Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TAWA Rizki pecah. Bocah empat tahun itu tak bisa menahan gelinya setiap kali melihat sebuah gambar yang terdapat dalam serial buku Joshua. "Joshua lagi bertelur," ujarnya sambil tertawa geli. Rupanya, gambar Joshua lengkap dengan topi khasnya dan sejumlah butir telur yang terdapat dalam buku Joshua Seri Mewarnai itu memancing tawanya. Setelah tertawa geli, ia pun berlalu. Beberapa minggu kemudian, buku mewarnai itu lecek, tapi tetap tak berkelir.
Sosok Joshua dalam buku itu memang terasa lain. Goresan garis yang kaku membuat Joshua tampak lebih dewasa. Padahal, menurut penerbit serial buku itu, PT Elex Media Komputindo, sosok Joshua yang tengah menjadi idola anak-anak itu diharapkan bisa mendorong semangat belajar anak-anak. "Dulu anak-anak pernah senang pada Ninja Turtle atau Doraemon. Mereka akan menikmati apa yang dibaca karena ada idolanya," kata Retno Kristi, Wakil Pemimpin Redaksi Elex Media Komputindo.
Alasan yang senadalah yang mendorong Helmi Yahya, manajer Joshua, menerbitkan buku biografi Namaku Joshua. "Mumpung Joshua menjadi role model, kami berpikir untuk menyampaikan pesan-pesan bagi anak-anak Indonesia," kata Helmi. Buku lain tentang Joshua adalah buku cerita yang digarap Dwianto Setyawan, penulis serial Sersan Grung-grung yang terkenal pada 1970-an.
Namun, sesungguhnya, musabab penerbitan buku ini tentu mudah ditebak. Jojopanggilan akrab Joshuatengah berada di puncak popularitas. Dalam kacamata bisnis, masa indah seperti itu sayang untuk dilewatkan. "Maksud dari pihak penerbit, saya kurang tahu. Tapi, dari kami sendiri, kami benar-benar hanya ingin berbuat sesuatu. Memberikan pengajaran budi pekerti, misalnya," kata Helmi Yahya lagi.
Joshua sendiri mengaku senang dengan penerbitan buku tentang dirinya itu. Buat bocah kelahiran Surabaya, 3 November 1992, ini, penerbitan buku-buku itu makin menambah deretan merchandise dirinya. Namun, ia mengaku kecewa dengan kemasan buku serial keterampilan itu. "Buat anak-anak umur lima tahun, kan, belum ngerti. Terus bentuk-bentuk buah, binatang, enggak jelas. Aku lebih marem (sukaRed) yang beo, belografi, biografi," kata Joshua dengan lidahnya yang selip.
Lantas, bagaimana penjualannya? Helmi ataupun Retno memilih menutup mulut. Alasannya, data hasil penjualannya masih berjalan hingga kini. "Datanya kan berjalan. Mungkin belum waktunya untuk di-publish," kata Retno mengelak. Perusahaan yang bernaung dalam kelompok Gramedia ini telah menerbitkan 10 judul yang masing-masing dicetak sebanyak 3.000 eksemplar.
Namun, dari pengamatan TEMPO di Toko Buku Gramedia Matraman, buku-buku seharga Rp 4.500 hingga Rp 6.000 itu tampaknya tak terlalu menggembirakan. Anak-anak TK dan SD lebih tertarik pada buku dengan sampul tokoh superhero seperti Doraemon, Saras, atau Miao, kartun rekaan Mizan. Menurut pramuniaga di sana, buku-buku tentang Joshua tidak banyak disentuh. Sejak diterbitkan empat bulan silam, serial bacaan itu baru laku sepertiganya. Melihat kenyataan ini, pihak PT Elex masih mempertimbangkan rencana untuk menerbitkan atau mencetak ulang buku itu. "Kita sedang melihat perkembangannya," jawab Aloysius Adhi Mardiono, Manajer Eksekutif Elex.
Yang agak lumayan adalah buku biografi Joshua yang dijual di toko buku dan kaset seperti Disc Tara. Setidaknya hal itu terlihat pada salah satu outlet-nya di Plaza Senayan. Dari selusin buku, tinggal tersisa tiga buah buku. Buku seharga Rp 30 ribu itu banyak dibeli para ibu untuk anaknya. Dari segi isi, buku ini berhasil menyajikan keseharian Joshua dengan lengkap. Cuma, buku biografi itu masih menyisakan pertanyaan. Misalnya, apa pekerjaan sang ayah, Jedi Suherman, atau yang lebih penting adalah kenapa Joshua lupa berdoa sebelum makan.
Melihat hal ini, boleh jadi peruntungan Joshua bukan di lahan yang baru ini. Ini adalah hal yang berbeda dibandingkan dengan kesuksesan kaset atau show-nya yang menggelembungkan tabungan si bocah. Apalagi bila lahan bukusebuah dunia yang sebetulnya berkesan bertolak belakang dengan dunia glamor bisnis hiburandirendengkan dengan kuis, sinetron, atau iklan yang dibintanginya. Wabah Joshua sanggup membuat anak-anak merengek minta dibelikan dagangan yang diiklankannya seiring dengan kemunculannya di televisi. Agaknya, lahan buku, setidaknya sementara ini, kurang subur buat "si Anak Ajaib" ini.
Irfan Budiman, Darmawan Sepriyossa, Dwi Arjanto
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo