Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Film

Dan Drama Lisbeth Berlanjut…

Sekuel dari film Swedia yang mendunia, The Girl with the Dragon Tattoo, ditayangkan dalam Indonesia International Fantastic Film Festival.

29 November 2010 | 00.00 WIB

Dan Drama Lisbeth Berlanjut…
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100
THE GIRL WHO PLAYED WITH FIRE
Sutradara: Daniel Alfredson
Skenario: Jonas Frykberg berdasarkan novel Flickan Som Lekte Med Elden karya Stieg Larsson
Pemain: Noomi Rapace, Michael Nyqvist

Dari tempat persembunyiannya yang kosong dan hening, Lisbeth Salander (Noomi Rapace) duduk memandang laut dari jendela. Hanya ditemani rokok, dan sebuah laptop tempat dia menembus dunia. Hacker kesayangan kita, Lisbeth, sudah setahun menghilang dari Dunia. Dia berke­liling Eropa dan Bahama. Dia sengaja bergerak di bawah radar pengawasan sejak keterlibatan dia membantu investigasi wartawan Millennium, Mikael Blomkvist (yang sudah kita saksikan dalam film pertama trilogi ini, The Girl with the Dragon Tattoo; lihat www.tempointeraktif.com; pengguna BlakBerry dapat menscan qr code di samping ini).

Lisbeth, masih dengan tato berukir naga yang menyelimuti punggung dan anting-anting yang memenuhi hidung dan kuping, terbang kembali ke kam­pung halamannya di Stockholm dan menyewa sebuah apartemen besar yang menghadap ke laut. Melalui komputernya Lisbeth meng­awasi jalannya kehidupan, termasuk perkembangan gerak sahabatnya, Mikael, yang kini tengah terlibat dengan investigasi perdagangan anak dan perempuan yang melibatkan petinggi Swedia. Dua orang wartawan yang melakukan investigasi perdagangan anak itu ditemukan tewas. Celakanya, polisi menemukan sidik jari Lisbeth Salander pada senjata.

Maka terjadilah perburuan terhadap Lisbeth; semen­tara Mikael sibuk mencari bukti bahwa Lisbeth tak bersalah, sekaligus menyu­suri jejak para petinggi Swedia yang terlibat kasus perdagangan anak ini.

Dibanding film pertama yang disutradarai Niels Arden Oplev yang menggunakan ruang, waktu, dan dialog dengan hemat dan efektif, sekuel ini lebih menekankan dinamika thriller gaya Amerika yang menya­jikan ritme cepat, segera, dan penuh debar jantung. Lokasi lebih melebar dan teknologi lebih gigantik dan canggih. Apartemen Lisbeth pun menggunakan CCTV yang langsung bersambung dengan ponselnya, hingga jika Lisbeth sedang ke luar rumah pun dia bisa tahu jika ada orang yang menyelinap ke apartemennya.

Orang keji di masa lalu Lisbeth bermunculan kembali. Ayahnya yang du­lu menghajar ibu Lisbeth secara fisik hingga dia lumpuh itu kini muncul dengan keadaan pincang dan wajahnya cacat kena luka bakar. Luka itu disebabkan Lisbeth remaja yang penuh ­amarah akan kekejian ayahnya, yang menyebabkan dia menyiramkan bensin di sekujur tubuh sang ayah dan menyulutnya dengan api.

Ayah Lisbeth kembali dengan dendam dan sederet peristiwa sejarah yang memperlihatkan dia sebetulnya ada di balik gerak-gerik misterius yang mengancam kelangsungan hidup Lisbeth. Ayah Lisbeth, yang sebetulnya warga negara Rusia yang kabur ke Swedia, mempunyai identitas dan reputasi yang sungguh mengerikan di dunia.

Nama lain di masa lalu Lisbeth adalah Nils Bjurman (Peter Andersson), wali Lisbeth yang dalam film episode pertama memerkosa Lisbeth. Kaitan Bjurman dengan ayah Lisbeth yang diungkap kelak membuat Lisbeth (dan penonton) semakin jeri. Bagian seperti inilah yang membuat trilogi karya no­velis Stieg Larsson—meninggal beberapa bulan sebelum tiga novelnya terbit—bersinar sendirian di antara ribuan novel thriller masa kini yang berebut menyita perhatian.

Dalam sekuel ini, Mikael dan Lisbeth bekerja sendiri-sendiri. Lisbeth dengan komputernya dan kelihaiannya menyusuri jaringan mereka yang menjebaknya; sedangkan Mikael mencari na­ma-nama yang terlibat dalam perdagangan anak. Itu semua­ akhirnya terkerucut kepada nama yang sama: Alexander Zalachenko, ayah Lisbeth.

Pergulatan antara tokoh kesayangan kita dan Zala­chenko di akhir film ini menjadi klimaks yang mengerikan, Zala berhasil mengubur Lisbeth hidup-hidup.

Lisbeth, tokoh utama kesayangan kita, seorang hac­ker dengan tato naga di punggungnya; menggemari hubungan seks dengan lelaki maupun perempuan; tak banyak bicara dan tak akan meng­ampuni lelaki yang gemar menyiksa perempuan, dikubur hidup-hidup?

Dan Stieg Larsson menyediakan drama selanjutnya….

Leila S. Chudori

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x600
Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus