DERETAN mobil dan motor yang beringsut memasuki gerbang Balai
Sidang Senayan, 2 dan 3 September, dicegat para catut karcis.
Mereka barangkali mengambil keuntungan dengan membeli borongan
karcis untuk konser NHK yang memang laris ini. Dan memang,
saking penuhnya, mobil-mobil mengalami kesulitan parkir.
Tapi ternyata bukan hanya soal parkir. Sejak awal orang sudah
khawatir, mengingat akustik gedung yang mewah itu sebenarnya
kurang memadai. Dan benar saja. "Pertunjukan yang sangat
memuaskan akustiknya adalah di Hong Kong. Di Jakarta sangat
menyedihkan," kata Hiroyuki Iwaki (47 tahun), konduktor di malam
pertama.
Menurut Iwaki, Istora Senayan dan Studio V RRI Jakarta keadaan
akustiknya lebih baik (lihat juga box). Tetapi ia mengerti juga
telah timbul kesulitan memilih antara akustik yang baik dan
penonton yang lebih banyak. Rupanya yang terakhir dimenangkan.
"Padahal bagi saya tentunya memilih akustik yang baik, biarpun
dengan penonton yang sedikit," kata konduktor yang ramah ini.
NHK, yang tempo hari sudah banyak dikenal lewat TVRI, adalah
nama Radio Jepang Nippon Hoso Kyokai, Perusahaan Penyiaran
Jepang. Orkes NHK sendiri sudah berdiri sejak 1926--setahun
setelah NHK berdiri -- mula-mula dengan nama 'Orkes Simfoni
Baru', sebelum bergabung dengan perusahaan penyiaran itu. Kini
jumlah pemainnya 116 orang, dengan usia 22 - 55 tahun. Usia 55
tahun dianggap batas untuk pensiun--kecuali konduktor. Gaji
mereka tiap orang antara Rp 600 ribu sampai Rp 1,1 juta (kotor)
setiap bulan. Dan orkes ini mengeluarkan Rp 3,1 milyar setiap
tahun untuk menutup kebutuhannya. Uangnya separuh diperoleh dari
Radio-TV NHK, sisanya dari hasil penilalan karcis.
Setiap tahun, NHK yang dijaga oleh 33 tenaga administrasi ini
menampilkan 120 pergelaran. Separuhnya untuk para penonton yang
sudah terdaftar, yang harus membeli 10 kali pertunjukan dengan
harga Rp 130 ribu untuk kelas utama. Langganan tetapnya meliputi
16 ribu orang. Tak heran kalau mereka mampu membayar seorang
konduktor Rp 3 juta untuk sekali pergelaran. Konduktor non
Jepang (tamu) bahkan bisa dibayar sampai Rp 9 juta. Bandingkan
dengan Orkes Simphoni Jakarta dengan penghasilan rata-rata
pemainnya yang hanya Rp 60 ribu sebulan.
Rata-rata pemain NHK (90%) tamatan universitas jurusan musik.
Calon anggota harus datang dengan surat rekomendasi dari
profesornya dan dokumentasi reputasinya dalam pergelaran yang
pernah ia ikuti. "Biasanya calon pemain dites main selama 15
menit di depan seluruh anggota," kata Yuzo Toyama (42 tahun),
konduktor NHK untuk malam kedua. Penilaian diberikan oleh para
anggota orkes. "Biasanya calon pemain untuk lulus tes telah
sering ikut kita, latihan bersama," kata Toyama lagi.
Meskipun gaji pemain besar, kebutuhan setempat rupanya juga
tinggi, sehingga soal ngobyek masih juga dikenal. "Di mana ada
pemain orkes yang tidak ngobyek di dunia ini?" kata Hiroyuki
Iwaki. "Secara teoritis tidak bisa. Tapi asal tidak mengganggu
'kan tidak apa-apa. Saya sendiri tidak pernah, tapi para anggoa
bebas mau main di mana pun. Umumnya untuk perusahaan."
Tomoyuki Okada (42 tahun), pemain perkusi yang telah 19 tahun
berkubang - di NHK, berpendapatan bersih Rp 450 ribu. Menanggung
ketiga anak dan bininya, ia mengajar di 3 buah universitas
dengan gaji yang sama seperti di NHK. Ia juga kadangkala ngobyek
untuk perusahaan rekaman. "Teoritis dilarang. Tapi kalau
diam-diam kan tidak apa-apa," katanya meniru Iwaki. Sedang Iwaki
sendiri menjelaskan, karena adanya ikatan buruh, buruh tidak
gampang dipecat--dengan alasan turun mutu misalnya. "Paling
banter diberi teguran," kata konduktor itu.
Ke-96 pemain ini muncul--atas usaha Pusat Kebudayaan Jepang,
bekerjasama dengan TIM--sebagai bagian dari perjalanan NHK
keliling Asia. Jangan terkejut, ini memang salah satu orkes
simfoni yang terbaik di dunia, dan para konduktor maupun solis
itu sendiri merupakan konduktor darl pemain-tamu tetap di banyak
konser di kota-kota di negeri Barat.
Begitu berhasil, sehingga terasa janggal ketika konduktor
Hiroyuki Iwaki yang ternyata juga penulis novel, berkata kepada
Bachrun Suwatdi dari TEMPO: "Saya sendiri sedih. Sebagai orang
Jepang kok ya memainkan alat musik Barat. Tapi walaupun demikian
kita memainkan juga musik Jepang. Ciptaan tradisional sebanyak
10%, dan musik kontemporer Jepang 20%."
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini