Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Hugo
Genre: Drama
Sutradara: Martin Scorsese
Pemain: Chloë Grace Moretz, Asa Butterfield, Christopher Lee
Produksi: Paramount Pictures, GK Films, Infinitum Nihil
Jika dunia ini ibarat mesin besar, aku pasti bukan komponen tambahan. Aku ada di sini karena sebuah alasan," ujar Hugo Cabret. Hugo (Asa Butterfield) adalah bocah lelaki 12 tahun yang tinggal di sebuah menara yang berdiri kokoh di stasiun kereta api Gare Montparnasse, Paris. Menyelusup ke lorong-lorong sempit di antara putaran roda-roda gerigi raksasa jam mekanis, Hugo menciptakan dunianya sendiri.
Sebuah dunia sunyi yang hanya dipisahkan dinding tebal dengan hiruk-pikuk stasiun yang nyaris tak pernah mati. Dari celah kaca jam, dia menatap Menara Eiffel dan memperhatikan tingkah polah orang-orang di stasiun yang sering membuatnya tersenyum geli.
Hugo tinggal sebatang kara. Sang ayah (diperankan Jude Law) meninggal dalam peristiwa kebakaran. Paman yang mengadopsinya juga tiba-tiba menghilang. Satu-satunya pelipur lara adalah sebuah automaton, robot manusia warisan ayahnya yang belum rampung diperbaiki.
Hugo berusaha keras memperbaiki automaton tersebut. Berkali-kali dia mencuri bagian-bagian komponen mekanis yang dibutuhkan robotnya itu di toko mainan milik lelaki tua yang akrab disapa Papa George (Ben Kingsley). Sampai akhirnya dia tertangkap basah. Hugo harus menebus kesalahannya itu dengan bekerja di toko George. Di situ ia berkawan dengan Isabelle (Chloë Grace Moretz), anak baptis George yang cerdas. Ia mengajak Isabelle ke tempat tinggal rahasianya dan menunjukkan automaton. Siapa sangka, Isabelle memiliki komponen terakhir yang dibutuhkan robotnya agar bisa bergerak.
Berlatar belakang Kota Paris pada 1930-an, film garapan sutradara kawakan Martin Scorsese ini bukanlah film petualangan anak-anak dengan aksi-aksi pertarungan spektakuler. Pada menit-menit awal, alur cerita film ini bahkan berjalan amat lambat. Bagi anak-anak, topik yang dibahas mungkin juga terlampau berat. Film ini juga bukanlah sebuah film tentang hubungan manusia dengan robot seperti Real Steel ataupun I, Robot. Usaha memperbaiki robot itu hanyalah sebuah pembuka. Cerita justru bergulir pada seorang laki-laki, sosok bersejarah dalam industri film Prancis yang telah lama dilupakan, Georges Méliès, yang terkenal lewat film A Trip to the Moon (1902) dan Impossible Voyage (1904).
Film yang didistribusikan Paramount Pictures ini memang berbeda dengan film-film Scorsese sebelumnya. Sebut saja Gang of New York (2002), The Departed (2006), dan Shutter Island (2010). Film pertama Scorsese yang dibuat dalam format 3D ini terasa lebih hangat dengan gambar-gambar yang memanjakan mata, suasana Paris dengan salju yang berguguran, dan stasiun kereta yang benar-benar bersuasana 1930-an. Lewat film ini, ia mengajak penonton mengingat kembali sejarah pembuatan film dan menikmati potongan-potongan adegan film bisu yang berjaya di masanya, termasuk aksi Charlie Chaplin dalam film The Gold Rush (1925).
Bekerja sama dengan penulis John Logan (The Last Samurai, Gladiator), Scorsese mampu menghidupkan kisah drama fantasi yang ditulis Brian Selznick dalam novelnya berjudul The Invention of Hugo Cabret itu. Tak salah rasanya jika Hugo meraih lima piala—best cinematography, art direction, special effects, film editing, dan sound editing—di Academy Awards 2012.
Acungan jempol buat para pemain, termasuk aktor cilik Asa Butterfield. Dia mampu mengaduk-aduk emosi penonton lewat ekspresi dan bahasa tubuhnya sebagai bocah yang kesepian dan merindukan keluarga, tapi enggan menyerah terhadap kerasnya kehidupan. Benar seperti yang dikatakan kritikus film Richard Corliss, film ini bagaikan sebuah puisi.
Nunuy Nurhayati
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo