Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta -Tak kurang dari 1.500 seniman, termasuk Ed Sheeran, Paul McCartney, Rolling Stones, Dua Lipa hingga Coldplay, mengeluhkan sepinya industri hiburan terutama pertunjukan musik secara live yang disebabkan COVID-19. Mereka mendesak pemerintah Inggris untuk bertindak.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Eric Clapton, Sam Smith, Rod Stewart, Liam Gallagher, hingga Iron Maiden turut meneken surat terbuka yang menggarisbawahi redupnya industri hiburan yang turut mengancam kehidupan para pekerjanya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Mereka mengutip penelitian baru yang menunjukkan bahwa pertunjukan musik live berkontribusi untuk perekonomian Inggris, serta menciptakan 210.000 pekerjaan pada tahun lalu.
"Musik live Inggris merupakan hasil sosial, budaya, dan ekonomi terbesar di Inggris dalam dekade terakhir," tulis mereka dalam surat kepada menteri kebudayaan dan olahraga Inggris, Oliver Dowden, dilansir AFP pada Kamis, 2 Juli 2020.
"Jarak sosial tanpa akhir, ditambah belum disepakatinya dukungan keuangan dari pemerintah, maka masa depan konser dan festival serta ratusan ribu orang yang bekerja di dalamnya tampak suram," lanjut pernyataan dalam surat terbuka itu.Bassist band heavy metal asal Inggris Iron Maiden, Steve Harris (kiri) dan Janick Gers beraksi saat konser bertajuk The Final Frontier World Tour 2011 di Pantai Carnaval Ancol Jakarta, Kamis malam (17/2). FOTO ANTARA/Andika Wahyu
Pemerintah Inggris sebetulnya telah melonggarkan anjuran untuk tetap berada di rumah bagi warganya. Namun pusat hiburan live tetap ditutup. Sementara restoran dan museum diizinkan beroperasi pada akhir pekan ini.
"Sampai bisnis-bisnis itu dapat beroperasi lagi, paling memungkinkan pada awal 2021, dukungan pemerintah akan sangat penting untuk mencegah kebangkrutan massal dan akhir dari industri terkemuka di dunia ini," kata surat itu.
Baca: Wabah Corona, John Legend dan Chris Martin Konser Live Streaming
Industri hiburan meminta pemerintah menyiapkan timeline yang jelas untuk membuka tempat-tempat itu. "Pertunjukan yang luar biasa tidak terjadi tanpa tim yang luar biasa di belakang panggung, tetapi mereka semua akan berhenti bekerja kecuali kita bisa kembali ke sana melakukan apa yang kita sukai," tulis para msuikus di surat terbuka itu.