Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Pameran tunggal perupa Iwan Suastika bertajuk The Man Who Carried A Mountain digelar di D Gallerie sejak Sabtu, 12 Agustus hingga Selasa, 12 September 2023. Pameran seni rupa ini menyajikan fenomena perubahan lingkungan alam dan sosial yang kian antroposentrik.
Iwan Suastika menampilkan sosok manusia beserta kehidupan “non-manusia” di planet Bumi. Sosok manusia tengah digambarkan di antara fenomena dan tantangan ephemeral terjadi di zaman ini. “Perubahan iklim, kerusakan alam, bencana alam, tantangan kesehatan serta budaya paska manusia yang tidak terhindarkan lagi. Kehadiran sosok manusia digambarkan berada pada puncak peradaban, sementara entitas non-manusia lainnya berada pada orbit peradaban manusia. Konsekuensinya manusia wajib memikul tanggung jawab besar yang bersumber dari hasratnya sendiri. Sekaligus untuk membatasi ambisinya yang mungkin belum disadarinya — Hasrat antroposentrik,” ungkap Iwan dikutip dari siaran pers, Minggu, 20 Agustus 2023.
Pendiri dan pemilik dari D Gallerie Indira Esti Nurjadin mengungkapkan Iwan Suastika menyajikan sikapnya sebagai generasi yang mewakili zaman ini, di mana perubahan alam yang terjadi secara global. The Man who Carried a Mountain adalah lawatan duka ekologis yang disajikan dengan corak surealistik berbalutkan imajinasi metaforis di atas kanvas dan karya patung yang digarap Iwan Suastika sepanjang tahun 2022 hingga pertengahan 2023. Alam hayati dihadirkan berevolusi dalam fitur-fitur imajinatif secara tragis dan paradoksal. Karya-karya ini seraya ingin menggulirkan pertanyaan di ruang publik dan menggugah kita bersama — Apa yang akan kita wariskan kepada generasi selanjutnya? Sekaligus membangun diskusi bersama tentang nilai-nilai kemanusiaan yang sejati dengan perubahan alam yang berkelindan pada nilai sosial, kebudayaan bahkan politik yang tidak terhindarkan ini.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Lukisan karya Iwan Suastika berjudul In Love and War. Dok. D Gallerie
Latar Belakang Karya Iwan Suastika
Ignatia Nilu, penulis pameran ini mengungkapkan latar transformasi alam yang mewarnai gagasan Iwan Suastika berkarya. Diduga semenjak revolusi pertanian dan uji coba radio nuklir yang sekaligus bersamaan dengan revolusi industri adalah titik awal di mana manusia memasuki babak baru peradaban permulaan Antroposen. Bahkan setelahnya kedatangan Christopher Columbus di Amerika memulai pertukaran orang, tanaman dan penyakit. Para peneliti mengatakan kedatangan orang Eropa di Amerika 100 tahun sebelumnya adalah awal dari transformasi global yang besar sehingga perdagangan global terjadi secara ekstensif paska ekspedisi Colombus.
“Mungkin banyak yang memperhatikan telah terjadi migrasi cepat dari berbagai spesies. Jagung dari Amerika Tengah ditanam di Eropa selatan dan Afrika dan China. Kentang dari Amerika Selatan ditanam di Inggris, dan sepanjang Eropa hingga China. Spesies sebaliknya: gandum datang ke Amerika Utara dan gula datang ke Selatan Amerika dan pencampuran spesies yang nyata di seluruh dunia. Sebuah kenyataan yang tengah menempatkan Bumi pada lintasan evolusi baru," kata Ignatia Nuli, dikutip dari siaran pers, Minggu, 20 Agustus 2023.
"Pada pertengahan 1960-an, ada perubahan besar di segala sesuatu di planet ini, yang disebut 'percepatan besar' - dengan populasi meningkat sebesar 2 persen per tahun, perubahan yang belum pernah terjadi sebelumnya dalam pertanian dan produksi pangan. Serta masih banyak lagi signal yang sekarang diketahui terkait dengan 'percepatan besar' pertengahan abad ke-20," katanya.
Profil Iwan Suastika
Iwan Suastika lahir di Yogyakarta pada 1992. Ia menempuh studi formal seni desain komunikasi visual grafis di Institut Seni Indonesia, Yogyakarta. Ia perupa muda yang aktif mengikuti pameran, art fair, dan berbagai penyelenggaraan seni rupa Indonesia. Ia menerima penghargaan Silver Award oleh UOB Painting of the year 2014 lalu. Ia berkarya dengan medium kertas, kanvas dan patung. Karya-karyanya merupakan responnya terhadap kondisi lingkungan sosial, lingkungan alam hingga politik. Secara dinamis, ia juga mengartikulasikan berbagai ragam bentuk figur, spesies, landskap selayaknya montase yang dijahit rapi dalam realitas yang baru, realitas yang fantastik yang mewujud dalam corak karya yang surealistik secara menawan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini