Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Sosok

Hadi dan penemuan-penemuan komputernya

Penemu komputer sistem ai 2100. orang indonesia pertama yang terjun ke dunia komputer. kini memimpin sejumlah perusahaan komputer di amerika serikat. (tk)

30 Juli 1983 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

SUATU hari di bulan Juni 1983. Di hadapan sekitar 100 orang pengunjung, seorang lelaki berperawakan kecil dan berkaca mata, mendemonstrasikan penggunaan komputer Artificial Intelligence (Al) 2100 di sebuah ruangan Hotel Orchid Palace, Jakarta. AI 2100 adalah tanda bahaya yang dipasang di gedung-gedung yang telah menggunakan hasil teknologi mutakhir. Bahkan dalam kadar tertentu alat ini bisa mencegah bahaya tadi. Komputer ini hasil penemuan American Auto-Matrix, sebuah perusahaan elektronika di Amerika Serikat. Lelaki yang mempromosikan komputer itu adalah pendiri American Auto-Matrix dan sejumlah perusahaan yang menggunakan hasil teknologi tinggi. Tetapi ia bukan orang Amerika atau kelahiran salah satu negara teknologi di Eropa. Ia orang Indonesia, ayahnya Jawa, ibunya Sunda, bernama Dr. Krishnahadi S. Pribadi. Barangkali dialah orang Indonesia pertama yang langsung terjun ke dunia komputer, mulai dari proses perencanaan, pembuatan sistemnya, sampai ke pemasarannya. Ia datang ke Indonesia dan berceramah di depan ilmuwan LIPI dan LAPAN, serta sejumlah undangan di Orchid Palace dalam rangka pemasaran AI 2100 itu di Asia. Krishnahadi S. Pribadi yang sehari-hari dipanggil Hadi, lahir di Surakarta 17 Maret 1942. Masa kanak-kanak dilaluinya di Yogyakarta. Ayahnya, Prof.Dr. Sikun Pribadi, guru besar Psikologi Unpad, saat itu masih menjadi guru di kota gudeg. Hadi kecil pun lebih banyak belajar dari ayahnya. Ketika Yogya diduduki Belanda, keluarga Sikun Pribadi diusir tentara pendudukan dari rumahnya. Keluarga ini sempat terombang-ambing mencari tempat menetap di Yogya. Di saat-saat sulit itu, Hadi kecil membantu orangtuanya mencari nafkah dengan berjualan kue lapis dan bawang merah. Setahun kemudian, mereka mengungsi ke Bandung. Sementara ayahnya menjadi guru, Hadi mulai bersekolah. Ternyata anak ini cukup cerdas. Dari kelas satu ia langsung naik ke kelas tiga. Ia memang lebih banyak belajar sendiri di rumah. Buku-buku karangan ayahnya, yang dipakai sebagai pegangan para guru, ia pelajari dengan saksama. Paman Hadi, Adiwinata, mengajar kimia di sebuah SMA di Bandung. Banyak buku mengenai kimia di rumah itu. Hadi mulai membacanya dan di kelas 6 Sekolah Rakyat (SD), ia sudah punya pengetahuan dasar tentang kimia. Di kelas satu SMP berkat dorongan pamannya, Hadi bahkan punya laboratorium kimia di rumahnya. "Setiap hari, waktu saya habis untuk aktivitas membaca dan kegiatan laboratorium itu," katanya mengenangkan. Orangtuanya sendiri, saat itu berada di Belanda, belajar di sebuah universitas. Hadi banyak menerima kiriman buku pengetahuan tentang elektronika. "Buku itu dalam bahasa Belanda, terpaksa saya belajar bahasa Belanda," katanya. "Dari buku-buku itu saya sudah bisa membuat radio kristal." Hadi menyelesaikan SMP dan SMA di Bandung. Sementara itu (1957) ayahnya mendapat tugas belajar pula di AS, hanya beberapa bulan di tanah air setelah dari Belanda. Ibunya segera menyusul ke AS pula. Akibatnya, selain sibuk dengan kegiatan laboratoriumnya, Hadi juga harus mengurusi adik-adiknya: termasuk memasak. "Antara memasak dan laboratorium kimia ternyata ada hubungan erat," ujarnya setengah melucu. "Mengatur bumbu masak harus sama telaten dengan mengatur zat kimia untuk praktek laboratorium." Ketika itu remaja ini sudah bisa menghasilkan beberapa produk kimia, seperti shampoo, mercon, parfum. "Barang itu saya berikan kepada teman-teman, kadang dijual," ungkap Hadi. Dari AS, ayahnya tak henti-henti mengirimi anak cerdas ini buku pengetahuan. Di sekolahnya, Hadi juga dipercayai sebagai pembantu praktek laboratorium. Ternyata kegiatan Hadi bukan cuma urusan kimia. Diam-diam ia juga mempelajari ilmu filsafat, walau cuma dari buku. Tapi tak ketinggalan pula, keluarga ini mempelajari seni musik dan lukis. Sikun Pribadi kembali dari AS tahun 1959 menyandang gelar doktor dalam bidang pendidikan dari Ohio State University. Sementara Hadi tahun 1960 sempat kuliah di ITB jurusan Teknik Kimia. Hanya sebentar. Karena merasa tidak cocok, kuliah itu ditinggalkannya. Setahun setelah itu, Hadi dikirim ke Ohio, AS, mengikuti program graduate di sebuah universitas untuk pelajaran kimia, fisika dan matematika. Dari sana (1965) ia diterima di dua perguruan tinggi: Massachusettes Institutes of Technology (MIT), (Boston) dan Carnegie-Mellon University, (Pittsburgh). "Saya pilih Pittsburgh karena kotanya lebih sepi," katanya. Dengan mengambil jurusan Physical Chemistry ia menggondol gelar M.Sc pada tahun 1969. Dua tahun kemudian gelar doktor diraihnya lagi dalam bidang yang sama. Di Amerika, Hadi aktif pada berbagai kegiatan ekstra kurikuler. Ia pernah menjadi ketua Permias: Persatuan Mahasiswa Indonesia di AS. Ia juga aktif dan pernah memimpin International Club, yakni organisasi di bidang science yang anggotanya terdiri dari mahasiswa berbagai bangsa. Di Kota Pittsburgh itu ia juga sering diundang berceramah di gereja. "Yang saya uraikan filsafat hidup seperti Kejawen, wayang dan Islam," cerita Hadi. Keluarga Sikun Pribadi adalah keluarga Muslim, namun Hadi aktif di organisasi YMCA (Persatuan Pemuda Kristen se-Dunia) dan mengikuti latihan kepemimpinan. "Soalnya di sana tak ada organisasi Islam," ungkapnya. Dengan ilmu yang diperolehnya itu, Hadi tidak langsung pulang. Malah ia berniat membuka usaha di sana. Alasannya, ilmu dan pengalamannya belum bisa diterapkan di Indonesia dan mencari dana di AS lebih mudah. Begitu pula tenaga ahli yang akan digunakannya. Akhirnya ia mendirikan perusahaan Compuguard Corporation di Pittsburgh bersama Romesh Wadhwani, berkebangsaan India. Romesh yang sarjana teknik ini diangkat jadi presiden direktur, Hadi wakilnya. Namun Hadi memegang bidang perencanaan dan marketing. "Seorang perancang produk harus menguasai pemasaran," kata Hadi. Perusahaan ini memproduksi Energi Control System dan fire alarm system dengan menggunakan komputer. Perusahaan ini pernah memenangkan tender yang diadakan Airospace Corp. untuk proyek pengamanan suatu kota. Saingannya, antara lain, perusahaan raksasa yang sudah terkenal, Hougesh Corp. Proyek yang ditangani ini menyangkut penjagaan keamanan dan keselamatan suatu kota -- Hadi tak mau menyebutkan nama kota itu. Ia membuat Citizen Alarm System, semacam jam tangan yang harus dimiliki setiap penduduk kota. Bila terjadi suatu bahaya yang mengancam keselamatan warga kota itu, atau membutuhkan pertolongan kesehatan -- tinggal tekan tombol di jam itu. Sinyal akan segera sampai di suatu tempat, entah itu polisi atau dokter, tergantung kebutuhan. Petugas segera datang. Itu gris besar sistem kerianya. Perusahaan ini berkembang pesat. Karyawannya mencapai 150 orang. Tahun 1979 perusahaan berikut hak cipta alat penaman buatan Hadi ini, ia jual kepada sebuah perusahaan elektronika dari Swiss. "Pekerjaan itu terlalu rutin bagi saya. Kesenangan saya adalah menciptakan, bukan mengulang-ulang," kata Hadi. Tahun itu pula ia mendirikan American Auto Matruc Inc. di kota kecil Export, sekitar 25 km dari Pittsburgh. Perusahaan inilah yang menciptakan dan memproduksi komputer AI 2100, ciptaan Hadi pula. Berbagai universitas dan rumah sakit di Eropa, terutama di Inggris, menggunakan AI 2100. Di saat perusahaannya berkembang itu, "kumat" lagi kegelisahan Hadi. Ia jual perusahaannya itu tahun 1982 dengan niat meloncat lebih jauh. Hadi segera mendirikan Pribadi Research Associates, perusahaan konsultan di bidang teknologi, dan Pribadi System Group Inc, perusahaan jasa konsultan software. Tetapi pemilik American Auto Matrix yang sekarang rupanya masih mengakui Hadi sebagai Chairman of the Board of Director dan direktur pemasaran wilayah Asia. Kedatangan Hadi di tanah air dan berceramah di Orchid Palace awal Juni lalu adalah dalam kedudukannya sebagai direktur pemasaran Asia itu. Di Indonesia, produk ini di-agen-tunggal-i PT Ekaputra Utama. Belum ada yang memesan. "Sekarang baru seminar dan promosi," kata Budi Iskandar, Direktur Penjualan PT Ekaputra Utama. Krishnahadi S. Pribadi sudah kembali ke AS, berkumpul dengan keluarganya. Ia tetap mempertahankan kewarganegaraan Indonesianya, dan tinggal di kota kecil Monroewile, tak begitu jauh dari Pittsburgh, negara bagian Pennsylvania. Sebuah daerah sejuk bersalju dengan penduduk yang sebagian besar sarjana teknik. Hadi menikah dan telah dikaruniai 2 putra, 3 tahun dan 1 tahun. Istrinya, Carol Deiane dinikahi secara Islam di Bandung tahun 1976. Carol adalah sarjana muda psikologi sosial dari Universitas Pittsburgh yang banyak membantu Hadi ketika ia masih kuliah. "Saya kawin terlambat karena lebih banyak mementingkan karier," kata Hadi. Ia pacaran sejak 1967, ketika Carol baru berusia 17 tahun. Carol yang perawakannya lebih besar dari suaminya, mengagumi Indonesia. Hadi sudah membawa istrinya ke berbagai penjuru tanah air. "Istri saya tak bekerja, karena kami menganggap pendidikan keluarga sangat penting," kata Hadi tentang istrinya yang mencurahkan seluruh perhatiannya untuk pendidikan anak mereka. Hadi yang suka olah raga ski dan tenis, punya rencana untuk kembali ke Indonesia, setelah ia tinggalkan lebih dari 21 tahun. Ia dan keluarganya ingin menetap di Bandung, tempat ibunya kini memimpin Sekolah Istri Bijaksana. "Beberapa tahun ini saya masih di AS, sampai cukup pengalaman dan dana. Ini hanya strategi saja," ujarnya. Di Indonesia nanti, katanya, ia ingin mendirikan pabrik high-tech.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus