TIDAK benar anggapan bahwa para pekerdja teater di daerah-daerah
hanja mengulang apa jang lampau, misalnja bagi Djakarta ataupun
Jogja. Meskipun djuga tidak berarti mereka bebas sama sekali
dari semangat sekadar ingin jang baru, lebih besar dari
kemampuan jang dimiliki.
Ketika orang menjaksikan produksi ketiga Dewan Kesenian Makassar
jang dipentaskan dikota itu dalam harlah 65 tahun Kotamadya dan
peringatan Chairil Anwar, beberapa waktu jang lalu, kesimpulan
sematjam yang dipilih, sebuah permainan dua orang diberi djudul
Dipintu Alternatif. Disebut-sebut dalam diskusi setelah
pementasan sebagai naskah absurd, karangan Hoesni Djamaludin tak
urung membuat sebagian penonton mengipas-ngipas tubuh dengan
lembaran koran atau mengantuk.
Kebo. Tak heran. Selama lebih satu setengah djam para
pengundjung termasuk Sang walikota tjuma melihat dua orang
mondat-mandir dan bitjara terus-menerus, duduk atau berdiri,
dengan suara jang njaris tunggal nada. Agak menguntungkan bahwa
akting mereka. Aspar dan Moespa Edow, berada di atas tuntutan
minimal. dan lebih dari keringat jang memertjik dengan
mejakinkan wibawa pengutjapan dialog jang hampir selamanja
ditanamkan liwat bentakan berhasil menahan penonton jang
berdjubel duduk di kursi. Namun hanja sampai disini usaha para
aktor. Apa daja naskah tak memberi banjak peluang, di samping
mungkin memang baru di sana.
Orang bilang drama-drama jang dibilang absurd sampaipun karangan
Samuel Beckett sebenarnja tak lebih seonggok tai kebo. Tak ada
fikiran jang djalan disitu sedikitnja tak ada tjerita jang
mufa-kat. Apa jang terlintas dan apa jang terasa dibenak, apa
jang sering dibilang rangsang-rangsang puitik jang di tangkap
liwat djalan jang tidak lumrah, dituangkan kedalam adonan jang
lahir diluar logika keseharian.
Dan djustru jang seperti itu belum terdapat dalam naskah ini:
adonan jang manis dari ba-bi-bu jang bagus. Sebab tai kebo
disitu tjuma satu warnanja berujud permainan pikiran njaris
metafisik berangkat dari satu persoalan jang sebenarnja djelas.
jaitu, konon, benar kah satu-satunja alternatif mengetuk
terus-menerus pintu jang digembok dari luar. djawaban sudah
tentu tak ada. Ilmu tentu Alternatif (sesuatu jang oleh
pengarang pengarang dalam diskusi dibilang cuma ada satu tjuma)
pun tidak menolongnja. Dan pintu tetap terkuntji.
Disinjalir. Bisa dipahami kekosongan memantjar dari sang naskah
-- dan masuk ke dalam pikiran, tanpa berhasil mengendap kebawah.
Seperti ia lahir dari kepala, persoalan -- dan sama sekali bukan
suasana -- tidak menggugah seluruh diri. Penjutradaraan Rahman
rge jang memberikan djubah-djubah hitam dan putih dan slit besar
jang dipasang pengarang pintu, sekedar membedakan figur-figur
jang bergerak dalam alam benak. Daripada mengangkat
bentuk-bentuk kaja dan pengutjapan suasana batin beragam dari
satu awur-awuran manis jang tidak tentu, pengarang
mempertele-telekan naskanhnja untuk sekian kali mendjelaskan
setara tak segar hal-hal jang tak usah djelas. Tak ada
kesempatan permainan jang subur dari adegan-adegan mustahil. Tak
ada haru. Dan pembuangan struktur dramatik dari apa jang lazim
dianggap tuntutan absurdditas hanja diganti kemiskinan
perbendaharaan.
Namun ketjewalah mereka jang menilai rendah pada Makassar.
Seperti djuga kemampuan jang mereka tundjukan di Djakarta pada
pementasan empat kota dahulu, tak ajal lagi diantara sekian
daerah, kota ini termasuk jang bisa lumajan. Bukan sadja
lantaran mereka mementaskan naskah Djamaludin dengan tjemerlang
plus tekhnik penulisan jang belum waktunja -- sebab mereka telah
dan akan menggarap djenis-djenis jang lain" Montserrat dan
mendatang Caligula -- namun karena mereka tampak bekerdja
kontinju, dengan atau tanpa keberhasilan membentuk publik.
Betapapun mereka punja satu klas akting. Merekapun disinjalir
melakukan studi disamping membuat naskah jang bagus. Dengan
tokoh-tokoh jang erat hubungan dengan para pedjabat, mereka
bentuk sebuah dewan. namun bukti-bukti toh harus terus-menerus
diperlihatkan, sementara teriakan-teriakan minta fasilitas
seperti lazim diperdengarkan grup-grup teater dimana-mana tidak
selamanja dianggap lutju.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini