Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Buku

Promosi buku, sesudah kuda

Pameran buku di bandung diselenggarakan himapbu mendapat sambutan yang menggembirakan. puncak acara diadakan pertemuan semua unsur perbukuan. (bk)

20 Maret 1982 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

BUKU ternyata mendapat perhatian yang lebih rendah dari masyarakat, ketimbang kuda. Itu diucapkan Dr. Sudjoko, dosen ITB, di arena promosi buku yang diselenggarakan Himpunan Masyarakat Pencinta Buku (Himapbu) di Bandung. Alasan Sudjoko: perlombaan kuda yang bersamaan waktunya dengan acara promosi itu, mendapat pemberitaan yang luas di koran-koran. "Sementara buku tidak," ujarnya. Padahal acara Himapbu kali ini istimewa juga -- agak lain dari pameran buku yang biasa. Pengunjung. yang membanjiri salah satu ruangan gedung Kologdam Siliwangi di Jalan Aceh di Bandung itu, tidak dapat membeli langsung dari 2.500 judul buku yang dipamerkan. Sebaliknya para pelayan yang memakai kaus 'Himapbu' hanya membagi-bagikan kupon --yang bisa dipakai untuk mendapat korting 10% di 12 toko buku Bandung. Yang lebih menarik, promosi yang akan dilanjutkan di kota-kota besar lainnya di Jawa dan Sumatera itu diselingi pula dengan acara "jumpa penulis, penerbit, pengusaha toko buku dan penggemar buku". Dr. Sudioko ambil bagian dalam acara khusus itu. "Kami ingin kerjasama segenap unsur perbukuan dapat terjalin," kata Imam Waluyo, Ketua Himapbu, menjelaskan tujuan promosi. Himpunan yang didirikan Imam sejak akhir 1979 itu sudah mempunyai 4.000 anggota di 112 kota seluruh Indonesia. Di antara anggota terdapat nama-nama anak sekolah dasar sampai ke Rektor UI, Prof. Nugroho. Dalam usaha menggairahkan masyarakat terhadap buku, menurut Imam Waluyo -- yang juga salah seorang direktur Lembaga Penunjang Pembangunan Nasional (Leppenas) -- Himapbu antara lain menolong para peminat mendapat buku secara murah. Dan salah satu bentuk usaha itu adalah arena promosi buku -- di samping pemberian rabat secara rutin kepada para anggota sendiri. Syukur, usaha pertama di Bandung ini mendapat sambutan menggembirakan Meski tak dipopulerkan lewat pers, sampai hari ketiga promosi, 5 Maret, sekitar 5.000 pengunjung berhasil tersedot. "Cukup banyak, dan saya puas atas perhatian itu," komentar Imam. Di situ pengunjung diperkenalkan dengan buku-buku yang tidak ada di toko-toko Bandung--kata Zulkarnaen, mahasiswa FKIT-IKIP Bandung, ketika melihat arena promosi itu. "Sedikitnya kami bisa menumpang baca," ujar Endang, pelajar SD Merdeka Bandung yang mengaku selama ini sering diusir para penjaga toko buku kalau mencoba membalik-balik buku di toko-toko. Arena promosi memang menyediakan tempat untuk membaca gratis, selain memamerkan ribuan buku dari 54 penerbit. Semua lapisan peminat buku bisa memenuhi hasrat di situ. Berbagai ragam buku memadati ruangan seluas 20 x 50 m. Mulai dari ceria anak-anak seperti Rin Tin Tin atau Donal Bebek sampai ke novel semacam Ziarah karangan Iwan Simatupang. Begitu pula buku-buku non-fiksi Hampir semua buku dari bidang ilmu dipamerkan. Dari buku-buku wajib di perguruan tinggi sampai ke ensiklopedi atau Who's Who terbitan Grafiti Pers. Memang banyak yang memuji penyelenggara. Kecilnya Oplah Puncak acara promosi adalah pertemuan semua unsur perbukuan. Gunanya, seperti dikatakan Imam Waluyo, untuk merundingkan berbagai masalah seperti: bagaimana menurunkan harga buku agar bisa dijangkau lebih banyak lapisan. Bisakah penerbit tidak memaksa toko buku membayar tunai, sedang pihak toko mau dikurangi untungnya agar si penulis mendapat bagian yang layak. Selama ini, menurut Imam, unsur kebersamaan seperti itulah yang kurang -- dan karenanya buku tidak memasyarakat. Harga yang tinggi menyebabkan daya beli kecil. Padahal kecilnya oplah --paling banyak hanya 5000 eksemplar -- menyebabkan ongkos produksi tinggi. Selain itu keuntungan toko buku--40% dari harga jual --dianggap Imam tidak sebanding dengan honor penulis yang hanya 12 sampai 15%. "Jadi kalau ada unsur yang mau mengurangi keuntungan, harga buku akan murah, dan daya beli bisa naik." Imam hanya tidak memberi contoh dengan penerbit Al-Ma'arif di Bandung sendiri. Oplahnya bukan main besar justru karena harganya murah. Dan keuntungan penerbit jadi besar berkat asset. Dalam rangka itu pula Himapbu tidak melayani pembeli langsung di arena promosi. Pengunjung, setelah diberi kupon pemotongan, dipersilakan ke tokotoko buku yang ditunjuk. "Kami tidak mau menyerobot rezeki toko," ujar Imam, membandingkan acara itu dengan pameran buku selama ini yang juga menjual buku langsung di tempat dengan harga lebih murah. Dan rupanya cara yang sedang dirintis ini cukup menyenangkan toko-toko buku di Bandung. "Banyak sekali yang menggunakan kupon itu,"kata seseorang dari bagian pemasaran Toko Buku Karya Nusantara di Jalan Asia Afrika. Sejak arena promosi dibuka sampai ditutup Selasa pekan lalu, ia tidak bisa menghitung lagi berapa kupon yang digunakan pembeli (sebab kuponnya boleh dibawa kembali). "Yang jelas semangat membeli memang meningkat," ujarnya. Namun kebersamaan itu kelihatannya terpaksa belum bisa diikuti semua unsur. Toko Buku Gramedia misalnya hanya memberikan potongan untuk buku-buku terbitan sendiri. Begitu juga Toko Buku Insulinde di Pasar Baru, Bandung. "Kami hanya memberikan potongan untuk buku-buku impor," ujar Sofi, sekretarisnya. Sebab mereka sendirl yang mengimpor. Sedang untuk buku-buku lokal, tokonya hanya mendapat bagian 20% dari harga jual. Dari komisi itu pula diambilkan gaji karyawan dan pembayar pajak perusahaan. Jadi "berat kalau kami memberikan potongan lagi 10%," walau potongan itu hanya berlaku selama promosi. Memang tidak bisa diharap sekaligus mulus.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus