BERKAT suaranya yang ngebas kalau di depan mike, Edi Pribadi alias Epri merasa enjoy siaran di Radio Prambors. Kalau boleh sombong, Catatan Si Boy bisa ngetop juga karena bakat anak muda ini "menggoyang" lidah. Si Epri inilah pemeran si Boy asli, tokoh idola dalam sandiwara malam Jumat di Radio Prambors. Epri sudah ngendon di Prambors sejak usia belasan tahun. Tepatnya mulai tahun 1980, saat radio swasta itu mengudarakan acara khusus untuk kalangan anak-anak SMP. Tapi karena badannya cepet bongsor, ia diserahi mengelola program yang agak "sersan", serius tapi santai, yakni Rest'n Relax dan Tanggap Nawala, semacam kontak pembaca di udara. Kalau ditilik-tilik, sosok Epri boleh dibilang mirip dengan gambaran si Boy. Umurnya masih 23 tahun. Rambutnya sedikit gondrong. Dengan tampang baby face, pemuda tanggung ini bisa dibilang lumayan kece. Kuliahnya di STIA tetap jalan. Hobinya juga "ngetrend". Kendati sudah haji, anak bungsu dari lima bersaudara ini tak risi ngeceng di Lintas Melawai dengan Datsun Kotaknya. Justru karena punya latar belakang yang hampir sama ini, Epri dan si Boy bisa menyatu di udara. "Saya mampu menjiwai peran si Boy karena keremajaan saya," tutur Epri. Sosok lain di belakang Ca-Bo adalah Marwan Alkatiri, 30 tahun, yang sulah bergabung dengan Prambors sejak 1974. Ide Ca-Bo, menurut Marwan, lahir dari siaran Diary Leila S. Chudori sekitar 1981. Ketika Catatan Si Boy disiarkan pertama kali pada Juni 1985, mulanya monolog. Biar klop, narasi Si Boy juga dibacakan sendiri oleh Marwan. Tapi sebulan kemudian Si Boy diubah jadi semacam sandiwara yang padat dengar, omongan seenaknya. Paling tidak, bagi kuping-kuping kalangan orang alim. Karena pergaulannya yang luas dan bakatnya yang ceplas-ceplos, Marwan berhasil mengangkat profil si Boy menjadi idola. "Cita-cita saya memang ingin menggambarkan si Boy seorang idola tapi realistis," tuturnya. Si Boy yang badung, kaya, kece, pintar, dan santri. Profil si Boy, yang punya karakter khas itu, kata Marwan, lebih seru dibandingkan gambaran anak muda yang kismin. Sebelum beken dengan si Boy, penyiar yang suka keceplosan ini ngetop di Playboy Kabel, sebuah acara yang disiarkan Prambors sekitar 1979. Dasarnya, Marwan memang punya bakat "mengombalin" cewek-cewek via kabel alias telepon. Tapi cuma lima tahun Marwan jadi Playboy Kabel. Gara-garanya sederhana: dicemburuin pacar di rumah. Belakangan Marwan sibuk jadi juru kamera film. Penulisan naskah Ca-Bo diteruskan oleh Wanda dan Zara Zetira. Untungnya, mereka mempunya wawasan yang sama tentang si Boy. Walaupun berpisah, Marwan mengaku tetap satu hati dengan si Boy. "Benang merah si Boy tetap harus saya jaga," ujarnya kepada Liston Siregar dari TEMPO. Tak kalah memikatnya, juga peran Ida Arimurti Wibowo, 23 tahun. Numpang ngetop di Prambors, ya, gara-gara si Boy. Penyiar yang masih kuliah di FH Universitas Pancasila ini kebagian peran Ina, adik si Boy. Ada ciri-ciri yang sama antara Ida dan Ina. Paling tidak dua-duanya asli cewek. Kayaknya juga dari suara Ida yang kece dan lemah lembut, tapi bikin bingung, kiprah Ina di udara yang manja jadi klop. Porsi Kamu adalah acara tetap yang diasuh Ida setiap paginya. Ia juga mengasuh Tamu Kita setiap Rabu malam. Prestasinya boleh dicatat. Ida berhasil menjerat tokoh-tokoh beken sekaliber Bob Sadino atau Peter Gontha untuk bincang-bincang di udara. Acara lain yang dipercayakan kepadanya yakni Tanggap Nawala setiap malam Senin. Di depan mike, Ida boleh nyombong. Lain soal kalau di darat. "Masih lebih asyik nyosot di udara ketimbang kencan di darat," kilah Ida. Moebanoe Moera & Budiono Darsono
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini