Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Film

Kisah Persahabatan Merah Putih

Film edukatif yang menghibur, bagian pertama trilogi film bertema tentang perbatasan.

22 Juni 2019 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Pevita Pearce (kiri), Petrick Rumlaklak, dan Amori De Purivicacao dalam film Rumah Merah Putih.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Tak ada yang lebih menyedihkan bagi Farel Amaral (Petrick Rumlaklak) begitu melihat sahabat karibnya, Oscar Lopez (Amori De Purivacacao), tergolek tak berdaya setelah jatuh saat mengikuti lomba panjat pinang. Rumah sakit setempat tak mempunyai peralatan medis yang mumpuni untuk menyembuhkan Oscar. Tantenya, Maria (Pevita Pearce), lalu membawa Oscar ke rumah sakit di Dili dan banyak saudara yang bisa membantu.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Bagi Farel, Oscar adalah sahabat dalam suka maupun duka. Oscar-lah yang membantunya ikut mengumpulkan uang untuk membeli cat dengan membantu menimba, mendorong, dan menjual air karena desa mereka kesulitan mendapatkan air bersih. Bersama Oscar yang cerewet tapi kritis pula, mereka melintasi tapal batas negara sebelah, Timor Leste, demi menjual ayam.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Oscar pula yang menemaninya ke kota, bahkan sampai harus tidur di emperan toko beralaskan kardus, menginap karena kemalaman. Semua itu demi dua kaleng cat merah-putih yang tak sengaja tertinggal di bawah pohon tempat mereka beristirahat dan berkumpul. Farel tak sengaja meninggalkan cat itu demi mengikuti lomba panjat pinang.

Setelah itu, ia tidak ingat lagi di mana cat itu ditaruh. Padahal cat itu dibagi-bagikan di kampung untuk menghias rumah. Menjelang peringatan Hari Kemerdekaan, semua rumah akan dicat merah-putih.

Dari dua kaleng cat inilah sutradara Ari Sihasale membangun plot yang cukup runut menuju puncak cerita. Ia menyuguhkan persahabatan anak-anak yang hangat dan tulus dengan bumbu nasionalisme serta upaya merajut kembali persatuan yang koyak. Tentu saja hal yang terakhir ini tak lepas dari konteks situasi politik baru-baru ini yang terpolarisasi akibat politik identitas masa pemilu, meski tak disingung secara langsung.

Dengarlah percakapan anak-anak di Desa Silawan, para sahabat Farel dan Oscar, seperti Anton Sudaryono yang berayah seorang Jawa asal Malang atau David Silalahi yang beribu Nusa Tenggara Timur (NTT) dan berayah Batak. Meski ayah dan ibu mereka berasal dari berbagai kota yang berbeda, tapi mereka menyebut diri mereka "anak Indonesia".

Akting Petrick dan akting Amori yang cemerlang dan sangat alami mampu memainkan emosi penonton. Kedua aktor cilik asal NTT itu ditemukan Ari Sihasale dan Nia Zulkarnaen. Cerita yang sederhana tentang hilangnya cat membuat penonton harus berulang kali mengusap air mata. Ada pula sentuhan humor. Kelucuan dari percakapan mereka yang menyegarkan suasana membuat penonton tertawa. Ari Sihasale cukup piawai mengasah kemampuan anak-anak yang baru bersentuhan dengan kamera ini.

Hanya, ada beberapa hal yang agak luput dari perhatian dan menimbulkan sedikit tanda tanya. Misalnya saat Farel dan Oscar pergi ke kota demi menukar cat yang salah dan harus menginap karena kemalaman, tak dimunculkan adegan kekhawatiran atau kemarahan orang tua Farel (Yama Carlos dan Shafira Um). Tak ada perhatian mereka pula akan perubahan sikap karena rasa bersalah Farel yang menjadi andil celakanya Oscar.

Nia Zulkarnaen dan Ari Sihasale dengan Alenia Pictures konsisten menghadirkan film-film penuh nilai edukatif, menggugah rasa cinta Tanah Air, tanggung jawab, kesetiakawanan, persahabatan, dan budaya. Ia pun konsisten mengangkat kisah-kisah dari kawasan Indonesia timur. Kisah film ini pun berangkat dari kisah nyata keseharian di wilayah Nusa Tenggara Timur yang berbatasan dengan Timor Leste.

Ari juga memasukkan kisah nyata anak Desa Silawan, Kabupaten Belu, NTT, Yohanes Andigala alias Johny Gala yang viral di media sosial karena aksi panjat tiang bendera. Ia nekat memanjat untuk mengikat tali pengerek bendera yang putus demi menyelamatkan pengibaran Sang Saka Merah Putih dalam Upacara Peringatan Kemerdekaan 2018. Sosok Johny diwakilkan Farel yang menjadi pahlawan dalam upacara bendera saat itu.

Tak lupa pula ia menyelipkan kebiasaan setempat dengan ledekan, candaan yang mencairkan suasana, termasuk kebiasaan mengunyah sirih pinang yang masih mewarnai keseharian mereka. Ari memadukan dengan budaya pop yang diwakili beatbox yang mempesona anak-anak dan orang tua. Beatbox dibawakan oleh pendatang baru Dicky "Beatbox" Tatipilawan yang berperan sebagai Oracio Soares, tukang bengkel yang dekat dengan anak-anak.

Film ini sangat cocok untuk menemani sekaligus menghibur anak-anak pada masa liburan saat ini sekaligus menggugah empati para orang tua. Rumah Merah Putih menjadi bagian pertama dari trilogi film bertema tentang perbatasan Indonesia dengan negara tetangga.

DIAN YULIASTUTI


Rumah Merah Putih

Sutradara: Ari Sihasale

Produser Eksekutif: Nia Sihasale Zulkarnaen

Skenario: Jeremias Nyangoen

Pemain:

Pevita Pearce, Yama Carlos, Shafira Um, Abdurrahman Arif, Petrick Rumlaklak, Amori De Purivicacao, Dicky Beatbox Tatipikalawan

Durasi: 1 jam 36 menit (96 menit)

Genre: drama keluarga

Produksi: Alenia Pictures

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya
Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus