Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Seni

Kisah Introver Seorang Pelancong

Bunga Jeruk merekam gejolak perjalanannya ke luar negeri dalam karya seni rupa.

24 November 2002 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

BUNGA Jeruk, 30 tahun, adalah pelukis yang karya lukisnya kurang menarik. Karya lukisnya mengeksplorasi garis dan bentuk kekanak-kanakan dengan narasi kehidupan yang sangat dekat dengan dirinya. Tapi perupa lulusan Institut Seni Indonesia, Yogyakarta, ini sering menghasilkan karya tiga dimensi yang mampu mencuri perhatian orang. Kini, dalam pameran bertajuk Dat Was Now Dis is Then di Rumah Seni Cemeti, Yogyakarta, 5-23 November, ia mencoba mengekspresikan pengalamannya sebagai orang yang terasing dalam sebuah perjalanan jauh dan tinggal dalam waktu relatif singkat di negeri orang. Ia menggunakan medium dua dimensi, tiga dimensi, dan audiovisual. Pameran ini menjadi semacam buah tangan dari seseorang yang baru bepergian jauh, lebih sebagai seorang turis daripada seorang seniman yang diundang tinggal di New York selama empat bulan. Bunga Jeruk, sebagaimana turis pada umumnya, membawa handycam. Mungkin ia takjub ketika memandang gumpalan awan yang ia lihat dari bingkai kecil jendela pesawat. Dia pun merekam gumpalan awan itu, yang sebenarnya bisa menimbulkan imajinasi bentuk yang bermacam-macam tapi seolah Bunga Jeruk melihatnya dalam tekanan suasana hati yang terpenjara dalam kabin pesawat tanpa seorang pun yang ia kenal. Komposisi awan lewat begitu saja tanpa memberikan bekas yang berarti dalam rekaman video yang ia buat untuk pameran ini. Perjalanan panjang dalam posisi duduk dengan ruang duduk yang terbatas adalah tekanan yang dialami setiap orang yang bepergian jauh dengan pesawat terbang. Bagi Bunga Jeruk, situasi ini lebih problematik: dia sulit tidur meski sudah dibantu dengan obat tidur. Maka lahirlah Automatically Sleepy berupa karya tiga dimensi berbentuk kapsul dalam warna putih dan biru dengan ukuran yang lebih besar. Bagi orang yang jarang bepergian jauh, mata menjadi sulit terpicing karena ada tekanan rasa takut ketika berada di pesawat tanpa seorang pun yang dikenal, atau muncul bayangan pertanyaan tentang apa nanti yang terjadi di bandar udara setelah pesawat mendarat. Ada rasa aneh dan juga takut ketika dia dengan kedua tangan sarat dengan koper berada di tengah bandar udara yang sarat dengan simbol penunjuk arah, seolah terperangkap dalam labirin yang membingungkan. Muncul rasa gugup ketika dia yang cenderung introver terpaksa bertanya kepada orang yang tak mengenal bahasa ibunya. Bunga Jeruk menggambarkan keterasingannya di tengah keramaian dengan sejumlah noktah biru bak bintang di atas kanvas putih. Di balik kanvas ini tersembunyi lukisan yang menggambarkan sosok depresif seorang perempuan dengan wajah tertunduk. Sekilas catatan perjalanannya yang penuh tekanan itu muncul juga pada karya dua dimensi berupa sembilan lukisan dengan menggunakan teknik pencitraan film negatif. Ada sosok perempuan dengan onggokan koper, atau figur perempuan yang bermimpi bisa terbang, yang semuanya menggambarkan ekspresi seorang turis, sebagaimana turis lainnya dengan kompleks psikologis orang yang jarang bepergian jauh. Pencitraan film negatif ini seolah menunjukkan sosok anonim atau terasing dalam sebuah perjalanan. Ini sebuah pilihan simbol yang tepat, tapi miskin nuansa. Padahal situasi depresi ketika seseorang berada dalam kondisi tertentu adalah lahan yang sangat kaya untuk dieksplorasi aspek-aspeknya untuk kemudian diungkap dalam bahasa rupa yang lebih kompleks. Tapi ada karya yang cukup menarik berupa gambar salah satu bagian dari peta kota (New York, Washington, DC, dan Amsterdam) yang tidak cuma sekadar ketika orang melihat peta. Ia menambahkan sosok perempuan bak sedang melayang sedang terjun ke Sungai Potomac di Washington, DC; di sisi lain, seekor anjing bak terjebak dalam ruwetnya jalan (Allen, Allen, Where are You). Pada karya lain berjudul Definitely, Independently Happy, peta salah satu bagian dari Kota Amsterdam bak citra abstrak geometris karya lukis Piet Mondrian, berupa struktur garis kotak-kotak yang sangat rapi. Selebihnya Bunga Jeruk membuat karya tiga dimensi yang berupaya mengungkap kebiasaan turis pada umumnya: mengambil fasilitas di pesawat berupa garpu, sendok, dan bantal, atau memenuhi godaan hasrat konsumtif lewat benda cendera mata berupa kaus-T dengan berbagai macam gambar sablon di bagian depan, atau tas kain yang juga dihiasi berbagai gambar turistik. Bunga Jeruk sebenarnya punya kemampuan menggarap desain karya tiga dimensi yang memaksa orang menoleh pada citra estetik karyanya. Tapi pada pameran kali ini dia bak kehilangan akal membuat penonton berdecak. Raihul Fadjri, L.N. Idayanie (Yogyakarta)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus