DENGAN sponsor Dewan Kesenian Jakarta, di ruang pameran TIM
muncul Mochtar Apin dengan 34 buah lukisannya -- 18 s/d 24
Oktober yang lalu. Pelukis yang lahir di Padangpanjang pada 23
Desember 1923 ini, telah jadi salah satu penghuni barisan
terdepan dari para pelukis Bandung pada saat ini.
Ia pernah mengunyah pendidikan di Amsterdam, Paris dan Berlin
antara 1951 6ampai 1958. Tahun berikutnya ia nongkrong sebagai
pengajar di Departemen Senirupa ITB. Basuki Abdullah dalam
sebuah kesempatan wawancara dengan TEMPO memujikannya sebagai
pelukis modern pribumi yang dapat diketengahkan pada masa ini.
Sementara masyarakat luas,barangkali sudah cukup mengenalnya
lewat "Potret Chairil Anwar" yang dikerjakannya pada tahun 1947,
yang dengan tepatnya melukiskan pelopor penyair Angkatan 45 itu
sebagai "Binatang Jalang" dalam sajaknya "Aku" .
Optimis
Sebagian kecil isi pameran merupakan lukisan-lukisan figuratip
dari periode tahun 40-an, 50-an dan 60-an. Di sini kita melihat
Mochtar banyak memperhatikan manusia, khususnya kaum hawa
sebagai sasarannya. Dengan warna-warna yang terang pada periode
itu kita melihat lukisannya banyak mengarah pada kubisme.
Kadangkala pula kita melihat kecendrungan yang mengingatkan
lukisan-lukisan Matisse. Warna-warnanya didominir oleh suasana
optimis.
Mungkin pada masa-masa tersebut pelukis masih sibuk mencari
jalan yang hendak ditempuhnya. Kemudian ia memasuki periode
tahun 70-an, dengan mempergunakan akrelik. Iapun sampai pada
lukisan-lukisan yang non-figuratip dengan komposisi bidang yang
penuh perhitungan, tetapi yang segera pula mengingatkan kita
pada karya Mondrian.
Seorang pengunjung mengeluh, bahwa frekwensi pameran sudah
terlalu ngebut, sehingga pameran lebih menyerupai kegiatan
rutin. Akibatnya peristiwa pameran tidak lagi merupakan sesuatu
yang istimewa. Ini ada benarnya. Tetapi Mochtar Apin misalnya
mempunyai sesuatu yang khas, sehingga orang tetap ingat bahwa
pameran ini tidak bisa dilewatkan.
Ruang yang terasa penuh dengan warna, memperlihatkan sesuatu
yang manis dan riang. Mochtar tidak bangkit dari sesuatu yang
pedih. Ia seperti mencoba menikmati kenyataan-kenyataan yang
bisa dipakai sebagai alasan untuk tetap optimis dan bahagia.
Bidang-bidangnya melukiskan gerak, mengandung getaran yang
memberikan kesan musikal. Pemilihannya terhadap warna-warna
memberikan kesan hasratnya untuk menemukan sesuatu yang unik.
Semuanya dilaksanakan dengan cermat dan berbau akademis. Secara
emosionil, lukisan-lukisannya sudah tertutup rapih. Ia lebih
menyerupai kesimpulan-kesimpulan yang telah selesai. Tidak
menyodorkan pertanyaan.
Kita melihat bidang dengan warna-warna penuh dengan nuansa yang
membimbing kita untuk berimajinasi. Bidang-bidang berwarna yang
dipisahkan oleh garis-garis lurus yang tebal. Lalu tiba-tiba
pula dalam latar biru kita mendapatkan tubuh seorang wanita
hijau tiduran di atas semacam bukit (Monumen).
Barangkali Mochtar telah melangkahi satu tahap dalam hidupnya,
di mana manusia menjadi tidak begitu penting lagi dan problem
manusia tidak lagi menarik perhatiannya. Ia memusatkan
pikirannya pada gerak-gerik alam yang lebih besar. Dengan kaca
mata ini, maka lukisan-lukisannya memang tidak memberikan
semacam tontonan pada penikmatnya, tetapi memberikan
keseimbangan pada ruang di mana dia dipajang.
Ia menciptakan suasana dan membersitkan irama. Problemnya adalah
problem ruang, tentang kehidupan pada umumnya yang mencoba
menangkap rahasia-rahasia kehidupan secara umum. Ini bukan
realisme sosial, bukan realisme bentuk, tetapi tak pelak lagi
maksudnya untuk lebih dekat pada kenyataan hidup yang tetap
rahasia.
Mochtar mendekati semuanya itu dengan tekun. Lukisan-lukisannya
segar, meskipun tidak sempat membuat kejutan-kejutan. Ia telah
menunjukkan usaha yang sungguh-sungguh untuk tampil dalam jaman
modern ini, untuk membicarakan masa kini dengan menggali masa
kini. Barangkali dengan begini ia bisa kehilangan apa yang
disebut orang "warna lokal", "ucap Indonesia", karena ia seperti
mempergunakan bahasa yang sama dengan bahasa yang dipakai oleh
pelukis-pelukis asing. Tapi sepanjang itu jujur, sudah pasti ia
akanmembuahkan sesuatu.
Putu Wijaya
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini