Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Seni

Pesta di Bawah Langit

30 Mei 2011 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

JARUM jam menunjukkan pukul 11 malam. Tapi pesta baru dimulai. Di bawah langit bertabur bintang, Nitin Sawhney membuat suasana malam Minggu di Esplanade Park, yang berlokasi di sepanjang Jalan Connaught, Singapura, makin panas. Setelah memuaskan penonton lewat kemampuannya memadukan musik orkestra dengan film bisu dalam A Throw of Dice, malam itu Sawhney menunjukkan kebolehannya sebagai disc jockey. Selama satu jam setengah, Sawhney menghibur penonton lewat sajian musik dari album terbarunya, Last Days of Meaning.

Inilah salah satu pertunjukan yang digelar di Esplanade Park yang disulap menjadi perkampungan seni: Festival Village. Setelah sepuluh tahun vakum, tahun ini Festival Village kembali memeriahkan Festival Seni Singapura. Sepanjang sore hingga tengah malam, sederet pertunjukan digelar di sana. Setelah menikmati pertunjukan di berbagai gedung teater yang tersebar di seluruh penjuru Singapura, inilah saatnya menikmati pertunjukan seni dalam suasana lebih santai.

Tak cuma bergoyang dengan para disc jockey, pengunjung juga bisa menikmati lantunan lagu-lagu yang populer di Singapura pada 1940-an hingga 1970-an dalam beragam genre, pemutaran film, serta bergoyang bersama ratu-ratu dangdut Singapura, di antaranya Zaleha Hamid, Rosalina Musa, dan Baby Sulastri, serta berkaraoke. Di tempat ini pula warga Singapura, yang sempat kepincut oleh pertunjukan Matah Ati di Esplanade tahun lalu, dapat menikmati pertunjukan tari Bedhoyo Dirodo Meto dan Acapella Mataraman dari Indonesia, yang unjuk kebolehan dalam Javanese Moonlight Interwind pada Senin dan Selasa pekan lalu.

Boleh dibilang, Festival Village adalah jantung dari seluruh kegiatan festival. Tak cuma dapat menikmati aneka jenis pertunjukan, sambil mencicipi aneka makanan dan minuman, penonton bisa berdialog dengan para seniman. "Tempat ini memang sengaja dibuat sebagai tempat bertemunya para seniman pengisi acara dengan penonton," tutur Low Kee Hong, General Manager Festival Seni Singapura.

Tak sekadar mengembalikan kenangan masa lalu, sesuai dengan tema yang diusung, Festival Village memberi kesempatan kepada setiap orang untuk membuat karya seni sendiri. Tak melulu orang dewasa, tempat ini juga memberi tempat khusus buat anak-anak. Di area yang disebut Kids Arts Village, mereka bebas berkreasi menciptakan karya seni sendiri. "Orang dewasa tidak boleh masuk," Kee Hong menjelaskan.

Nunuy Nurhayati (Singapura)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus