Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Film

Masa Lalu Wolverine

Sekuel terbaru sosok hero Wolverine dengan setting di Jepang. Menceritakan kehidupan masa silamnya yang misterius.

28 Juli 2013 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

The Wolverine
Sutradara: James Mangold
Skenario: Mark Bomback, Scott Frank, Christopher McQuarrie
Pemain: Hugh Jackman, Rila Fukushima, Will Yun Lee, Hiroyuki Sanada, Svetlana Khodchenkova, Hal Yamanouchi

Mimpi buruk selalu menghantui tidur Logan (Hugh Jackman). Ia kerap terbangun dengan perasaan menyakitkan. Bayangan-bayangan masa silam yang tak mengenakkan selalu memburunya. Dari bayangan kekasihnya, Jean Gray, yang mati sampai bagaimana saat Nagasaki dibom nuklir ia terkurung di sebuah gorong-gorong perlindungan bawah tanah. Tubuhnya ketika itu nyaris gosong dan di situ ia menolong seorang tentara Jepang bernama Yashida (Ken Yamamura).

Dibanding kisah Logan dalam serial X-Men, X-Men: The Last Stand, dan X-Men Origins: Wolverine, film ini memang lebih memfokuskan kisah pribadi Logan alias Wolverine saat menjadi seorang mutan sebelum bergabung dengan kelompok superhero X-Men. Kali ini penonton diajak melihat kilas balik dalam alur maju-mundur masa lalu Logan. Sepuluh menit pertama, penonton akan dibawa pada gambaran sosok Logan sebagai mutan yang kesepian dan menyimpan luka batin yang dalam.

Logan lama menyepi dari peradaban, mengucilkan diri menjadi "manusia gua" di daerah pegunungan yang berselimut salju. Di pegunungan tersebut, ia menemukan sahabatnya, beruang grizzly, sekarat setelah dibidik dengan panah beracun oleh pemburu. Meski menyepi, sesekali Logan masih turun ke kota untuk membeli baterai buat radio transistornya yang kemresek atau membeli minuman.

Dan di situlah Yuiko, gadis Jepang berambut merah berponi pendek, tiba-tiba secara misterius menjemputnya. Ia menemui Logan atas permintaan majikannya. "Kamu tentu tahu siapa pemilik pedang ini," ujar Yuiko (Rila Fukushima). James Mangold, sang sutradara, mulai membangun ketegangan plot dari situ. Di Jepang, Logan bertemu dengan sosok misterius dari masa lalunya.

Logan berjumpa kembali dengan Yashida, prajurit yang pernah diselamatkannya yang kini sudah tua. Pria yang sekarat karena kanker ini menawarkan obsesi yang selalu muncul di benak Logan, yakni menjadi manusia normal, tak abadi dengan kekuatan supernya, dan tak selalu kehilangan yang dicintai. Logan terlibat dalam masalah di keluarga Yashida. Ia berusaha menyelamatkan cucu Yashida, Mariko, ahli waris kerajaan bisnis yang diculik. Logan terseret dalam percintaan picisan.

Setting cerita diseret ke Asia. Kita melihat bagaimana budaya pop Jepang, antara lain Pachinko, cosplay, dan Yakuza, menjadi bumbu cerita. Menarik karena sang sutradara menyajikan bukan hanya pertempuran ala Barat versus Barat, melainkan juga pertarungan Barat dan Timur. Pedang samurai dan panah ninja beradu dengan cakar tulang sang superhero. Ada juga musuh mutan, Viper, perempuan cantik dengan lidah berbisa.

Sosok Hugh Jackman masih kekar ber­otot dengan cakar adamantium yang tajam. Seperti Sean Connery, dia masih menyimpan karisma James Logan. Padahal Jackman sudah berperan sebagai Logan sejak 13 tahun lalu, sejak di X-Men (2000), X-Men: The Last Stand (2006), dan X-Men The Origins: Wolverine (2009).

Dalam film ini, penggemar serial X-Men melihat sosok Logan yang kesepian mencoba bangkit melupakan masa lalu dan menghilangkan luka. Tapi kali ini Mangold sudah menyiapkan kejutan yang memancing penasaran penonton. Kejutan apa? Ini berkenaan dengan dua sosok yang selalu hadir dalam kehidupan Logan: Profesor Charles Xavier dan ­Magneto.

Dua karakter ini, kita tahu, adalah dua sahabat yang dulu sama-sama memperjuangkan nasib para mutan yang tidak disukai manusia. Hanya, mereka berbeda sikap. Magneto menginginkan para mutan berkuasa di bumi, sementara Xavier tidak. Xavier menginginkan jalan damai. Xavier sendiri, saat diciptakan oleh komikus Stan Lee dan Jack Kirby, dibayangkan adalah penjelmaan Martin Luther King, sementara Magneto adalah Nazi. Tonton saja.

Dian Yuliastuti

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus