Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Tri Wahyuni
Anggota Ibu-ibu Gemar Menulis
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Korea Selatan sudah kadung kondang sebagai salah satu negara pengekspor budaya pop, dari musik, film, drama televisi, hingga makanan dan fashion. Ekspor budaya pop tersebut mampu menghasilkan devisa tinggi, bahkan mengungguli negara tetangganya, Jepang. Dalam hal sastra dan literasi, Korea Selatan dewasa ini memang belum bisa dibandingkan dengan Jepang. Meski demikian, mulai banyak nama sastrawan Korea Selatan yang diperhitungkan di kancah dunia. Bukunya banyak diterjemahkan. Salah satunya Han Kang.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Nama Han Kang menjadi sangat terkenal setelah The Vegetarian, novelnya, memenangi Man Booker International Prize pada 2016. Dalam sebuah wawancara, Han Kang menyebutkan bahwa efek dari kemenangan itu adalah judul tersebut terjual seketika sebanyak 20 ribu eksemplar dalam waktu sebulan. Boleh disebut kemenangan Han Kang membuat sastra Korea Selatan mesti diperhitungkan.
Buku New York Bakery (2019) ini bisa dibilang sebagai Duta Sastra Korea Selatan. Dalam buku ini termaktub 14 cerita pendek dari 14 penulis peraih penghargaan sastra Korea Selatan. Mereka mewakili lintas generasi, lintas genre kepenulisan, dan lintas fokus tema.
Modernitas Korea Selatan-dan tentu negara-negara lain-tak bisa dimungkiri mengandung ironi. Di satu sisi ingin lekas berlari menuju kemajuan, di sisi lainnya ada yang merasa tertinggal dan menderita. Cerpen yang menjadi judul buku, misalnya, New York Bakery, berkisah tentang sebuah toko kue tradisional keluarga yang berjuang di tengah modernitas dan serbuan kedai roti dari Amerika. Di tengah serbuan itu, anak pemilik toko kue yang sekaligus seorang penulis berkisah tentang bagaimana ia tumbuh bersama toko kue dan menyaksikan toko kue itu perlahan tutup. Cerpen ini mengandung ironi, bahkan bermula dari pemilihan judul, menggunakan judul yang sangat Barat untuk toko kue tradisional Korea yang dihadang modernitas Barat.
…aku tahu persis kapan toko itu tutup untuk selamanya. Toko itu tutup pada bulan Agustus tahun 1995 karena tidak dapat mengikuti perkembangan zaman seperti toko-toko lain yang pernah ada di jalanan kampung halamanku jauh sebelum aku lahir. (hal. 4)
Selain itu, tokoh aku perlahan menyadari si ibu, yang kerap membanggakan toko kue itu menghidupi anak-anak dan keluarga, pun perlahan mengakui kekalahan New York Bakery. Toko ini tak lagi mampu menyesuaikan laju modernitas yang begitu cepat.
Tampaknya toko itu telah mencapai batas kemampuannya. Ibu sekali-kali memasukkan roti-roti yang tak laku dan berjamur ke plastik hitam dan membuangnya bersama sampah-sampah. (hal. 19)
Efek samping modernitas juga tampak dalam cerpen Rumah Lelaki Itu. Sebuah benturan antara pembangunan fisik berupa apartemen dan keberadaan hanok-rumah tradisional Korea. Rumah itu perlahan-lahan dilahap pembangunan apartemen, yang tersisa dan tak seberapa itu berubah menjadi kedai makanan, etalase pakaian, atau bar alkohol.
Tidak banyak hanok yang tersisa, tambahnya, dan yang tersisa kebanyakan tidak menyimpan apa-apa selain atap genting tradisional, interiornya telah diubah menjadi kafe, tempat makan cepat saji, atau toko butik. (hal. 46)
Ironi seperti ini membangun cerita-cerita dalam buku. Seolah kemajuan yang diukur dengan satuan kecepatan milidetik tak mampu mengandung entitas tradisional Korea. Cerpen Semua Orang Mencintai Girls’ Generation berkisah tentang seorang lelaki pekerja yang membuat janji kencan buta di salah satu stasiun bawah tanah, tanpa pernah tahu bahwa sedang dihelat pertemuan KTT G20. Pertemuan itu membuat banyak mal dan tempat makan tutup. Di tengah kebingungan, mendadak ia berhasrat buang air besar. Di sinilah pedihnya ironi disampaikan dengan nada satire dan jenaka. Dalam sebuah perhelatan besar bernama KTT G20, pemerintah bahkan ternyata tak berhasil menyediakan toilet umum bagi rakyat kecil.
Penolongnya adalah seorang polisi kidal dan sesobek poster kelompok idol, Girls’ Generation. Setiap kali perutnya bergejolak, ia akan mengajak berbincang si polisi seputar topik kelompok idola perempuan itu.
Dalam buku The Things You Can See Only When You Slow Down (2017), Haemin Sunim, penulis yang juga berasal dari Korea Selatan, menawarkan cara baru menikmati hidup di tengah modernitas yang berlari sedemikian cepat ini. Dalam buku tersebut, manusia modern sesekali diperbolehkan untuk memperlambat laju atau bahkan tak mengikuti arus yang demikian cepat. Dengan demikian, manusia akan tetap waras dan mampu menyaksikan hal-hal yang luput bila turut arus. Cerita-cerita dalam New York Bakery merupakan sebentuk fenomena "korban" dari modernitas yang menggilas.
Salah satu cerpen yang sangat milenial adalah Metamorfosismu. Cerpen ini mengupas kegemaran operasi plastik anak-anak muda Korea Selatan. Salah seorang lelaki begitu gandrung melakukan operasi plastik. Semula, ia yang homoseksual hanya ingin membenarkan panjang kaki yang tidak sama. Namun hobi itu keterusan hingga ia memutuskan mengubah kelamin. Cerita ini tampak biasa saja, tapi kemudian muncul sebuah pertanyaan besar, ketika bentuk kelamin baru itu justru membuat lelaki pasangannya merasa aneh, tidak biasa, dan tak bahagia.
Empat belas cerita dalam buku ini mungkin tampak sangat acak dipilih. Namun, bila dicermati, tampak betul bahwa penyusun buku, yakni Korea Foundation, ingin mengungkapkan sisi lain dari Korea Selatan yang selama ini tak banyak diperhatikan dunia. Dan sebagai salah satu eksportir sastra, buku ini bisa digunakan pembaca untuk mengira-ngira apa yang sebenarnya terjadi dalam khazanah sastra Korea Selatan.
Perkembangan tema, cara penulisan, dan tentu keberpihakan penulis bisa kita cermati dalam 14 cerita di buku ini. Selebihnya, semua cerita ibarat sebuah episode drama yang dapat dijadikan media hiburan sekaligus melancong ke ceruk-ceruk gelap modernitas Korea Selatan.
New York Bakery
Penulis : Kim Yeon-su, Sim Sang-dae, Park Wan-suh, dkk
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama
Cetakan : Pertama, Agustus 2019
Halaman: 394 hal
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo