyak pula ahli dari bidang ilmu lain menganggap diri lebih dekat ke Fandangan perkembangan bertahap seperti yang dijabarkan Darwin. Ahli seperti itu antara lain Thomas J.M. Schop dari Universitas Chicago. Menurut Dr. Schop, berbagai spesi itu tidak sestabil seperti diduga semula. Fosil itu hanya menggambarkan bagian keras dari tubuh suatu spesi, seperti tulang dan kulit keras. Bagian lembut tidak terlihat, karena itu mungkin saja organisma itu pernah mengalami perubahan secara bertahap. Namun hal ini tak mungkin terlihat oleh para ahli paleontologi. Dr. Schop mengemukakan contoh ketika pernah ditemukan fosil kulit dua- jenis organisma laut yang serupa sekali. Karena itu keduanya diklasifikasi sebagai jenis yang sama. Setelah ditemukan spesi hidup kedua fosil itu, ternyata keduanya terpaksa digolongkan sebagai spesi yang berbeda. Usaha mempertemukan kedua pandangan itu dilakukan John Maynard Smith dari Universitas Sussex di Inggris. Smith berpendapat bahwa para ahli paleontologi dan ahli genetika memnunyai perbedaan tanggapan tentang kurun waktu evolusi. Limapuluh ribu tahun sebetulnya cukup lama untuk terjadinya perubahan, menurut para ahli genetika. Tapi, menurut Dr. Gould yang dari Harvard tadi, 50.000 tahun itu hanya merupakan 1 persen dari seluruh jangkauan hidup suatu spesi. Bila bagian keras tubuh spesi, seperti tergambar dalam fosil, tetap bertahan tanpa perubahan selama sisa 99% waktu itu, ini merupakan suatu gejala yang sangat bervariasi dengan pandangan tradisional Darwin. Klasik Satu lagi kontroversi adalah juStru suatu kebalikan dari misteri yang tadinya dihadapi Darwin. Seleksi alamiah dan evolusi semula digunakan juga untuk menerangkan keanekaragaman yang menakjubkan pada kehidupan di bumi. Sekarang keanekaragaman itu justru mengherankan para ahli biologi karena hanya terbatas pada sejumlah tipe dasar. Seperti dikemukakan Richard Lewontin, ahli genetika dari Harvard: "Mengapa, misalnya, tidak terdapat organisma dengan roda dan mengapa tidak ditemukan organisma bertulang punggung dengan enam kaki7" Jawaban atas pertanyaan semacam itu, menurut para ahli evolusi, memang mendasar dan menyangkut jawaban atas problem tentang asal spesi itu sendiri. Jawaban klasik, menurut Darwin, adalah keanehan seperti itu mungkin saja terjadi, tapi hanya bilamana itu meningkatkan kemampuan organisma itu untuk bertahan dan menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Kenyataan bahwa itu tidak ditemukan justru menunjukkan arah dari seleksi alamiah. Tapi para ahli biologi sekarang berpendapat bahwa jawabannya tidaklah sesederhana itu. Meski dalam kenyataan evolusi itu sendiri tidak ada lagi yang menyangkal, sesudah 4 hari berdebat, para ahli di Chicago itu belum bisa menyimpulkan bagaimana sebetulnya evolusi itu terjadi.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus