Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Buku

Marginalisasi Wong Cilik

28 Oktober 2013 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Rakyat Kecil, Islam dan Politik
Pengarang: Martin van Bruinessen
Penerbit: Penerbit Gading
Terbitan: Agustus 2013
Tebal: 482 halaman

Kampung Sukapakir, menurut sensus penduduk 1980,adalah salah satu kelurahan terpadat di Bandung. Penghuninya terdiri atas tukang bakso, tukang bubur, pengupas bawang, pedagang kaki lima, tukang becak, pelacur, dan dukun. Ke sanalah Martin van Bruinessen, yang menyelesaikan studi matematika dan fisika di Universitas Utrecht pada 1971, melakukan penelitian pada 1983-1984.

Minat Van Bruinessen melakukan penelitian terhadap wong cilik didorong oleh pengalaman sebelumnya di Turki dan Iran, saat penulis kelahiran Belanda ini menyaksikan kebangkitan Islam sebagai gerakan politik dan revolusi Islam.

Pertanyaannya, apakah Islam mampu memberi suara kepada orang yang dimarginalisasi secara politik, ekonomi, dan budaya. Dari penelitian panjangnya, ia melihat saat ini Islam yang ditonjolkan adalah gerakan kelas menengah. "Kelas bawah seperti tidak terlihat."

Sukapakir merupakan bagian pertama dari buku yang ditulis berdasarkan riset panjang Bruinessen di Indonesia selama 30 tahun.

Artikel bagian kedua membahas berbagai aspek Islam dan politik di Indonesia pada masa Orde Baru.

Bagian ketiga berisi artikel-artikel yang mengambil fenomena LSM (ornop) muslim dan gerakan radikal pasca-Soeharto sebagai tema pokok. "Saya menganggap keduanya sebagai bagian dari masyarakat sipil dan saya melihat potensi positif dalam dua-duanya, tanpa mengingkari perbedaan yang mendasar di antaranya," tulis Bruinessen.

Biografi Imam Ali

Khalifah Terakhir
Pengarang:George Jordac
Penerbit:Zahra Publishing House
Terbitan:Juni 2013 Tebal:504 halaman

Dalam khotbahnya yang berjudul Qase'a, Ali bin Abi Thalib berbicara tentang kedekatannya dengan Nabi Muhammad. "Apakah Anda tahu apa yang menyatukan aku dan Nabi? Ia adalah hubungan kekeluargaan dan kepribadian yang baik."

"Dia mencintaiku sejak aku dilahirkan, ia memomongku di pangkuannya ketika aku bayi, mendekapkan aku ke dadanya, tidur di sampingku, aku merasakan kehangatannya, mencium wangi napasnya, ia menyuapiku, mengunyahkan makanan yang keras untukku. Dia tidak pernah membiarkan aku tergeletak lemah dan ragu."

Ali menghabiskan sebagian besar hidupnya bersama Nabi, meniru sikap Nabi, dan menjauhi masyarakat yang terbelenggu oleh adat nenek moyang yang selalu menjerumuskan pada kesengsaraan. Ya, ketika mayoritas sahabat yang masuk Islam—pada awal kenabian Muhammad—pernah menyembah berhala, Ali sudah beribadah kepada Allah.

Pengarang buku ini, George Jordac,menjelaskan beberapa peristiwa sejarah hidup Ali dengan mendetail. Ia juga menyebutkan pandangan dan keyakinan Imam Ali mengenai permasalahan agama, politik, sosial, dan keuangan.

Jordac adalah budayawan yang lahir di Libanon Selatan dari keluarga Nasrani. Walaupun menganut agama Nasrani, keluarga Jordac sangat menaruh perhatian terhadap Imam Ali.

Berteologi dengan Paradigma Kebebasan

Teologi Fundamental
Pengarang:A. Sunarko, OFM
Penerbit:Lamalera
Terbitan:2013
Tebal:298 halaman

Buku ini bukanlah informasi teologis tentang berbagai hal secara umum. Penulis hendak memperkenalkan metode berteologi dengan paradigma kebebasan, sesuatu yang diberikan kepada manusia, dan Allah menghormatinya. Salah satu contoh konsekuensi terjauh dari refleksi teologis dengan paradigma kebebasan, kata penulis, adalah pernyataan "Allah berharap pada manusia". Demikian kira-kira yang disampaikan pengarang Pater Adrianus Sunarko, OFM.

Teologi dengan paradigma kebebasan yang diperkenalkan penulis ini dirintis oleh Thomas Propper (profesor di fakultas teologi di Westfalische Wilhelms-Universitat, Muenster, Jerman) dan secara konsisten dikembangkan bersama murid-muridnya sehingga menjadi mazhab Propper atau mazhab Muenster.

Lahirnya buku ini sendiridari interaksi penulis dengan mahasiswa-mahasiswinya dalam kuliah-kuliah teologi di STF Driyarkara, Jakarta, sejak 2003 hingga 2012. Banyak keluhan dan pertanyaan dari kalangan mahasiswa tentang pengalaman mereka mengenai ketidakjelasan relasi antara filsafat dan teologi. Filsafat dinilai mempersulit orang untuk masuk dalam ref­leksi teologis. Teologi dilihat sebagai tak lebih dari kumpulan "omongan saleh" yang perlu dipercaya begitu saja.

"Ciri dialog teologi dengan filsafat dalam buku ini merupakan upaya sederhana untuk menanggapi keprihatinan tersebut," tulis Pater Adrianus. Adapun "kebebasan" merupakan jurus kunci penulis dalam berteologi.

Erwin Zachri

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus