Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Film

Film Saat Menghadap Tuhan, Eksplorasi Isu hingga Pesan Sutradara dan Pemeran

Film terbaru garapan Rudi Soedjarwo, Saat Menghadap Tuhan, akan tayang di bioskop Indonesia pada 6 Juni 2024

31 Mei 2024 | 10.51 WIB

Film Saat Menghadap Tuhan. FOTO/instagram
Perbesar
Film Saat Menghadap Tuhan. FOTO/instagram

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

TEMPO.CO, Jakarta - Film terbaru garapan Rudi Soedjarwo, Saat Menghadap Tuhan, akan tayang di bioskop Indonesia pada 6 Juni 2024. Saat Menghadap Tuhan mengisahkan tentang empat sahabat yang masing-masing memiliki latar belakang yang gelap dan traumatis. Mereka anak-anak remaja yang mengalami berbagai peristiwa tragis, termasuk kekerasan seksual dan perundungan.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

Saat Menghadap Tuhan membuka perhatian lebih terhadap kesehatan mental anak-anak dan remaja. Film ini juga menjadi debut produksi bagi rumah produksi baru rintisan Rudi Soedjarwo, RexCorp.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x600

Rudi membuat film ini sebagai penanda kariernya yang berjalan hingga 25 tahun. Saat Menghadap Tuhan berfokus kisah empat remaja yakni Damar (Rafi Sudirman), Gito (Abielo Parengkuan), Nala (Denisha Wahyuni), dan Marlo (Dede Satria) dengan masalahnya masing-masing .

Tentang Film Saat Menghadap Tuhan

1. Eksplorasi Isu

Film Saat Menghadap Tuhan menyoroti kekalutan batin para remaja. Rudi mengatakan, lewat film ini dia berupaya untuk mengeksplorasi isu-isu yang dinilai perlu sering dibicarakan secara terbuka di masyarakat.  Ide cerita film ini, kata Rudi, gambaran kegelisahan yang muncul dari pengalaman pribadi.

"Saya kembangkan dan menulis naskahnya bersama dengan Jemima (penulis naskah), saya melihat hampir setiap hari di media sosial banyak tindak kekerasan seksual, bullying hingga masalah mental sering menimpa para remaja,” kata Rudi Soedjarwo dalam konferensi pers di Jakarta, Rabu, 29 Mei 2024 dikutip dari Antara.

2. Pemantik

Rudi Soedjarwo ingin Saat Menghadap Tuhan menjadi pemantik bagi masyarakat untuk berpikir tentang tanggung jawab untuk melindungi dan membimbing setiap anak. Ia mengajak semua pihak untuk mengenali diri dan menggali kehidupan secara mendalam.

Menurut dia, film ini ditujukan sebagai pemantik dialog untuk selalu mempertanyakan dogma-dogma yang dijejalkan oleh masyarakat. “Saya berharap film ini mampu mendorong penonton untuk berani vokal, bertindak, hingga memutus rantai trauma dan luka batin yang disebabkan oleh generasi pendahulunya,” katanya pada Rabu, 29 Mei 2024, dikutip dari Antara

3. Merenungi Pola Asuh

Aktris Poppy Sovia yang berperan sebagai ibu dari karakter Gito dalam film Saat Menghadap Tuhan mengungkapkan, perannya cukup menguras emosi. Dalam film ini, Poppy dituntut untuk merasakan hubungan buruk dengan anaknya akibat keinginan fana semata. 

Ia menyebut film garapan Rudi Soedjarwo mengajak seluruh orang tua kembali merenungi pola asuh yang diterapkan pada anak-anak. “Banyak pelajaran yang bisa aku petik. Belajar membesarkan anak dan apa yang harus atau tidak harus kita (sebagai orang tua) lakukan agar anak jangan sampai jadi pelaku atau korban perundungan dan menyimpan kesedihan, itu akan jadi luka sih,” kata Poppy dalam konferensi pers di Jakarta, Rabu, 29 Mei 2024 dikutip dari Antara

4. Pesan dan Peran

Dede Satria yang memerankan karakter Marlo dalam film ini bercerita tentang karakter yang diperankan. Marlo digambarkan sebagai sosok yang bermasalah dan keras, karena kurangnya kasih sayang dari orang tua.

Menurut Gilbert Pattiruhu yang memerankan ayah Marlo kesempatan untuk berperan sebagai tokoh Ayah Marlo membuatnya menikmati setiap proses rekaman. Karakternya yang digambarkan sebagai ayah dengan watak keras dan menyepelekan anak membuat Gilbert berpikir kembali yang dilakukan sebagai orang tua di kehidupan aslinya.

“Semoga untuk para bapak yang hadir, jangan lupa kita pernah menjadi anak laki-laki. Perlakukan anak laki-laki kita lebih baik, ingat mungkin orang tua (kita belum lebih baik) memperlakukan kita sebagai anak laki-laki. Dan, terima kasih bagi yang sudah menonton bilang Bapak Marlo menyebalkan, terima kasih sekali,” kata Gilbert, dikutip dari Antara

5. Sinopsis

Diambil dari deskripsi trailer dalam Youtube Cinema 21, film ini menelusuri pertanyaan besar, yakni ke mana mereka harus lari? Kepada siapa mereka bisa mengadu? Dalam menghadapi dunia yang sering menutup mata terhadap penderitaan mereka, persahabatan menjadi satu-satunya cahaya dalam kegelapan hidup mereka. Rudi Soedjarwo menggambarkan dengan mendalam trauma masa kecil bisa mempengaruhi kehidupan seseorang hingga dewasa.

“Kenapa tidak diprioritaskan hal ini? Kayaknya lewat film bisa, deh, kita mulai berbagi ini,” kata Rudi Soedjarwo, pada Rabu, 22 Mei 2024, dikutip dari Antara.

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus