Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
SEORANG lelaki mendekat ke sebuah instalasi infus yang tergantung berjajar di sisi belakang panggung. Ia membuka salah satu keran infus dan air menetes jatuh ke kaleng yang tertata di bawahnya. Tetesannya lambat, mengeluarkan bunyi yang lembut, tapi keras—sebuah mikrofon tertempel di bodi kaleng. Ia kemudian membuka keran infus berikutnya, hingga yang keempat. Masing-masing dengan kecepatan tetesan berbeda. Ia juga menyiapkan empat kaleng yang berlainan volumenya. Maka lahirlah empat nada bersahutan dengan pola irama yang konstan. Lelaki itu lalu pergi, membiarkan jalinan bunyi dan ritme bergerak ajek seperti mesin. Tak berapa lama kemudian, bunyi tetesan itu berangsur menghilang, fade out.
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo