Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
SEBUAH kapal galley yang gendut seperti yang dipakai Vasco da Gama menjelajahi dunia berjalan dengan belasan layar terkembang. Memang tidak ada gelombang laut setinggi gunung yang mempermainkan kapal bak angin beliung mempermainkan kapas. Namun adegan pembuka film animasi Treasure Planet ini menunjukkan sentuhan perdana pabrik film anak Disney dengan teknologi masa depan.
Kapal Eropa khas bikinan abad ke-18 itu bisa bergerak ke segala arah: kanan-kiri dan atas-bawah. Kali ini Disneyatau pasangan sutradara Ron Clements-John Musker--menyodorkan satu lompatan kecil imajinasi. Kapal itu bukan berlayar mengarungi samudra raya, melainkan angkasa luar. Dan tidak seperti produk-produk Disney sebelum ini, kapal tak digerakkan oleh kekuatan sihir. Sutradara merangkap penulis skrip itu menawarkan penjelasan ilmiah sekenanya.
Alkisah, tersebutlah seorang remaja berandalantapi berhati lembutyang gemar berselancar angin bernama Jim. Hidupnya berubah total semenjak Bones, seorang petualang tua, meninggal dalam pelukannya dan meninggalkan secarik peta harta karun. Mulai saat itu, Jim dan ibunya terancam karena kelompok perompak bengis di bawah pimpinan Long John Silver, seorang cyborg, robot manusia, ingin merebut peta itu. Untuk menghindari Silver sekaligus memuas-kan gairah petualangannya, Jim memutuskan untuk menelusuri harta karun dengan sebuah kapal sewaan.
Secara ilmiah, penjelasannya memang amat bersahaja. Kapal bergerak dengan sumber energi dari sinar matahari yang ditangkap layar-layarnya. Dan untuk menentukan arah kemudi, kapal mengandalkan alat yang bisa menaik-turunkan gravitasi benda-benda langit. Namun, yang jadi persoalan, plot cerita mengalir ke muara yang tidak begitu jelas. Mengapa?
Perjalanan ke planet harta karun menjadi musibah besar karena para kelasinya tak lain dari anak buah Long John Silver yang menyamar. Begitu kapal mendekati planet yang dituju, pecahlah pemberontakan para kelasi. Tak pelak Jim, kapten kapal, dan seorang ilmuwan tua sahabat keluarganya menjadi tawanan Silver. Namun, melalui perjuangan gigih lagi seru, satu per satu hambatan bisa diatasi.
Seperti diduga, Jim yang hidupnya berantakan itu menjadi hero. Tapi karakter Jim yang eksploratif itu lalu berkembang menjadi samar-samar. Jim bukanlah tipe pemburu harta, tapi karena itulah ia menjadi canggung, tak tahu yang akan diperbuat ketika sampai di planet penuh harta. Bahkan, saat kembali ke kampung halaman, ia tak membawa sesuatu yang berharga buat ibu tercinta. Apa boleh buat, masalah motivasi perburuan tampak kedodoran.
Padahal motivasi inilah yang menggerakkan cerita-cerita klasik Disney selama ini. Mereka sudah membuat film Cinderella yang bercitarasa maskulin tapi jelas memperlihatkan hasrat sang putri untuk mendapatkan pangeran pembebas. Begitu juga Simba yang ingin mengembalikan kejayaan Prideland atau Tarzan yang mencari jati dirinya.
Treasure Planet juga kehilangan dua hal yang biasanya menempel dalam film Disney: kelucuan dan keharuan. Tokoh semacam punakawan yang bisa memancing kelucuan baru hadir pada bagian akhir, saat mereka sudah menyentuh planet harta karun. Tokoh itu adalah B.E.N. alias Bio Electronic Navigatortokoh yang bentuknya mirip robot R2-D2 dengan kecerewetan C-3P0, dua karakter dalam Star Wars.
Agak aneh juga Disney baru menampilkan tokoh lucu pendamping protagonis itu saat film sudah masuk babak akhir. Tanpa mereka, kemampuan melucu film berkurang jauh. Sayang, Disney tak begitu serius menggubris punakawan, yang dalam Cinderella pun ditampilkan dengan bagus. Di sana ada tokoh tikus Gus dan teman-temannya serta kucing Lucifer untuk memancing tawa.
Tidak aneh, saat pesaing Disney, Dreamworks, membuat animasi yang hebat, Shrek, mereka memasukkan tokoh Donkey, keledai yang bisa melakukan apa saja kecuali diam membisukarakter yang disuarakan oleh komedian hebat Eddie Murphy. Lebih lucu lagi, Shrek banyak memasukkan unsur komedi yang hampir tidak pernah dipakai oleh Disney: pelesetan tokoh-tokoh dongeng legendaris.
Yang mungkin agak menolong Treasure Planet adalah kesigapan sutradara untuk memperkenalkan mayoritas tokohnya dalam 15 menit pertama. Dengan demikian, terhindarlah Treasure Planet dari ketersesatan Spirit: Stallion of the Cimarron, film yang sampai setengah jam belum jelas ceritanya mau bergerak ke mana kecuali memperlihatkan gambar indah ala Monet.
Nurkhoiri
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo