Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Yuris Julian
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Masuklah ke batas lain
dari ombak pasang
yang sudah menunggu itu
Di pantai terlarang
seorang perempuan muda
yang datang kembali
di antara akar pohon
dan retakan tanah
Dengan sepasang mata biji kurma
ditatapnya ilusi-ilusi tuhan
pada bekas sayatan pisau
di dadanya paling kiri
Tampaknya ia gemar
melihat topeng-topeng
dalam keheningan
(2020)
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Nokturnal
Seorang berlari di sebuah dipan tua
ketika pohon-pohon hitam bergegas dari hutan
Kemudian malam, memasang jiwanya
di punggung rerumputan yang telah robek
Bukankah sudah lama kita duga?
di balik perbukitan, letupan demi letupan
bergetar dalam firman-firman cahaya.
Dari arah bulan,
tampaknya musim separuh hangus
ditiup angin yang putus asa.
(2020)
Planet Mainan
Di mataku, sebuah boneka menimbulkan rasa sedih,
kemudian lenyap, karena kiasan berhenti,
dan mungkin juga tak tahu kapan kelahiran ini
musnah pelan-pelan.
Pada arwah gentayangan yang mengendap-endap,
tapi, di sebuah gedung tua, getir tak bisa kasih hadiah
apa-apa, selain angin, meniupkan nyawa,
ketika anak-anak memainkannya.
Di antara kobaran api, mulutku semakin bersembunyi
di ujung bahasa yang tidak perlu pendidikan,
hanya isak menggenangi ranjang.
Fajar merayapi perlahan di bawah sebatang pohon
yang nyaris tersipu-sipu.
(2020)
Yuris Julian lahir di Pelabuhan Ratu, Sukabumi, Jawa Barat, 16 Agustus 1995. Bergiat di Lesehan Sastra Kutub Yogyakarta.
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo