Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta -Petualangan gadis cilik Matara bersama sang bunda, dari kawasan terluar Indonesia yang berbatasan langsung dengan Timor Leste berlanjut ke petualangan di kawasan gunung api purbakala Gapi di Ternate, kini berlabuh di kawasan perairan, Bajo lewat buku Mata dan Manusia Laut. Rupanya, Okky Madasari—sang penulis kisah petualangan si gadis cilik Matara—menakdirkan anak berusia 12 tahun untuk menghadapi banyak petualangan menakjubkan di setiap persinggahannya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Usai bertemu bangsa Melus yang tersembunyi di buku pertama, juga menyelamatkan pusaka bersejarah Gapi di buku ketiga, Okky membawa Matara bertemu para manusia laut di Bajo.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Okky Madasari tak main-main kala terjun dalam penulisan cerita anak. Dalam kurun satu tahun sejak Januari 2018, tiga buku telah lahir dalam bentuk serial petualangan Mata—nama panggilan si gadis petualang.
Upaya Okky memotret kekayaan Indonesia dalam serial petualangan ini terlihat lewat pemilihan latar penceritaan yang bergerak dari Timur Indonesia, kawasan kepulauan, pegunungan, juga laut. Sejarah, mitos, kepercayaan, kebudayaan daerah dikemas berkelindan.
Bicara soal Mata dan Manusia Laut, kisah buku ketiga ini tak lepas dari proses riset Okky berdasarkan temuan menarik atas orang Bajo soal kemampuan menyelam di dalam laut. “Ada penelitian jurnal internasional tentang orang Bajo yang bisa menyelam lama di dalam air, ada evolusi genetik terkait limpa orang Bajo yang ternyata berukuran empat kali lebih besar dari manusia biasa,” tutur Okky kala dijumpai sebelum peluncuran Mata dan Manusia Laut di Galeri Indonesia Kaya, Ahad, 19 Mei 2019.
Informasi tersebut menjadi salah satu titik tolak Okky untuk mengembangkan cerita anak terkait suku yang terkenal tangguh di lautan tersebut. “Tentunya informasi itu jadi pemicu awal yang menarik karena terkait penemuan terbaru, banyak aspek yang bisa digali, bicara soal fantasi anak, ini sumber luar biasa,” ujar Okky.
Proses riset dilakukan Okky selama dua pekan di Wakatobi, Sulawesi Tenggara pada September 2018. Selain di sana ia pun bergerak ke arah Wanci, bagian dari kecamatan Wangi-Wangi. Masih terasa kurang, Okky pun melanjutkan riset ke Kaledupa, yang masih masuk dalam gugus kepulauan di Wakatobi yang terkenal sebagai kampungnya orang Bajo. Kawasan Kaledupa ini menurut Okky begitu terasa keasliannya ketimbang Wanci yang sudah disentuh pembangunan jalan. “Yang menginspirasiku adalah Kaledupa,” kenang Okky.
Dari Kaledupa lah kisah Matara bertemu manusia laut bermula. Mengingat cerita ini untuk anak, maka kehidupan anak-anak Bajo tentunya jadi perhatian utama Okky. Pengamatannya terhadap anak-anak Bajo melahirkan karakter seorang anak laki-laki bernama Bambulo. Lalu sebuah peristiwa membuat keduanya terbawa ke dalam petualangan di dalam laut.
Dalam buku bersampul biru ini, Okky menghadirkan mitos Masalembo yang dikenal sebagai segitiga bermudanya Indonesia. Mengapa Masalembo lantas masuk dalam cerita lantaran menurut Okky, garis khayal yang menghubungkan Pulau Bawean dan Kepulauan Tengah yang berada di Laut Jawa ini merupakan kepercayaan masyarakat laut Indonesia, bukan hanya untuk suku Bajo.
Serupa karya-karya Okky sebelumnya, kisah petualangan anak tak semata menyajikan kisah penuh imajinasi, dunia dongeng. Okky tetap memuat isu-isu sosial seperti kritiknya terhadap kehidupan masyarakat yang belum memandang penting pendidikan dan fasilitas kesehatan, juga mencuplik soal kasus penyelundupan ikan.
Kehidupan masyarakat yang begitu mudah terpapar sajian di televisi sehingga membuat mereka konsumtif tanpa memperhitungkan kebutuhan hidup yang lain. Juga soal bagaimana secara kultur, masyarakat perlahan terpengaruh memberikan nama pada anak-anak mereka seperti tokoh-tokoh cerita di sinetron. Nama Bambulo, menurut Okky sudah langka ditemukan padahal itu salah satu nama asli masyarakat Bajo.
Kisah ketiga ini bukan sebuah akhir. Sejak awal merancang petualangan Matara, Okky sudah menargetkan ada empat buku yang akan ia lahirkan. Buku keempat menurutnya akan membawa petualangan Matara kembali ke tanah Jawa. Petualangan dengan situs manusia purba di Trinil, Sangiran, nama tempat yang kerap disebut dalam buku sejarah. "Sangiran menjadi sumber sejarah manusia purba, tapi saat saya datang ke sana dalam daftar tamu yang tercantum (hanya) nama warga asing,” tutur Okky. Tak ada nama masyarakat lokal tercatat sebagai pengunjung.
Hal ini jadi satu celah yang Okky manfaatkan untuk kembali berkisah soal kayanya Indonesia dari berbagai aspek, termasuk sejarah purba untuk buku keempat yang akan segera ia luncurkan sebelum melanjutkan pendidikan doktoralnya di Singapura.***
AISHA SHAIDRA