BUKU ini berjudul agak panjang, Pemikiran, Pelaksanaan dan Perintisan Pembangunan Ekonomi, setebal 700 halaman plus 20 halaman pengantar, tanpa indeks nama/subyek. Dan ini layak dimiliki para ekonom dan peminat ekonomi Indonesia. Sebab, 33 orang, sebagian besar ekonom, menulis 34 karangan yang praktis mencakup state of the art yang paling mutakhir tentang konsep, kebijaksanaan, dan masalah ekonomi Indonesia. Buku yang dibuat untuk memperingati 70 tahun Prof. Dr. Ir. M. Sadli ini adalah buku ketiga yang dipersembahkan bagi para tokoh ekonom yang pernah memimpin ISEI (Ikatan Sarjana Ekonomi Indonesia). Namun, berbeda dengan buku-buku sebelumnya, yaitu buku untuk 70 tahun Prof. Sumitro (Teori Ekonomi dan Kebijaksanaan Pembangunan) dan untuk 70 tahun Prof. Sarbini (Menuju Masyarakat Adil Makmur), buku bagi Prof. Sadli ini berbeda sekurang-kurangnya atas tiga alasan. Alasan pertama adalah cakupan yang dibahas. Buku untuk Prof. Sadli ini meliputi berbagai aspek yang bukan saja mempunyai sentuhan ekonomi filsafat, tetapi juga berisi banyak aspek ekonomi teknis dan metodologis. Pendekatan sejarah, ekonomi politik dan pemerataan, sumber daya manusia, lingkungan dan energi, perbankan dan keuangan, serta perdagangan dan penanaman modal, kesemuanya dibahas oleh makalah-makalah yang sebagian besar bermutu tinggi. Alasan kedua adalah munculnya sumbangan karangan dari "Indonesianist" yang berasal dari orang-orang asing. Rombongan besar Australia muncul dengan tulisan-tulisan dari "sesepuh mereka", Prof. Heinz Arndt, serta nama seperti Anne Booth, Jamie Mackie, Hal Hill. Adapun "jago tua" seperti Douglas Paauw juga muncul dengan tema ketat, "Pertumbuhan Ekonomi dan Ketenagakerjaan di Indonesia". Juga tulisan Steve Paker dan Prof. Erik Thorbecke, guru besar Cornell University, hal yang bisa dimengerti karena salah satu editor adalah Iwan Jaya Azis (satusatunya penulis yang memberi sumbangan dua artikel), tamatan Cornell. Karena itu, hal ketiga yang juga bersifat khusus dari buku ini adalah bahwa makalah-makalah muncul dalam dua bahasa, Indonesia (26 makalah), dan Inggris (8 makalah). Ini mungkin terjadi bukan karena "kemalasan" para editor (M. Arsyad Anwar, Thee Kian Wie, dan Iwan Jaya Azis) untuk menerjemahkan, tapi lebih-lebih merupakan refleksi dari "pertanda zaman" yang sarat dengan nilai-nilai praktis dan universal. Namun, bagaimana dengan isi makalah-makalah itu sendiri? Barangkali tepat untuk mengatakan bahwa makalah yang muncul merupakan "festival ekonomi Indonesia" dan sekaligus menantang otak si pembaca. Dari Prof. Sumitro (75 tahun) muncul "Pendekatan Ekonomi terhadap Perspektif Sejarah", sebuah makalah yang sarat dengan aspek teori dari konsepsi. Karangan Anne Booth, sepanjang 54 halaman, bisa menjadi buku tersendiri karena tebalnya maupun karena diskusi gagasan tentang hubungan perdagangan luar negeri dan pembangunan ekonomi domestik. Diskusi Prof. Suhadi tentang pengaruh peran Bank Dunia dan evolusi perubahan pemikiran memberi gambaran jernih tentang badan yang amat penting karena peranannya dalam soal utang luar negeri Indonesia. Sayangnya, justru hal utang luar negeri sendiri tak diulas secara khusus oleh Prof. Suhadi. Artikel-artikel menarik, penting, dan jarang diulas di berbagai kesempatan justru muncul pada buku untuk Prof. Sadli. Karangan Prof. Arsyad Anwar tentang "Transformasi Struktur Ketenagakerjaan dan Pertumbuhan Ekonomi Indonesia, 1980-1990," adalah "must reading". Karangan Arsyad Anwar seyogyanya membuka mata para pembuat kebijaksanaan akan kompleks dan strategisnya hubungan antara transisi demografis, pertumbuhan ekonomi, dan perubahan struktural ekonomi secara keseluruhan. Satu bagian dari buku ini memuat renungan tentang peran Prof. Sadli, dan bagian pendahuluan yang ditulis Thee Kian Wie menyatakan bahwa Sadli adalah "ekonom Indonesia yang cemerlang dan rendah hati". Prof. Sadli adalah seorang insider dan sekaligus juga bisa menjadi individu yang mempunyai jarak dengan pengambil keputusan sekarang, yang lazim disebut teknokrat. Jabatan yang pernah didudukinya (Kepala Tim Teknis Penanaman Modal, Menteri Tenaga Kerja, Menteri Pertambangan) tak menyebabkan ia "diam". Sadli bahkan mampu mengambil sikap kritis terhadap pembuat kebijaksanaan bila dirasakannya hal itu kurang tepat. Barangkali yang tak kalah penting bagi masyarakat dari sejumlah jabatan yang pernah dipegang Sadli, adalah tulisan-tulisannya yang muncul di berkala ekonomi Business News, harian Kompas, dan mingguan TEMPO, merupakan kontribusi pemikiran besar dari Prof. Sadli. Sjahrir
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini