Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Film

Pahitnya Hidup Si Hitam

Film ini diangkat dari kisah nyata seorang kulit hitam korban rasisme. Penampilan Denzel Washington prima. Ia berpeluang merebut Oscar.

19 Maret 2000 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

THE HURRICANE
Sutradara:Norman Jewison
Skenario:Armyan Bernstein dan Dan Gordon
Pemain:Denzel Washington, Vicellous Shannon, Deborah Kara Unger
Produksi:Universal Pictures (1999)
Penderitaan adalah dengus napas Rubin. Rubin Carter, yang tak dapat menolak dilahirkan sebagai seorang warga Afro Amerika—yang pada masa lalu disebut sebagai warga kulit hitam—hidup hanya untuk dikejar-kejar karena persoalan warna kulitnya. Masyarakat di Amerika Serikat yang rasis telah memberangus hidupnya. Sejak kecil, nasibnya serba sulit. Karena dianggap berlaku tidak senonoh terhadap seorang tokoh masyarakat, Dela Pesca—seorang polisi kulit putih—menjebloskannya ke penjara anak-anak.

Beberapa tahun kemudian, ia berhasil kabur dari penjara dan menjadi serdadu. Namun, saat pulang ke kota kelahirannya, ia ditangkap oleh Dela Pesca dan dikirim kembali ke penjara untuk menghabiskan sisa hukumannya. Dalam penjara itulah kekecewaan dan kemarahan atas nasib yang menimpanya membuatnya berbicara dengan kepalan tangannya. Rubin Carter memutuskan menjadi petinju profesional.

Setelah bebas, ia berhasil menjadi juara dunia. Namun, ia tak pernah mampu mengalahkan Dela Pesca—musuh abadinya. Pada 1967, ia kembali terkapar. Walau tak melakukan perbuatan itu, ia didakwa telah membunuh tiga orang dalam sebuah bar. Tuduhannya itu menyeretnya kembali mendekam dalam bui sepanjang hidupnya. Di dalam sel yang sempit, Rubin melewati hari-harinya dengan berjuang untuk tetap waras di dalam kemarahan dan keputusasaan yang terasa menyiksanya.

The Hurricane merupakan kisah nyata yang diangkat sutradara asal Kanada, Norman Jewison, tentang Rubin "Hurricane" Carter (Denzel Washington), salah satu korban rasisme di Amerika Serikat. Meski The Hurricane mengetengahkan kehidupan seorang petinju, ia tak lantas berbicara tentang tinju seperti halnya Rocky atau Raging Bull. Film ini menukik ke dalam persoalan yang lebih dalam, yakni terampasnya kemerdekaan seorang manusia.

Bagi Jewison, 74 tahun, yang pernah memborong Oscar lewat Moonstruck pada 1987, film bertema sosial ini tak lain merupakan upayanya membuat literatur bagi masyarakat. Sebelumnya, Jewison membuat In the Heat of the Night, yang meraih Oscar sebagai film terbaik pada 1967, dan A Soldier's Story—tempat Denzel Wahington ikut berperan, pada 1984. Dan The Hurricane menggenapkan triloginya tentang rasialisme.

Dengan skenario yang ditulis berdasarkan buku The Sixteenth Round, catatan pribadi Rubin selama di penjara, dan Lazarus and the Hurricane, yang ditulis Sam Chaiton and Terry Swinton, The Hurricane menyajikan formula klasik Hollywood yang menggambarkan sebuah perjuangan seseorang dalam kesengsaraan. Hasilnya, peristiwa-peristiwa itu digambarkan terasa mencungkil emosi dengan hadirnya detektif Dela Pesca (Dan Hedaya), yang rasis dan korup. Api dendam Dela Pesca terhadap Rubin tak pernah padam.

Namun, karena film ini diangkat dari sebuah kisah nyata, soal detail peristiwa menjadi titik penting. Dan buat sutradara mana pun, mengemasnya tanpa terasa membosankan bukanlah soal gampang. Jewison paham betul soal itu. Semula, ia bertutur secara menawan, dengan menggunakan plot melompat-lompat dan mengulang beberapa adegan. Jewison juga memasukkan potongan-potongan klip tokoh-tokoh yang menanggapi nasib Rubin. Salah satunya adalah Bob Dylan, yang lantang menyanyikan The Hurricane, lagu tentang nasib yang menimpa Rubin. Cuma, saat adegan bergulir pada upaya Lesra (Vicellous Shannon), bocah hitam Amerika yang tinggal bersama pekerja sosial di Kanada, untuk membebaskan Rubin, alur film ini mulai terasa lamban dan melelahkan.

Untungnya, film selama dua jam ini terselamatkan penampilan gemilang Denzel Washington. Sejak "ronde" pertama, ia tampil begitu memikat. Untuk film ini, ia berlatih tinju dengan Terry Claybon setahun sebelum produksi film ini dilakukan. Denzel kehilangan berat badan hingga 22 kilogram. Hasilnya, tidak saja tubuhnya berhasil menyerupai tubuh Rubin, tapi ia juga dapat menyerap roh Rubin ke dalam aktingnya.

Ia sangat sombong saat hidupnya berada di atas angin dan bengis ketika menghajar lawan-lawannya di atas ring. Namun, Denzel juga tampak begitu tercekik saat terjerembap dalam bui yang sempit. Dan satu adegan amat fantastis yang patut dicatat adalah saat ia meminta istrinya, Debbi Morgan, untuk menceraikannya. "Jangan lemahkan diriku dengan cintamu," kata Rubin sambil meninggalkan Debbi, yang tersengguk di balik kaca. Keputusasaan Rubin amat membebaninya. Agaknya, Oscar tahun ini—ketika ia masuk nominasi untuk kategori aktor terbaik—akan berada dalam pelukannya, meski ia agak bersaing ketat dengan Tom Cruise dalam Magnolia.

Irfan Budiman

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus