Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Seni

Mari, kongko jazz

Telah terbentuk "klub jazz", ada acara lengkap dan santai setiap minggu siang di hotel borobudur jakarta. di sini tempat kumpul dan tukar pikiran serta mengembangkan bakat dan diskusi musik jazz.(ms)

7 Februari 1987 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

KETIKA Jakarta menggigil, ada percik gerimis. Ketika angin mengibas, dari balik kaca jendela hotel itu menukik seuntai bossanova. Ceria dan segar, Autumn Leaves. Sementara tubuh berguncang mengikuti rentak, lutut bergoyang-goyang. Dan tapak sepatu mengetuk ke lantai. Bas gitar Jack Lesmana meningkahi irama bilah piano si Indra, anaknya. Saling mengisi. Dan klarinet Embong meratap. The falling leaves drift by the window.... Di sini bukan cuma senyum. Cinta juga ada. Dan itu, serangkai lagi, dalam swing hangat. Vokal Benny Kleiman, ah, memang mantap. Jari-jemarinya menari pada toets piano, menggelitik bas akustik Irah Colemann, yang diurutnya berbumbum. Suasana kian semarak karena tingkah drum Gilang Ramadhan seperti gerah dalam dencing. Dan ada desah, ada deru, ada debur. I can't give you anything but love .... Sekitar 200 kepala pecandu jazz, setiap Minggu siang, bergoyang bagai berdikir, hingga petang. Ruang musik di lantai dasar Hotel Borobudur, Jakarta, temaram dan sejuk. Ditambah senyum dalam parfum. "Mereka boleh menikmati musik, main catur, ngobrol. Juga silakan tanya tentang Jazz, ujar Jack. Acara kongko jazz sejak Desember lalu itu ternyata telah mengubah kebiasaan tidur siang para musisi jenis ini. "Di sini tempat kumpul dan tukar pikiran. Termasuk mengembangkan bakat," ujar Michael Widjaja, Dirut PT Enrass Perdana, sang penyelenggara. Dan ini memang gagasan Jack Lesmana, 56, bersama kawan-kawan. Atau katakanlah sebuah "impian" yang tak sempat dinikmati Indra Malaon. Menjelang akhir hayatnya, Almarhum pernah melontarkan gagasan membentuk klub seperti ini. Sebaliknya, ada keprihatinan Jack, di benak. "Selama ini ada semacam persaingan. Misalnya, dalam bisnis musik rock, kadang diwarnai duel meet. Dan kalau perlu malah ada yang sabot-menyabot," katanya. "Kompetisi itu sebenarnya bagus. Apalagi di kalangan yang berbeda aliran. Tapi sehat, dong. Itulah perlunya klub jazz, untuk menciptakan keakraban. Di sini musisi senior diharapkan membimbing yang lebih muda," kata Jack. Dan yang gaek tentu diharap bertoleransi pada kawula muda yang bereksperimen. Namanya juga jazz. Benar. Karena yang ada cuma jazz. Yang cari disko, atau lagu mambo, ya, silakan kecewa. Yang gandrung jaipong atawa keroncong, boleh pulang saja. Yang getol lagu pop, wah, mana ada. Ngobrol, lalu, jazz. Bersiul, disusul, jazz. Nguping, jazz. Minta lagu, jazz. Mau minum-minum? Namanya pun serba jazz. Ada Jack "kawula" Lesmana, ada Mus "J&B" Mualim, ada Chick "7hisky sour" Corea. Rasanya? Seperti laiknya minuman penghangat badan yang mahal-mahal itulah. Dan pengelola klub justru Indra Lesmana, si yunior dalam usia, 21, tapi hampir senior dalam jazz. Sedang sebagai band tuan rumah tak lain adalah Indra Lesmana Trio. Permainan mereka serasi. Ada paduan antara piano Indra, drum Gilang, dan bas Irah. Tapi memang berbeda jika dibandingkan dengan trio mahasiswa, seperti Anto -- Donny -- Andries, yang mengawali acara Minggu siang pekan lalu. Dua di antara empat nomor, Blue Bossa dan Sometimes Ago, berlubang dan agak hambar. Acara klub ini padat. Ada jam session, music games, grand finale jam session. Sementara itu, dalam pekan-pekan sebelumnya, para dedengkot jazz di sini juga tampil. Ireng dan Kiboud Maulana, misalnya. Atau Chandra Darusman, violis Luluk Purwanto nan manis, Band Karimata, Krakatau, dan Bhaskara 86. Termasuk vokalis Ermi Kullit, yang warna suaranya memang khas jazz. Beralun bulat basah. Minggu kemarin juga tampil pianis Bubi Chen bersama Spectrum Band. Mereka, kepinginnya, dapat pula menyelenggarakan bengkel kerja, ceramah, pemutaran film, dan diskusi. Hah, bagaimana diskusi, bila acara 3,5 jam terus-menerus dan bising? Ada interval 3-5 menit. Tapi, hei, mereka unjuk gigi lagi. Dan bas gitar yang listrik itu, ditimpuk deram-deram drum.... Budiman S. Hartoyo, Laporan Antosiasmo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus