Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Seni

Merangkum Keresahan Seni Masa Depan

Sebanyak 12 perupa kontemporer memproyeksikan persoalan serta keresahan saat ini dan masa depan.

24 Desember 2023 | 00.00 WIB

Seni instalasi berjudul Unobtainable Build karya perupa Irfan Hendrian dalam pameran seni PASCAMASA di Galeri Nasional Indonesia, Jakarta, 20 Desember 2023. TEMPO/Indra Wijaya
Perbesar
Seni instalasi berjudul Unobtainable Build karya perupa Irfan Hendrian dalam pameran seni PASCAMASA di Galeri Nasional Indonesia, Jakarta, 20 Desember 2023. TEMPO/Indra Wijaya

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

Ringkasan Berita

  • Galeri Nasional Indonesia menggelar pameran kolaborasi berjudul Pascamasa hingga 21 Januari 2024.

  • Sebanyak 12 perupa kontemporer muda menyuguhkan puluhan karya terbaru.

  • Puluhan karya lukis, seni instalasi, hingga seni interaktif disajikan dengan baik dalam pameran Pascamasa.

Dari kejauhan, seni instalasi karya perupa Iwan Yusuf yang berjudul Air Pasang/Tidal Water mirip kelambu yang dipasang di atas ranjang. Karya berukuran cukup besar, yakni 280 x 280 x 300 sentimeter, itu tersaji di bagian depan Gedung A Galeri Nasional Indonesia, Rabu, 20 Desember lalu.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

Namun, jika dilihat lebih dekat, bayang-bayang imajinasi ranjang lengkap dengan kelambu seketika buyar. Gambaran keindahan tempat beristirahat berubah menjadi perasaan jijik dan gelisah

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x600

Iwan merangkai beberapa jaring penangkap ikan baru dan bekas menjadi semacam kubus melayang. Di sela-sela jaring yang sebagian koyak itu, ia mengaitkan beraneka barang bekas, seperti sepatu anak, termos usang, botol plastik, kayu, sampai stirofoam bekas. 

"Itu adalah sampah laut yang kami kumpulkan di pesisir pantai selatan Yogyakarta," ujarnya ketika ditemui Tempo

Seni instalasi karya Iwan Yusuf berjudul Air Pasang/Tidal Water dalam pameran seni PASCAMASA di Galeri Nasional Indonesia, Jakarta, 20 Desember 2023. Karya berdimensi 280x280x300 sentimeter itu terbuat dari jaring ikan, sampah laut, dan besi. TEMPO/Indra Wijaya

Iwan mengatakan karya ini bercerita tentang pengaruh laut terhadap kehidupan di darat. Menurut dia, laut adalah pembentuk kehidupan makhluk hidup dan tak hidup yang ada di darat. Laut memberikan pengaruh yang sangat besar bagi daratan, dari unsur geografis sampai cuaca. 

"Jadi seperti menengok kembali bahwa kita enggak bisa terpisah dari laut," tutur perupa yang memerlukan waktu 10 hari untuk menyelesaikan karyanya tersebut.

Karya Iwan itu merupakan satu dari puluhan karya seni kontemporer dari 12 perupa yang dikumpulkan dalam sebuah pameran bertajuk "Pascamasa". Pameran yang menjadi bagian dari seri seni rupa Indonesia Kita tersebut menjadi kegiatan penutup Galeri Nasional Indonesia pada 2023. 

Ada pula seri karya berjudul The Internet Love Machine #1 #2 #3 #4 karya perupa muda Azizi Al Majid yang menarik perhatian anak muda. Empat lukisan berukuran sama, 176 x 80 cm, itu merupakan karya campuran seni cetak digital dan lukis. 

Seri karya berjudul The Internet Love Machine #1 #2 #3 #4 dalam pameran seni PASCAMASA di Galeri Nasional Indonesia, Jakarta, 20 Desember 2023. Karya perupa Azizi Al Majid ini menggunakan teknik cetak dan lukis cat akrilik di atas kanvas 176x80 sentimeter. INDRA WIJAYA/TEMPO

Menariknya, Azizi menyuguhkan rangkaian meme yang selama ini kerap ditemui di media sosial dan aplikasi percakapan. Awalnya, perupa 29 tahun itu mencetak puluhan meme di atas empat kanvas yang memanjang vertikal. Selanjutnya, ia menuangkan goresan respons cat akrilik ke atas kanvas.

"Mengapa saya pilih media vertikal atau memanjang dari atas ke bawah? Karena saya ingin mereplikasi gawai yang selama ini berbentuk memanjang," tutur Azizi. 

Menurut dia, meme saat ini bukan sekadar media hiburan. Saat ini meme punya arti mendalam. Bahkan bisa dijadikan sebagai bahan propaganda seperti yang dilakukan dalam kontestasi politik di berbagai negara, seperti Amerika Serikat dan Indonesia. 

Selain itu, Azizi ingin menyampaikan bahwa meme kini sudah jadi bagian komunikasi manusia. Buktinya, sesama kawan sering saling mengirim meme. "Uniknya, meme itu saling dikirim tanpa perlu percakapan lain."   

Seni instalasi berjudul Minibeast #6 Inside karya Meliantha Muliawan dalam pameran seni PASCAMASA di Galeri Nasional Indonesia, Jakarta, 20 Desember 2023. Karya media campuran dalam kotak akrilik ini tersaji dalam dimensi 200x300 sentimeter. TEMPO/Tempo Indra Wijaya

Ada juga karya perupa Meliantha Muliawan berjudul Minibeast #6 Inside 2x3 Meter Room yang ditempelkan di sudut dinding ruang pameran. Meliantha merangkai puluhan kotak kecil berbahan akrilik bening dengan rangkaian pola acak. 

Di dalam kotak bening itu, ia meletakkan beragam benda, seperti kain, benang, dan dakron beraneka bentuk. Meliantha merangkai benda-benda tersebut menjadi mirip bunga dan serangga. 

Meliantha mengatakan karyanya kali ini lahir dari memori masa kecilnya yang memanfaatkan ruang kecil berukuran 2 x 3 meter sebagai tempat bermain. Di situ ia diperbolehkan menggambar, termasuk di setiap dindingnya. Ketika tembok di kamar sudah penuh coretan, ia menimpanya dengan lukisan lain. Walhasil, bentuk coretan di tembok semakin tidak karuan. Namun, menurut dia, dari kejauhan mirip serangga yang saling berinteraksi. 

"Dari ruangan yang kecil itu, justru ide dan imajinasinya tidak terbatas," kata perempuan 31 tahun itu.

Dari pengalaman tersebut, Meliantha mendapat pandangan baru. Menurut dia, manusia mengalami kebingungan dan kerisauan, terlebih di tengah arus informasi yang semakin bias. "Yang paling nyaman adalah kembali ke diri sendiri."  

Seni instalasi berjudul Unobtainable Build karya perupa Irfan Hendrian juga menjadi salah satu daya tarik pengunjung dalam pameran kali ini. Irfan menghadirkan karya menyerupai bentuk tugu dan pilar gedung. Sekilas, instalasi seni ini mirip bekas bangunan kuil Yunani yang runtuh dan menyisakan pilar-pilarnya. 

Uniknya, hampir semua benda yang dipajang terbuat dari kertas dan resin. Menurut Irfan, karya yang pernah ia pamerkan dalam ArtJog 2023 itu membawa pesan kritik sosial terhadap Pemerintah Provinsi DI Yogyakarta, tepatnya tentang larangan bagi kaum non-pribumi memiliki tanah di Yogyakarta. 

"Kertas-kertas yang saya pakai adalah media banding atas perintah Gubernur (Yogyakarta) pada 1975 itu," ucapnya.

Menurut Irfan, keputusan tersebut teramat diskriminatif bagi etnis Tionghoa. Ia beralasan peraturan tersebut menghasilkan turunan masalah yang semakin merugikan etnis Tionghoa. Salah satunya adalah mereka tetap dianggap bukan bagian dari warga negara Indonesia.

Irfan mengatakan anggapan buruk terhadap etnis Tionghoa di Yogyakarta terjadi sejak zaman kolonial Belanda. Saat itu sejumlah warga etnis Tionghoa dianggap memihak Belanda. Padahal saat itu tidak sedikit dari mereka yang pro-kemerdekaan Indonesia. 

"Tapi tetap saja sampai sekarang dianggap pengkhianat. Ini seperti masalah yang berputar tidak ada habisnya." 

Selain menampilkan lukisan dan seni instalasi, pameran "Pascamasa" menghadirkan karya seni interaktif berjudul Animental karya studio Arafura. Karya ini berada di sebuah kamar gelap berukuran sekitar 5 x 5 meter. Tiga sisi tembok dijadikan layar proyeksi. 

Pengunjung diwajibkan mengisi semacam kuesioner sebelum memainkan seni interaktif tersebut. Kuesioner tersebut berisi sejumlah pertanyaan yang berhubungan dengan kepribadian seseorang. Selanjutnya, hasil penilaian itu akan ditampilkan dalam bentuk hewan.

Menurut perwakilan studio Arafura, Pande, karya ini menawarkan refleksi cara pandang seseorang terhadap keresahan melalui binatang. Sebagai contoh, seseorang yang mampu memandang sebuah problem secara luas akan ditampilkan dalam wujud jerapah. "Karena dia bisa melihat permasalahan dari atas," kata Pande. 

Karya seni interaktif berjudul Animental karya Arafura dalam pameran seni PASCAMASA di Galeri Nasional Indonesia, Jakarta, 20 Desember 2023. TEMPO/Indra Wijaya

Meski bersifat personal, Pande melanjutkan, karya interaktif Animental tetap bisa melibatkan interaksi sesama pengunjung. Sebab, orang lain bisa melihat kepribadian seseorang yang ditampilkan dalam wujud binatang. "Ini adalah karya baru. Kami buat selama satu bulan dan baru kali ini ditampilkan untuk umum," ujarnya.

Selain itu, masih ada karya dari perupa lain, seperti Arkiv Vilmansa, Condro Priyoaji, Franziska Fennert, Nona Yoanisarah, Tomy Herseta, Sikukeluang, dan seniman asal Afganistan, Nesar Eesar. Kurator pameran Sudjud Dartanto mengatakan pemilihan 12 perupa dilakukan atas pertimbangan lintas medium dan latar belakang. 

"Sebagian besar ada yang menggunakan new media art, ada juga yang mengelaborasi antara medium dan teknologi. Ada suara, cahaya, dan karya konvensional," ucapnya.

Kurator lainnya, Rizki A. Zaelani, mengatakan pameran "Pascamasa" merupakan upaya merespons perkembangan terbaru dari praktik kesenian yang bertaut pada isu pasca. Ini adalah proses menjelajahi isu era "kesudahan", seperti pasca-industrial, pascamodern, dan pasca-kebenaran.

"Jadi apa yang ditampilkan tidak menyimpulkan yang sedang terjadi hari ini, melainkan justru persoalan nanti," tuturnya. 

Pameran "Pascamasa" masih dapat disaksikan di Galeri Nasional Indonesia hingga 21 Januari 2024. Karya-karya yang segar dan kekinian ini bisa menjadi alternatif untuk dinikmati saat mengisi liburan akhir tahun.

INDRA WIJAYA 

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya
Indra Wijaya

Indra Wijaya

Bekarier di Tempo sejak 2011. Alumni Universitas Sebelas Maret, Surakarta, ini menulis isu politik, pertahan dan keamanan, olahraga hingga gaya hidup.

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus