AMBISI Bandung Bondowoso memperistri Roro Jonggrang telah ,lama padam. Putri jelita adik Prabu Boko ini, raja yang dipecundangi Bandung Bondowoso, tak lagi menagih janji: membangun 1.000 candi dalam waktu satu malam. Tapi kini, di kompleks candi itu, sejumlah orang masih bekerja. Bukan untuk menambah jumlah candi agar genap seribu, tetapi memugar peninggalan masa lalu itu. Warisan purbakala candi Prambanan ini juga dipersolek dengan taman. Seperti halnya pemugaran Borobudur, dua hal yang ingin dicapai: melestarikan candi dan menjualnya sebagai obyek wisata. Renovasi candi Prambanan itu sendiri sudah dikerjakan sejak 1978 dan diharapkan rampung 1991. "Melihat kondisi keuangan pemerintah saat ini, rasanya sulit selesai sesuai dengan rencana. Diperkirakan tahun 1994 baru rampung," kata Kepala Kantor Suaka Peninggalan Sejarah dan Purbakala Daerah Istimewa Yogyakarta, Drs. Th. Aq. Soenarto. Candi di kompleks Prambanan semuanya ada 240 buah. Kelompok candi Ciwa yang terdiri atas 16 candi - dan ini merupakan kelompok candi yang terbesar - sudah dipugar tahun 1953 dan diresmikan Presiden Soekarno. Tahun lalu, renovasi candi Brahma juga sudah rampung. Kini sedang dikerjakan candi Wisnu. Di candi Ciwa inilah dipahatkan relief Ramayana yang terkenal itu. Candi induk tinggi 47 meter ini paling banyak dikunjungi satawan. Candi ini merupakan replika Gunung Mahameru, yang diyakini umat Hindu sebagai tempat bersemayamnya para dewa. Hambatan pemugaran memang dana. Karena yang diandalkan cuma anggaran dari Departemen P & K. "Tidak ada bantuan luar negeri untuk pernugaran ini. Juga tidak ada ahli asing," kata Soenarto. Akan halnya taman wisata yang secara langsung menunjang kelestarian candi, biaya lebih longgar karena dikelola PT Taman Wisata Borobudur & Prambanan itu. Pekerjaan inilah yang kini menggebu-gebu. Penduduk tiga pedukuhan terpaksa hengkang dari kawasan yang dipakai taman. Ada 150 keluarga yang dipindahkan ke Desa Klurak, 3 km di selatan candi. Penduduk yang dipindahkan itu mendapat ganti rugi yang layak. Besarnya Rp 30 ribu sampai Rp 50 ribu per m2. "Bagi saya penggusuran ini ada hikmahnya. Kalau dulu saya cuma menyewa, sekarang saya malah sudah memiliki tanah dan rumah sendiri," kata Januri. Tapi Semedi, ayah dua anak, masih membuka warung dan tinggal di depan panggung pertunjukan Ramayana yang lama--panggung ini memang belum dibongkar. Sebenarnya, dia sudah mendapat tempat di lokasi yang disediakan. "Nanti kalau panggung Ramayana yang baru sudah jadi, saya akan menyewa salah satu warung di sana," kata Semedi penuh harap. Di panggung yang baru nanti, akan dipergelarkan berbagai pertunjukan kesenian daerah, tak cuma sendratari Ramayana. Bisa saja seni rentak dari Dayak atau Tor-tor dari Batak, misalnya. Burhan Piliang, I Made Suarjana, Nanik Ismiani
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini