Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Film

Membuka Peti Es itu…

Sebuah tim kepolisian Philadelphia ditugasi menggali kasus-kasus pembunuhan yang terjadi puluhan tahun silam. Seru, tegang, dengan penataan musik keren.

21 Januari 2008 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

COLD CASE Kreator: Meredith Stiehm Pemain: Kathryn Morris, Danny Pino, John Pinn Produser: Jerry Bruckheimer

Seorang wanita paruh baya tertatih menghadap detektif Lily Rush di kantor polisi Philadelphia. ”Saya ingin melaporkan pembunuhan yang saya saksikan sendiri,” katanya. Detektif Rush langsung memberikan atensi penuh, ”Kapan pembunuhan itu terjadi?” Jawabannya, ”Dua puluh tahun lalu!”

Lily Rush (Kathryn Morris), seorang detektif perempuan yang cerdas, gesit, dan tentu saja cantik, memang andalan tim yang dipimpin Letnan Polisi John Tillman (John Finn). Tetapi, untuk menyelidiki sebuah pembunuhan yang terjadi 20 tahun silam? Ketika DNA belum ditemukan sebagai bagian dari forensik dan teknologi, serta laboratorium belum secanggih apa yang dimiliki para dokter forensik pada milenium ini, bagaimana Rush bisa menemukan pembunuhnya?

Inilah daya tarik utama serial Cold Case yang diproduksi oleh produser yang sama dengan serial CSI, CSI Miami, dan CSI New York. Tetapi, karena Cold Case adalah sebuah serial yang mengisahkan upaya sebuah tim yang menggali pembunuhan yang terjadi puluhan tahun lalu, kesulitannya menjadi jauh lebih ”rumit” dibanding menggali kriminalitas yang digambarkan serial CSI. Selain karena segala bekas tindak kriminalitas sudah pasti tak diutak-atik di dalam laboratorium forensik, mereka hanya bertumpu pada barang bukti masa lalu dan rangkaian wawancara dengan para saksi. Dengan kata lain, serial investigasi ini menggunakan gaya detektif konvensional.

Namun penggarapan dan pemilihan cerita serial ini juga melibatkan cerita personal detektif Rush, seorang detektif yang memiliki masa kecil pahit dan partnernya bekerja, detektif Scotty Valens (Danny Pino), yang bertunangan dengan wanita penderita skizofrenia. Tentu saja di antara kesibukan mereka bekerja, romansa para tokoh digambarkan sekilas, meski kisah perburuan para kriminal itu menjadi menu utama. Film ini selalu dimulai dengan adegan pembunuhan yang terjadi pada masa lalu, entah tahun 1960-an atau 1970-an atau 1980-an, lengkap dengan tata artistik, kostum, dan musik yang menggambarkan era itu. Setelah itu, barulah kamera meluncur ke masa kini, ke ruang kerja detektif Rush yang biasanya menerima laporan dari salah satu saksi yang merasa bersalah karena tak berani berterus terang di masa lalu tentang apa yang disaksikannya; atau bisa saja tim itu menemukan bukti baru. Pada saat Lily Rush dan timnya akhirnya berhasil menemukan pembunuhnya, kita akan menyaksikan adegan yang tak terlupakan. Dengan iringan lagu yang sesuai dengan setting pada era terjadinya pembunuhan itu (misalnya mereka pernah menggunakan lagu Live to Tell dari Madonna atau Saturday Night Fever dari The Bee Gees, atau Johnny Cash, Bruce Springstein, Kut Cobain, U2, dan Bob Dylan. Pada saat penangkapan pembunuh itu, selalu digambarkan sang korban yang seolah menatap dari kejauhan dan tersenyum karena pada akhirnya keadilan telah ditegakkan. Dan akhirnya perlahan dia menghilang dari pandangan.

Leila S. Chudori

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus