Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Mengenakan jubah putih, topi putih, kacamata dan beberapa aksesori Afrika, ia memukau ratusan penonton. Omar Sosa menunjukkan kapasitas seorang penggubah, arranger, perkusionis, dan band leader. Ia menjadi konduktor melalui pukulan tuts pianonya yang moody, dengan tempo yang sangat cair. Omar menempatkan diri sebagai pianis yang melodius, cepat, sekaligus perkusif. Musiknya: jazz Latin, dengan sentuhan akar Afro-Kuba.
Ya, Omar Sosa memang merentangkan gaya bermusiknya menggunakan tradisi vokal dan instrumen Afrika Utara. Seperti dalam albumnya Prietos (2001) dan Sentir (2002), yang memperdengarkan lidah Arab, Inggris, Portugis, Spanyol, dan Yoruba. Seperti juga menemukan instrumen guembri (alat petik), oud (gitar arab), djembe (perkusi), balafon dan marimba (keduanya mirip kolintang). ”Ia termasuk musisi hebat dan unik yang pernah saya temukan,” kata Belly Kelly, promotor musik kugiran asal Skotlandia.
Unik memang melihat akrobat piano yang dilakukan Omar Sosa. Kakinya tak pernah diam, terus bergerak. Tubuhnya bergoyang menyerupai tarian afrika, sementara permainan pianonya membuai telinga. Menggelitik dengan permainan melodius, juga menggoda dengan ritme perkusi. Sangat kuat berkolaborasi dengan permainan bas dan drum. Mengkombinasikan teknik perkusif saat memainkan piano dan memberikan inspirasi efek elektronik di dalamnya.
Omar Sosa lahir pada 10 April 1965 di Camaguey, Kuba. Ia tumbuh dalam populasi orang-orang Kuba. Ayahnya adalah seorang guru sejarah dan filsafat di sebuah sekolah lokal. Ibunya adalah Maricusa Palacios yang sekarang pensiun dan tinggal di Havana. Perkusi yang ritmis telah akrab dengannya, bahkan jauh lebih akrab dibandingkan bermain dengan piano. Pada usia 8 tahun ia mulai mempelajari perkusi, termasuk marimba saat belajar musik di konservatorium Camaguey.
Omar Sosa termasuk generasi paling akhir yang hijrah ke San Francisco. Banyak musisi jazz kenamaan yang memberi warna kepadanya, seperti Chick Corea, Herbie Hancock, hingga Charlie Parker. Sebelumnya, Omar banyak dipengaruhi artis progresif dari Kuba seperti Chucho Valdez, Irakere, dan Emiliano Salvador. Yang patut dicatat, ketika ia pindah ke San Francisco pada akhir 1995, dengan cepat Omar menyegarkan suasana musik jazz Latin di kota itu.
Pianis kedua yang patut mendapat perhatian lebih pada Java Jazz 2007 ini adalah Jamie Cullum. Anak muda yang baru menginjak usia 27 tahun ini cepat menyedot perhatian. Ia penyanyi, penulis lagu, dan pianis yang dinamis dari Inggris. Debut albumnya, Twentysomething, di usia 26 tahun terjual 2 juta keping. Ia suka menggambarkan bahwa musiknya menyentuh semua level usia. Musik Jamie ialah jazz yang dipadukan dengan pop. Meski dasarnya ia bermain jazz, rentang musiknya diperlebar menyeberangi bakat asal.
Lahir di Essex dan tertarik dengan segala tipe musik, mulai dari rock, hip hop, acid jazz dan blues. Ia menemukan semangat jazz anak muda lewat Herbie Hancock dan Miles Davis, tapi tak meninggalkan penggemar jazz yang sudah sepuh. Jammie memasukkan unsur blues dalam Back to The Ground pada album terbarunya, Catching Tales. Seperti pada komposisi 21st Century Kid yang memiliki karakter umum Billie Joel. Lebih kental lagi lagu I’m Glad Here seperti sentuhan Louis Armstrong yang populer dengan hit 1968 , What a Wonderful World.
Cullum dikenal bukan hanya karena kemampuan bermain piano. Ia entertainer yang unik. Ia memakai stompboc yang terbuat dari blok kayu kecil. Alat ini untuk memperkeras tapping kaki musisi. Cullum menemukan ini saat ke Australia. Makanya, dalam beberapa konser sebelumnya, kakinya sering menendang tuts piano ataupun menabuh tutup piano seperti seorang drumer. ”Saya banyak sekali mendengarkan musik perkusif. Saya dulu sering memainkan drum di meja sekolah,” katanya.
Dua pianis beda warna ini memberi warna sendiri dalam musik jazz, khususnya instrumen piano. Yang satu bergelut dengan akar tradisi yang progresif, yang lain melakukan mixing dengan beat kekinian. Omar Sosa dan Jamie Cullum menempati jalurnya sendiri tanpa harus bersinggungan. Perkusif piano dengan spektrum yang berbeda.
Andi Dewanto
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo