Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Film

Dari Tangan Jodie Foster

Film keempat Jodie Foster ini adalah sebuah drama thriller yang seru dan menegangkan. Penyutradaraannya rapi dan penuh perhitungan.

30 Mei 2016 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

LEE Gates adalah "guru" finansial yang ditunggu sekaligus dibenci.

Di layar televisi, Lee Gates menjadi pembawa acara Money Monster, acara yang akan mendorong, menguar-nguar, menjerit, dan meyakinkan penonton untuk membeli saham di perusahaan yang dinilainya sedang melejit. Gates (George Clooney) bakal muncul dengan kostum konyol-jaket mengkilap dan topi panjang Uncle Sam merah-biru-sambil berjoget dengan dua penari latar. Dia akan mengucapkan mantra apa pun yang akan ditelan begitu saja oleh para pemain saham. Money Monster dan Lee Gates adalah bentuk ekstrem dari acara guru finansial Jim Cramer, yang dalam kehidupan sehari-hari kita saksikan berbicara kepada pemirsa yang dianggapnya bertelinga pekak.

Film dibuka pada saat produser Money Monster, Patty Fenn (Julia Roberts), menyampaikan kabar buruk. Hari itu adalah hari terakhirnya bekerja sama dengan Lee Gates, yang sukar diatur karena Gates adalah sosok yang tak pernah mau mengikuti teks yang sudah disediakan dan megalomania sejati. Kabar buruk itu adalah narasumber utama mereka mendadak menghilang padahal acara mereka yang disiarkan secara langsung sudah hampir tayang. Sang narasumber adalah CEO IBIS Walt Camby (Dominic West), yang diharapkan bisa menjawab bagaimana hanya dalam waktu kurang dari 24 jam nilai sahamnya merosot dengan alasan "kesalahan teknis" yang belum bisa diungkap. Problemnya yang menggemparkan adalah para investor kehilangan US$ 800 juta. Hilang lenyap. Lee Gates dan tim produksi Patty Fenn merasa harus mencari jawaban untuk para pemirsa.

Dengan "menghilangnya" CEO perusahaan IBIS-konon terbang ke Jenewa dengan pesawat pribadinya-Lee Gates kemudian mencoba mengatasi acaranya dengan berjoget dan menawarkan saham di sana dan di sini, hingga satu saat tiba-tiba meluncurlah seorang lelaki kumal yang begitu saja masuk ke panggung acara yang disiarkan secara langsung itu. Sembari menodong kepala Gates, si lelaki-yang belakangan diketahui bernama Kyle Budwell-memaksa Gates mengenakan sehelai jaket bom. Dia mengancam, jika Gates tak bisa menjawab semua pertanyaannya, ia akan memencet remote di tangannya dan semua isi stasiun televisi itu, termasuk dirinya, akan binasa.

Sampai di sini, ketegangan dibangun dengan sigap. Perlahan kita mengetahui Kyle Budwell (Jack O'Connell) adalah seorang buruh yang meluruhkan semua duit tabungannya untuk pembelian saham itu. Dan, ketika duitnya hilang, dia menuntut jawaban. Tawaran pergantian duit dari Gates ditolaknya. Dia ingin jawaban: apa yang terjadi.

Babak demi babak diungkap dengan ritme yang pas. Jodie Foster memberi beberapa kejutan pada setiap langkah; kejutan tentang kehidupan pribadi Kyle Budwell, kejutan tentang reaksi pacarnya yang diharapkan bisa membujuk Budwell agar menyerah dan meletakkan pistolnya, serta kejutan tentang CEO yang menghilang. Foster menggabungkan babak-babak ketegangan gaya Dog Day Afternoon (Sidney Lumet, 1975), yang menjadi salah satu film thriller tentang perampokan bank paling legendaris, dengan soal jurnalisme televisi gaya film Broadcast News (James L. Brooks, 1987). Foster berhasil mengawinkan thriller penyanderaan dengan humor para jurnalis televisi ini. Meski kita tetap tegang karena bom yang siap meledak dan jutaan pemirsa yang menyaksikan penyanderaan tersebut di televisi secara live, Foster tahu betul bahwa penonton Amerika gemar menyaksikan ketegangan ini melalui televisi bukan hanya karena duit mereka juga hilang, melainkan juga itu dianggap hiburan.

Paruh kedua film ini kemudian berlangsung di luar stasiun televisi. Dinamika berubah. Lee Gates tak punya pilihan selain mempertemukan Kyle Budwell dan CEO Ibis yang baru saja mendarat di New York. Ini menyebabkan sebuah antiklimaks. Ketegangan buyar karena perhatian terbelah pada investigasi Patty Fenn dengan para hacker sewaan untuk mengulik bagaimana dalam 24 jam duit begitu banyak menghilang. Seperti yang disampaikan programmer sistem, yang akhirnya mereka temukan di Seoul, "Ini pasti karena ada campur tangan manusia."

Film yang menggugat Wall Street dengan keras memang bukan sesuatu yang baru. Dari film yang menampilkan tagline "greed is good" dalam film Wall Street arahan Oliver Stone hingga film Other People's Money (Norman Jewison, 1991), Margin Call (J.C. Chandor, 2011), dan The Wolf of Wall Street (Martin Scorsese, 2013). Semua film ini mengkritik kekejian kapitalisme, tapi hanya sebagai sebuah risiko pilihan.

Sosok seperti Kyle Budwell adalah perwakilan kelas menengah dan kelas bawah yang terkecoh oleh kekejian Wall Street. Dia mempertaruhkan duitnya. Dia kalah. Dia dianggap pecundang.

Leila S. Chudori

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus