Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Seni

Nhk, dalam umurnya yang 53

Orkes simfoni nhk mengadakan pertunjukan 2 & 3 sep 1979 di balai sidang senayan, menurut konduktornya akustiknya sangat menyedihkan. didirikan 1926, 90% pemainnya tamatan universitas jurusan musik.(ms)

8 September 1979 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

DERETAN mobil dan motor yang beringsut memasuki gerbang Balai Sidang Senayan, 2 dan 3 September, dicegat para catut karcis. Mereka barangkali mengambil keuntungan dengan membeli borongan karcis untuk konser NHK yang memang laris ini. Dan memang, saking penuhnya, mobil-mobil mengalami kesulitan parkir. Tapi ternyata bukan hanya soal parkir. Sejak awal orang sudah khawatir, mengingat akustik gedung yang mewah itu sebenarnya kurang memadai. Dan benar saja. "Pertunjukan yang sangat memuaskan akustiknya adalah di Hong Kong. Di Jakarta sangat menyedihkan," kata Hiroyuki Iwaki (47 tahun), konduktor di malam pertama. Menurut Iwaki, Istora Senayan dan Studio V RRI Jakarta keadaan akustiknya lebih baik (lihat juga box). Tetapi ia mengerti juga telah timbul kesulitan memilih antara akustik yang baik dan penonton yang lebih banyak. Rupanya yang terakhir dimenangkan. "Padahal bagi saya tentunya memilih akustik yang baik, biarpun dengan penonton yang sedikit," kata konduktor yang ramah ini. NHK, yang tempo hari sudah banyak dikenal lewat TVRI, adalah nama Radio Jepang Nippon Hoso Kyokai, Perusahaan Penyiaran Jepang. Orkes NHK sendiri sudah berdiri sejak 1926--setahun setelah NHK berdiri -- mula-mula dengan nama 'Orkes Simfoni Baru', sebelum bergabung dengan perusahaan penyiaran itu. Kini jumlah pemainnya 116 orang, dengan usia 22 - 55 tahun. Usia 55 tahun dianggap batas untuk pensiun--kecuali konduktor. Gaji mereka tiap orang antara Rp 600 ribu sampai Rp 1,1 juta (kotor) setiap bulan. Dan orkes ini mengeluarkan Rp 3,1 milyar setiap tahun untuk menutup kebutuhannya. Uangnya separuh diperoleh dari Radio-TV NHK, sisanya dari hasil penilalan karcis. Setiap tahun, NHK yang dijaga oleh 33 tenaga administrasi ini menampilkan 120 pergelaran. Separuhnya untuk para penonton yang sudah terdaftar, yang harus membeli 10 kali pertunjukan dengan harga Rp 130 ribu untuk kelas utama. Langganan tetapnya meliputi 16 ribu orang. Tak heran kalau mereka mampu membayar seorang konduktor Rp 3 juta untuk sekali pergelaran. Konduktor non Jepang (tamu) bahkan bisa dibayar sampai Rp 9 juta. Bandingkan dengan Orkes Simphoni Jakarta dengan penghasilan rata-rata pemainnya yang hanya Rp 60 ribu sebulan. Rata-rata pemain NHK (90%) tamatan universitas jurusan musik. Calon anggota harus datang dengan surat rekomendasi dari profesornya dan dokumentasi reputasinya dalam pergelaran yang pernah ia ikuti. "Biasanya calon pemain dites main selama 15 menit di depan seluruh anggota," kata Yuzo Toyama (42 tahun), konduktor NHK untuk malam kedua. Penilaian diberikan oleh para anggota orkes. "Biasanya calon pemain untuk lulus tes telah sering ikut kita, latihan bersama," kata Toyama lagi. Meskipun gaji pemain besar, kebutuhan setempat rupanya juga tinggi, sehingga soal ngobyek masih juga dikenal. "Di mana ada pemain orkes yang tidak ngobyek di dunia ini?" kata Hiroyuki Iwaki. "Secara teoritis tidak bisa. Tapi asal tidak mengganggu 'kan tidak apa-apa. Saya sendiri tidak pernah, tapi para anggoa bebas mau main di mana pun. Umumnya untuk perusahaan." Tomoyuki Okada (42 tahun), pemain perkusi yang telah 19 tahun berkubang - di NHK, berpendapatan bersih Rp 450 ribu. Menanggung ketiga anak dan bininya, ia mengajar di 3 buah universitas dengan gaji yang sama seperti di NHK. Ia juga kadangkala ngobyek untuk perusahaan rekaman. "Teoritis dilarang. Tapi kalau diam-diam kan tidak apa-apa," katanya meniru Iwaki. Sedang Iwaki sendiri menjelaskan, karena adanya ikatan buruh, buruh tidak gampang dipecat--dengan alasan turun mutu misalnya. "Paling banter diberi teguran," kata konduktor itu. Ke-96 pemain ini muncul--atas usaha Pusat Kebudayaan Jepang, bekerjasama dengan TIM--sebagai bagian dari perjalanan NHK keliling Asia. Jangan terkejut, ini memang salah satu orkes simfoni yang terbaik di dunia, dan para konduktor maupun solis itu sendiri merupakan konduktor darl pemain-tamu tetap di banyak konser di kota-kota di negeri Barat. Begitu berhasil, sehingga terasa janggal ketika konduktor Hiroyuki Iwaki yang ternyata juga penulis novel, berkata kepada Bachrun Suwatdi dari TEMPO: "Saya sendiri sedih. Sebagai orang Jepang kok ya memainkan alat musik Barat. Tapi walaupun demikian kita memainkan juga musik Jepang. Ciptaan tradisional sebanyak 10%, dan musik kontemporer Jepang 20%."

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus