Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Film

Drama di Belakang Panggung Politik

Sebuah film yang justru menyorot rusuhnya kasak-kusuk di belakang panggung politik. Ryan Gosling bersinar.

20 Februari 2012 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

IDES OF MARCH
Sutradara: George Clooney
Skenario: George Clooney, Grant Heslov, dan Beau Wilimon Berdasarkan naskah drama Farragut North karya Beau Willimon
Pemain: George Clooney, Ryan Gosling, Evan Rachel Woods, Philip Seymour Hoffman, Paul Giamatti, Marisa Tomei, Max Minghella

Gelap, kelabu, hampir tanpa cahaya dan tanpa adrenalin. Itulah suasana dan nada film politik yang disutradarai George Clooney ini. Meski Clooney seolah muncul sekelebatan sebagai Mike Morris, Gubernur Pennsylvania yang tengah mencalonkan diri menjadi kandidat Presiden Amerika Serikat dari Partai Demokrat, aktor utama film ini justru para bayang-bayang kelabu di sekelilingnya.

Mereka adalah sosok yang tak terlihat secara nyata oleh masyarakat awam, tapi justru orang-orang inilah pembentuk citra sang calon presiden. Mereka sigap, cekatan, hanya terlihat jelas oleh wartawan politik yang selalu haus berita eksklusif. Stephen Meyers (Ryan Gos­ling) adalah wakil manajer kampanye yang semula sangat idealis dan mengidolakan sang gubernur. Tugasnya menulis pidato Mike Morris, menghadapi wartawan yang mengendus setiap keburukan calon presiden, serta membersih-bersihkan kerak dan kotoran yang mungkin saja tercecer di pojok sejarah Partai. Atasan Meyers, manajer kampanye Meyers, adalah Paul Zara (diperankan oleh Philip Seymour Hoffman dengan baik), seorang atasan yang sangat melindungi bawahannya; begitu protektifnya hingga keputusan-keputusannya mengarah pada paranoia.

Drama dimulai ketika Tom Duffy (Paul Giamatti), manajer kampanye lawan politik mereka, mengajak Meyers bertemu. Agak ragu dengan ajakan ini, Meyers memenuhi permintaan ini. Ternyata Duffy mengajaknya bergabung. Tentu saja ajakan itu ditolak.

Sementara mengurus pernyataan dan pidato yang harus diucapkan oleh sang calon presiden (yang pada titik ini kita anggap sebagai calon presiden ganteng yang ideal), Meyers bertemu dengan seorang perempuan muda jelita yang sedang magang di kantor mereka, Molly Steams (Evan Rachel Woods).

Molly bukan hanya seorang muda yang magang. Dia putri Jack Stearns (Gregory Itzin), salah satu petinggi Partai Demokrat. Tapi, di luar itu, dia juga sudah menjalin hubungan dengan seseorang yang penting dalam partai itu. Hubungan Molly dan Meyers yang semula terjalin dengan tulus dan penuh cinta lantas tersandung oleh kenyataan lain: Molly tengah hamil. Dan ayah bayi yang dikandungnya adalah sosok yang selama ini dikagumi dan menjadi idola Meyers.

Film politik ini sungguh jauh dari keramaian dan berisik gaya film-film politik Aaron Sorkin (kreator serial politik West Wing, penulis skenario film The American President, A Few Good Men, Charlie Wilson’s War, Social Network, dan Moneyball). Tak ada debat dengan suara tinggi; tak ada perhitungan angka di ruangan yang penuh anak-anak magang; tak ada pula saling lomba jerit di antara petinggi partai. Baik Stephen Meyers maupun Paul Zara, atau Ben Harpen (Max Minghella), adalah orang-orang yang berbicara dengan nada datar dan hanya akan terlihat emosional jika situasi memang sudah amat sangat mendorong mereka untuk panik.

Politik di atas panggung berpindah ke belakang panggung, lalu bergeser ke tempat tidur. Stephen Meyers harus berjibaku dengan pengkhianatan atasannya yang memecatnya. Idealisme Meyers mulai runtuh. Bukan saja karena integritas dia dipertaruhkan, tapi juga kemanusiaannya. Apa yang harus dilakukan dengan kehamilan Molly? Apa pula yang harus dilakukan dengan pemecatan dirinya.

Meyers akhirnya memilih untuk menjadi binatang politik seperti rekan-rekannya yang sudah sinis dan lelah. Melakukan pemerasan dan kampanye hitam akhirnya menjadi sebuah pilihan bagi Meyers yang sudah tak lagi percaya pada kemuliaan manusia.

Ides of March adalah sebuah potret kelabu tentang dunia politik. Semua pemain, terutama Ryan Gosling, tampil cemerlang. Film yang diangkat dari naskah drama ini memang betul-betul mengandalkan seni peran dan suasana. Tak akan ada peluru, darah, apalagi laga. Sutradara Clooney kembali bersinar tahun ini. Skenario yang ditulisnya bersama Grant Heslov dan Beau Willimon masuk nominasi Academy Awards tahun ini. Tapi lawan George Clooney tahun ini amat sangat berat. Ia justru jauh lebih menonjol sebagai pemain dalam film The Descendant (Alexander Payne), di mana dia juga mendapatkan nominasi Aktor Terbaik dalam Academy Awards.

Leila S. Chudori

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus