KELUARGA MARKUM Pemain: Ikranegara, Ully Artha, Dwi Yan, Lidya Kandou Skenario: Asrul Sani Sutradara: Chaerul Umam SETELAH belasan tahun hidup berumah tangga dan dikaruniai anak dua, Markum tidak juga bisa dengan tulus mencintai istrinya, Marni (pasangan ini sebelumnya sudah tampil dalam film Kejar Daku Kau Kutangkap). Ia selalu curiga pada wanita ini -- curiga bahwa lawan jenis yang dikenalnya sebagai Marni itu -- senantiasa berusaha menguasai dan mendikte dirinya. Bersamaan dengan itu ia beranggapan sikap jujur adalah yang terbaik dalam hubungan antarmanusia. "Honesty is the best policy," mungkin begitulah semboyan Markum (dimainkan Ikranegara) tanpa sedikit pun sadar bahwa kejujuran bisa dengan mudah melukai orang lain, tidak terkecuali Marni (Ully Artha). Film ini cenderung mengesankan bahwa semakin jujur orang, semakln tidak peka ia terhadap orang-orang di sekitarnya. Di luar itu ada hal lain: kebutuhan seorang suami untuk menegakkan wibawa telah menjerumuskan Markum pada peri laku mengada-ada. Ia berusaha mendisiplinkan keluarga, pertama-tama lewat pembagian waktu: sekian menit untuk mandi, sekian menit bersolek, sekian menit menerima tamu, sekian menit bertandang ke rumah teman. Marni berikut kedua anaknya, Ikum dan Bunga, resah. Ikum berontak dan memanjat pohon depan rumah. Ia tidak mau turun kalau ultimatumnya tidak dipenuhi. Markum kalah. Sebagai panglima yang menegakkan ketertiban dan keteraturan, wibawanya sirna. Martabatnya kian merosot ketika Ramadan (Dwi Yan), kemanakannya yang wartawan itu, mendapat pembagian mobil kantor. Ikum dan Bunga kontan merengek, minta mobil juga. Tapi yang meledak Marni. Wanita ini -- yang merasa sangat tidak diperhatikan oleh suami membanting-banting panci. Ketika suami-istri itu akhirnya bicara empat mata, Marni menggunakan kesempatan itu untuk melontarkan uneg-unegnya. Ia ingin hidup seperti wanita-wanita lain, pesiar keliling Indonesia atau ke luar negeri, dan macam-macam lagi. Markum dengan terpaksa memohon kenaikan pangkat. Permintaan ini tidak bisa dipenuhi karena sesudah direktur, dialah yang pangkatnya paling tinggi di kantor notaris itu. Markum mengalami frustrasi berat. Akhirnya, ia konsultasi ke psikiater, tapi jalan keluar dari kemelut Marni tak juga ditemukannya. Pria setengah baya ini malah kian yakin bahwa dalam segala hal dialah yang benar. Kalau tidak pandai-pandai menggarapnya, tema kecil yang dipetik dari kehidupan sehari-hari ini bisa membosankan. Apalagi settingnya keluarga kelas menengah bawah dengan suasana keseharian yang tenggelam dalam rutin, penampilan tokoh-tokohnya yang biasa-biasa saja (Lidya Kandou hampir selalu berdaster) dan tuntutan cerita yang tidak memungkinkan hal-hal yang sensasional -- kecuali psikiater (diperankan kocak sekali oleh Amak Baljun) yang minta nasihat pada pasiennya. Memang Marni mengancam akan mencari pacar, tapi ia tidak sampai berkhayal menggaet pria. Ikum merajuk, protes dari atas pohon, tapi tidak digambarkan bagaimana ia memanjat dari bawah ke atas. Markum sendiri menangis tapi cuma di balik kaca mata. Sejak sukses Kejar Daku Kau Kutangkap, disusul Bintang Kejora, Chaerul Umam berusaha menghadirkan komedi yang bersih. Ia kurang berminat pada banyolan-banyolan kecil -- yang spesifik kelas menengah misalnya -- mungkin karena menghindar dari kekonyolan yang dianggap tidak perlu. Namun, sutradara masih cukup jeli untuk mengisi ruang kosong pada layar dengan tamu wanita bermuka judes yang rupanya ada janji dengan pesuruh kantor majalah TEMPE atau menghadirkan pria yang ketawa-ketawa sendiri, juga penjual rokok yang matanya berkedip-kedip karena gangguan saraf. Orang-orang ini menambah "asri" suasana lain halnya pemimpin redaksi TEMPE dan sekretarisnya begitu pula psikiater dan istrinya yang galak. Kehadiran mereka fungsional tapi dialognya terasa agak dipaksakan. Film ini memang lebih banyak menyindir ketimbang berolok-olok. Mungkin karena itu ia tidak semeriah dan sebijak Kejar Daku, padahal naifnya Markum sudah dipompa habis, sedang Ully Artha (sebagai Marni) bermain baik sekali. Isma Sawitri
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini